Jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi, namun Sion yang sudah terjaga masih tetap terbaring di tempat tidurnya sambil menatap langit-langit.
Mungkin memang inilah yang dia butuhkan, liburan.
Selama enam tahun dia hampir tak pernah bangun lebih dari jam enam pagi, bahkan saat liburan bersama Ezra sekalipun dia selalu sibuk membaca berbagai buku untuk mempermulus karirnya di dunia kedokteran. Dia hampir tak pernah istirahat sama sekali.
Apakah sebaiknya dia break setengah tahun dulu? Apalagi sekarang sudah ada Matt.
Ah. Tapi dia tidak boleh egois. Matt baru saja pulih setelah mendonorkan ginjalnya pada Zoey, dia harus segera kembali untuk membantunya.
Lagipula, Matt hanya tiga bulan di Jakarta, dan Sion masih punya hutang budi dengan keluarga Williams.
"Nona Sion, tuan Reon datang," ujar salah seorang pelayan melalui intercom di kamarnya.
Sion tidak menjawab. Dia malas bergerak dari kasurnya. Empuk. Nyaman.
Reon memang sudah mengabari kalau dia akan datang hari ini. Bahkan katanya, dia akan mendatanginya setiap hari. Alasan Reon memang cheesy, mengatakan kalau dia merindukan Sion setiap hari. Tetapi Sion tidak keberatan, karena dia juga senang melihat Reon.
Enam tahun dia menutup diri dari laki-laki lain sejak putus dengan Damian. Matt pun tidak berhasil meluluhkan hatinya, namun Reon Alistair Zodic bisa.
Karena itu Sion berharap, semoga tidak ada hak buruk lagi yang terjadi kali ini.
Semoga Reon memang ditakdirkan untuknya.
Sion memejamkan matanya lagi. Peduli setan dengan Reon. Sion masih mau tidur
"Good morning, sleeping beauty. Perlu dicium dulu nih, baru mau bangun?"
Sion sontak membuka matanya begitu mendengar suara Reon yang entah sejak kapan sudah masuk ke dalam kamarnya. Sepertinya dia benar-benar nyaris ketiduran.
Dia memang orang yang bisa cepat terlelap, karena pekerjaan lamanya yang sempat mengambil bagian sebagai dokter UGD di rumah sakit super sibuk menekannya untuk memanfaatkan waktu luang sebisa mungkin untuk tidur.
Saat mata Sion terbuka. Mulutnya bersentuhan dengan mulut yang lain. Bukan mulut manusia, tepatnya. Mulut boneka beruang super besar.
Reon berdiri di sampingnya, dengan buket bunga di tangan, mengedipkan sebelah mata saat Sion menatapnya.
Tangan Sion langsung menarik selimut untuk menutupi badannya, dan menggeser boneka itu.
"Keluar, Re," pinta Sion.
"Kenapa?" tanya Reon tanpa dosa.
"Gue enggak pake beha," jawab Sion disertai dengusan kesal.
Ah. Reon yang tidak memperhatikan itu langsung tersadar. Wajahnya merah padam.
"Arghh! Sorry!"
Lalu Reon keluar sambik garuk-garuk kepala dari kamar Sion setelah menaruh buket bunga di tea table.
Sepertinya Reon tidak akan membiarkannya tidur lagi, dan sepertinya dia tidak bisa tidur lagi. Jadi yasudahlah, Sion pun bergerak ke kamar mandi untuk mandi setelah memastikan pintu kamarnya terkunci agar Reon tidak masuk di saat yang tidak tepat.
Setelah selesai, Sion berjalan menuju ruang makan karena dia sudah menyuruh pelayan rumahnya untuk menyediakan makanan untuk Reon juga.
Begitu membuka pintu ruang makan, Reon yang sedang mengunyah nengok dan tersenyum ke arahnya. Lalu menepuk-nepuk bangku di sebelahnya memberi kode agar Sion duduk di sebelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Left Untold [COMPLETED]
Teen FictionSion Vererro adalah putri dari Sarah handoko dan Billy Vererro. Setidaknya, itulah yang tertulis di atas kertas. Kedua orangtuanya meninggal saat dia masih SMP. Oleh karena itu, Sion harus menghidupi dirinya sendiri dan adiknya Sonny, satu-satunya k...