Extra Part: Endgame

3K 139 22
                                    

Song of the chapter:
Two of Us - Louis Tomlinson

"...."

"...."

"Hello. Sion Vererro here. I’m sorry, but I was unable to take your call at the moment. Please leave me your name, number, and message, and I’ll call you back as soon as possible. Thank you!"

"Happy 26th birthday, Sion. Gue kangen. I've met a lot of people but no one understands me as much as you did. Lo yang terbaik! Semoga lo bahagia di sana sama keluarga lo. I'll come to meet you one day."

Selena Potter tersenyum, lalu menurunkan handphone yang tadi menempel di telinganya. Telepon itu takkan pernah terbalaskan, karena sang pemilik kotak suara itu sudah berada sangat jauh. Hanya suaranya saja yang bisa mengatasi sedikit kerinduan.

Sudah nyaris lima tahun berlalu sejak Sion mendonorkan jantungnya pada Rachel, namun nomor itu masih aktif. Itu berarti, orang yang memegang handphone milik Sion juga masih ingin mendengar suaranya sehingga masih terus mengisi pulsa dan membiarkan nomor itu aktif. Tanpa bertanya langsung sekalipun, Selena sudah tahu siapa orang itu.

Siapa lagi kalau bukan Reon Alistair Zodic.

"Selena," panggil suara berat setengah bergumam yang terdengar masih mengantuk. "Jam berapa?" tanyanya kemudian.

"Jam delapan, Nix. Sarapan yuk," jawab Selena sambil beranjak dari ranjang mereka.

"Lima menit," ujar Nixon yang masih ingin menempel di ranjang.

Selena tersenyum melihat kelakuan suaminya. Semalam mereka baru sampai di sini sekitar jam sepuluh setelah menghabiskan sekitar 26 jam di pesawat dan transit, jadi Selena akan membiarkan Nixon tidur lebih lama.

Berhubung cuacanya terlihat sangat bagus di musim panas ini, Selena pun keluar dari casitas-nya. Dia berjalan menuju danau yang terletak tak jauh dari sana.

Bukan pertama kalinya Selena menginap di resort yang terletak di dekat perbatasan Colorado-Utah ini. Sewaktu Sion masin kuliah di John Hopkins, dia pernah ikut Sion dan Ezra ke sini. Selena masih ingat kalau area hijau di pinggir danau adalah tempat favorit Sion. Sion biasa menghabiskan sore hari bersandar pada pohon sambil membanca e-book kedokteran yang tak Selena mengerti.

Senyuman terukir di wajah Selena sambil dirinya terus berjalan mendekati danau. Dia masih ingat jelas waktu itu, Sion mengabaikannya yang cerita panjang lebar. Ceritanya kalah dengan e-book berisi banyak bahasa latin di handphone Sion.

Begitu danau sudah tepat berada di depannya, Selena pun mendongkak manatap pemandangan di hadapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Begitu danau sudah tepat berada di depannya, Selena pun mendongkak manatap pemandangan di hadapannya. Masih menakjubkan seperti dulu. Tidak heran Sion sangat suka berada di sini.

Dia pun sama. Tempat ini sangat nyaman dan menenangkan, menampakkan dua suasana berbeda yang tak bisa dia lihat di Indonesia: Canyon yang bersebelahan dengan ruang hijau.

Tenggelam dalam nikmatnya pemandangan selama lebih dari sepuluh menit, Selena tidak sadar kalau dia sudah tak lagi sendirian di sana.

"Hai, Selena," sapa seseorang dari belakangnya, membuat Selena sontak menoleh.

"Reon? Kok lo--"

"Missed her," jawab Reon sebelum Selena melanjutkan kata-katanya. "Lo juga, kan?"

Selena tersenyum.

"Lo ke sini sama siapa, Re?" tanya Selena.

"Rebecca. Dia masih asyik dalem mimpi gabisa dibangunin," jawab Reon terkekeh.

"Long time no see, by the way," ujar Reon yang baru sadar kalau mereka sudah lebih dari satu tahun tidak bertemu.

