"Jude, ini bukan jalan ke kantor kan?" tanya Rachel saat Jude tiba-tiba mengambil jalur ke kiri, sedangkan untuk menuju kantor milik keluarga Walker tempat Rachel bekerja, harusnya mengambil jalur ke kanan.
Jude tersenyum. "Hari ini emang kita enggak ke kantor kamu kok," balasnya santai.
"Juude, puter balik," perintah Rachel, dia ada meeting penting hari ini.
"Tenang aja, aku udah dikasih izin oom William sama tante Rose buat nyulik kamu, kok. Oom William pasti udah bilangin ke kantor kamu juga."
Rachel mendengus. Bisa-bisanya kedua orang tuanya itu memberi izin penculikan. Pantas saja saat sarapan tadi mereka senyam senyum kepadanya, pas ditanya cuman jawab gapapa. Ternyata karena ini toh.
"Kalau mau ajak pergi bilang, kek. Aku pake baju buat kantor nih," keluh Rachel.
Jude tidak menjawab, malah menelpon seseorang sambil nyetir.
"Bonjour, Leblanc! Can you open your shop for me? I'm on my way." [Pagi, Leblanc! Bisakah kau membuka tokomu untukku? Aku sedang dalam perjalanan ke sana.]
.......
"Yeah. I'm on a date with my girlfriend today! I kidnapped her from work and we need clothes." [Yeah. Aku lagi kencan sama pacarku hari ini, abis nyulik dia dari kantor dan kita butuh baju]
.......
"Merci beaucoup. À tout à l’heure!" [Makasih banyak. Sampai jumpa!]
Jude melepaskan wireless earphone hands-free-nya. "Nah, beres."
"Eleanor Leblanc yang kamu telpon?"
Jude mengangguk mantap.
Dasar model terkenal. Bisa-bisanya menelpon desainer hebat asal Prancis jam tujuh pagi dan menyuruhnya untuk membuka toko.
***
Seharian ini Sion hanya berada di atas tempat tidurnya karena demam yang tak kunjung turun sejak dua hari yang lalu. Tidak bisa bergerak bebas ditambah dengan demam, penderitaanya lengkap sudah.
"Sion, makan ya?"
Sion membuka matanya menatap Reon yang sedang memegang semangkuk bubur, lalu dia menggeleng.
"Dari dua hari yang lalu kamu cuman makan bubur sekali, dicoba dulu enggak mau?" Reon menawarkan lagi yang disambut helaan napas Sion.
Bukannya dia tidak mau makan meski perutnya tidak lapar, saat ada makanan masuk ke mulutnya dia langsung mual. Bukan hanya itu, kepalanya juga terasa berputar setelah menelannya. Karena itulah dia tidak mau makan.
"Please?" Wajah Reon terlihat sangat khawatir, Sion tak ingin melihat wajah Reon seperti itu.
"Oke. Aku coba," ujar Sion akhirnya. Reon tersenyum, dan menyuapkan bubur yang sedaritadi dia pegang setelah sebelumnya meniup-niup bubur di sendoknya karena masih panas. "Aaa..."
Dengan berat hati, Sion menyambut suapan itu. Masih sama seperti kemarin, dia benar-benar mual. Sion mencoba untuk menelannya.
Sial. Dia benar-benar tidak bisa.
"Re, ember..."
Reon sigap, langsung mengambilkan wadah untuk muntah yang ada di dekatnya.
"Hoekhh... Uhuk.. uhuk.."
Karena tidak makan sejak kemarin, yang Sion muntahkan hanya cairan. Reon memukul-mukul punggung Sion perlahan perharap itu bisa membantunya.
Setelah Sion sudah sedikit lebih baik, Reon mengambil tisu dan minum untuknya. Sion hanya meminum sedikit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Left Untold [COMPLETED]
Teen FictionSion Vererro adalah putri dari Sarah handoko dan Billy Vererro. Setidaknya, itulah yang tertulis di atas kertas. Kedua orangtuanya meninggal saat dia masih SMP. Oleh karena itu, Sion harus menghidupi dirinya sendiri dan adiknya Sonny, satu-satunya k...