Sion mengerjap-ngerjapkan matanya. Efek alkohol masih ada walau dia sudah sadar sekarang, kepalanya sedikit keleyengan begitu duduk.
Meski keleyengan, Sion berusaha mengingat-ingat apa saja yang dilakukannya kemarin.
Terkahir yang dia ingat, dia pingsan di gendongan seseorang. Sion berusaha mendapatkan ganbaran siapa orang itu dan sedetik kemudian.
Damn!
Reon Alistair Zodic!
"Kenapa lo anak Dion?"
"Soalnya gue anak Dion juga."
GAWAT.
Apa dia benar-benar mengatakannya pada Reon? Oh sial. Dia benar-benar tidak boleh mabuk lagi.
Apa yang harus ia lakukan sekarang?
Kruyuk kruyuk
Bunyi perut itu membuat Sion mengistirahatkan segala pikiran yang membuat kepalanya semakin keleyengan.
Dia butuh makan. Dan dia pun turun ke dapur.
Begitu membuka pintu dapur, dua pasang mata menoleh ke arahnya. Pemiliknya adalah tak lain dan tak salah lagi Reon Alistair Zodic, juga kak Rey.
"Pagi, Sion. Laper?" sapa Rey, sedang Reon hanya diam saja sambil tersenyum padanya. Sion mengangguk.
Reon terlihat ceria. Kenapa ini? Bukannya dia harusnya murung atau berekspresi jelek setelah pengakuannya semalam? Reon pasti terkejut.
Ah, peduli setan. Perut adalah prioritas Sion saat ini. Dia langsung duduk di seberang Reon dan mulai makan."Kakak pergi dulu ya. Ada kerjaan," pamit Rey setelah selesai makan. Dia mengedipkan sebelah matanya pada Reon sebelum keluar.
"Take care, Kak," balas Sion.
Lalu Rey pun keluar dari ruang makan, meninggalkan Sion berdua dengan Reon dengan suasana yang sangat awkward bagi Sion. Tetapi seperti biasa, Sion berusaha bersikap tenang, keep cool. Dia fokus pada makanannya.
"Gue bukan anak Dion."
Empat kata itu nyaris membuat Sion menyemburkan sandwich siap telan yang ada di dalam mulutnya saat Reon mengatakan itu di tengah aktivitas makannya.
"Apa?" tanya Sion, mungkin saja itu hanya imajinasinya karena dia menyukai Reon.
"Gue bukan anak Dion," ulang Reon. "Lo kemaren nanya, kan?"
Sion menatap Reon seakan ada ribuan tanda tanya di wajahnya.
"Gue anak adopsi, soalnya anak pertama nyokap gue meninggal ga lama setelah dilahirkan." Reon memperjelas.
Sion berusaha mencerna kata demi kata yang Reon ungkapkan.
Lalu Reon menceritakan semuanya, sama persis dengan yang dia ceritakan pada Rey. Tidak kurang, bahkan lebih.
Tentang pernikahan orang tuanya, alasan mengapa mereka dijodohkan, dan sampai kakeknya yang tahu akan ini namun tetap merahasiakan.
Jika Sion mau menbencinya, biarlah. Yang penting dia sudah mengatakan semuanya. Sion berhak tau, dan Reon ingin Sion tahu.
Sion mendengarkan dengan seksama, tanpa sekalipun menyela sampai Reon mengakhiri ceritanya.
"Jadi begitu," gumam Sion.
"Lo pasti benci sama gue," ungkap Reon membuat Sion menatapnya bingung.
"Kenapa gue harus benci lo?" tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Left Untold [COMPLETED]
Ficção AdolescenteSion Vererro adalah putri dari Sarah handoko dan Billy Vererro. Setidaknya, itulah yang tertulis di atas kertas. Kedua orangtuanya meninggal saat dia masih SMP. Oleh karena itu, Sion harus menghidupi dirinya sendiri dan adiknya Sonny, satu-satunya k...