"Ya. Lo sibuk sih," balas Selena, membuat Reon lagi-lagi terkekeh.

"Apa kabar yang lain? Kalian masih keep in touch kan?" tanya Reon.

"Hmm. Tapi sama kayak lo, banyak yang udah lama enggak ketemu juga, cuman dari chat," jawab Selena. "Vianna masih ngurus café-nya, udah ditawarin banyak orang yang mau bikin franchise tapi dia gamau. Katanya males ngurus, udah seneng sama kondisi sekarang," Selena memulai ceritanya. "Bianca sekarang tinggal di Jepang ikut suaminya. Elle juga udah nikah di Aussie sama orang Indonesia yang udah menetap di sana. Vera masih jomblo, pengen jadi professor dulu katanya, sekarang lagi di Jerman. Valen udah tunangan, mungkin dalam waktu dekat bakal bagi undangan, dia sekarang di Bali kerja di resort."

Ah ya, Reon baru ingat kalau terakhir Reon bertemu dengan Selena itu di hari pernikahan Bianca. Tetapi dia tidak tahu kalau sekarang Bianca pindah ke Jepang. Elle juga mengundangnya ke pernikahannya di Australia, tetapi dia minta maaf tidak datang karena sedang sibuk.

Selena tidak menceritakan yang lainnya karena yakin Reon masih stay in contact dengan yang tidak dia sebutkan.

Ash Williams membantu Arthur mengurus perusahaan. Dia dan Zoey juga sudah bertunangan, katanya sedang mencari tanggal yang tepat. Beatrice sudah tidak sabar ingin anaknya menikah.

Sedangkan Erika, masih sibuk dengan dunia entertainment, bahkan memperlebar sayapnya ke New York Fashion Week. Gosipnya dia pacaran dengan fotografer. Eh bukan sekadar gosip biasa, karena Reon dengar dari Rachel mereka memang baru jadian.

Rachel dan Jude sedang menanti anak kedua mereka. Rachel sering bermain ke rumah Zodic. Reon baru saja bertemu dengannya dan Jude tak lama ini, keduanya datang ke rumah membawa anak pertama mereka.

"Everyone are busy with their life," ujar Selena. "Sampai kadang gue kepikiran, apakah mereka semua masih inget sama Sion," lanjutnya lirih sambil menatap langit biru berawan.

Reon malah tersenyum mendengarnya. Tangannya meraih handphone di saku kiri celananya.

"They do," sahut Reon.

Reon menunjukkan deretan voicemail yang masuk dari jam 12 malam. Baik nama-nama yang disebutkan maupun tidak disebutkan oleh Selena tadi terpajang di sana.

Melihat itu, mata Selena langsung berkaca-kaca.

Ternyata bukan hanya dia.

Reon menurunkan handphone itu dan kembali mematikannya agar orang yang akan menelpon ke nomor itu lagi nantinya untuk mengucapkan selamat ulang tahun--meski tanpa balasan--langsung terhubung ke kotak suara. Dia tahu semua orang yang menelpon ke sana ingin mendengarkan voicemail, sama seperti dirinya. Karena itulah dia terus membuat nomor itu aktif selama lebih dari empat tahun.

"Kapan-kapan, ayo ajak semuanya ke sini. Kita bersenang-senang bareng," ujar Reon.

Kali ini, dia yang tidak menatap Selena. Matanya menatap pemandangan indah di depan. Pemandangan yang disukai oleh Sion Vererro.

Selena mengelap air mata yang lolos keluar dari matanya.

"Ya. Kapan-kapan. Pasti," balas Selena.

🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻🔻

Long time no see!
Ini barusan banget aku tulis karena nemu ide mendadak, hehehe. Maaf ya kalau kependekan, hope you enjoy the extra part!

Ps.
Extra part ini timeline-nya sebelum Reon pacaran dengan Gaby. Tepatnya, agak jauh sebelum extra part yang Sebelumnya.

And yeah,
Happy fasting!

- Vi
130519

Left Untold  [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang