Kemarin Reon tidak bisa datang karena ada acara di kampus yang tidak bisa diabaikan. Sebagai gantinya, dia malah meminta Sion untuk video call membuktikan dirinya sudah makan. Dengan sebal, Sion terpaksa menurut agar Reon tidak bawel.
Sekarang, Sion sedang di kantin rumah sakit menunggu kedatangan Reon. Reon yang menyuruhnya untuk ke kantin duluan karena tadi dia sudah di parkiran. Tiga menit menunggu, akhirnya Reon datang sambil melambai padanya.
"Nih." Reon mengucapkannya sambil menaruh bungkusan makanan ke mejanya. "Makanan di sini kayaknya boring banget. Jadi gue mampir dulu beli buat lo," ujarnya.
Sion menatap Reon, lalu membuka bungkusan itu. Pizza, makanan favoritnya. "Thanks, Reon. Gue emang lagi pengen ini," ungkap Sion.
Reon memicingkan matanya sembari duduk di hadapan Sion. Sion mengangkat alisnya karena ditatap begitu.
"What happened?" tanya Reon pada Sion.
"What?" tanya Sion balik tidak mengerti.
"Tampang lo jelek hari ini," balas Reon, lalu tangannya bergerak mencubit kedua pipi Sion, padahal Sion lagi ngunyah makanan. Dengan refleks, Sion menepisnya dengan tampang yang menunjukkan 'ngapain sih lo'. "Muka lo kayaknya enggak adem. Kenapa? Ada masalah?" tanya Reon kemudian.
Sion tersentak, Reon bisa tahu dia ada masalah hanya dengan melihat wajah? Padahal dari pagi tidak ada yang komentar mengenai wajahnya, dan sepertinya juga saat dia ngaca wajahnya normal-normal saja.
Terdiam cukup lama, Sion menghela napas. "Zoey kecelakaan," jawab Sion setengah berbisik, tidak mampu mengeluarkan suara normal saat membahas itu.
"Zoey mantan Jude?"
Sion mengangguk. Waktu curhat ke Erika kalau dia suka sama Sion, Erika menceritakan banyak hal. Dia jadi tahu juga kalau Sion ternyata teman dekat Zoey Loux.
"Gimana keadaannya?"
Sion terdiam lama sebelum akhirnya menjawab lagi. "Kalau enggak dapet donor ginjal sesegera mungkin, dia bisa ..."
WalauSion tidak sanggup melanjutkan perkataannya, Reon langsung bisa menebak apa kelanjutannya.
Bisa pergi.
Reon menatap Sion, lalu berdiri dan menarik tangan Sion.
"Re?"
"Ikut aja," balas Reon.
Reon ternyata membawa Sion ke atap rumah sakit. Tetapi kali ini, Reon tidak menyuruh Sion untuk berteriak. Kali ini, Reon memeluk Sion.
Kaget dipeluk tiba-tiba, Sion berusaha melepaskan dirinya. Sebaliknya, Reon malah mendekapnya erat.
"Lo boleh nangis," bisik Reon yang mengelus kepala Sion.
Reon tahu, hari ini Sion tidak butuh berteriak kencang.
Reon tahu, dalam diri Sion ingin menangis sejadi-jadinya.
Reon tahu, Sion tidak akan menangis di depan orang lain.
Reon tahu, Sion tidak punya orang yang bisa melihat kelemahannya.
Reon tahu, Sion membutuhkannya.
Kali ini, Reon tidak ingin membuat Sion berteriak keras. Karena bukan emosi menggebu-gebu yang ingin dia lampiaskan, melainkan kesedihan.
Dan Sion pun benar-benar menangis.
Hanya Reon Alistair Zodic, satu-satunya orang yang selalu menemukan dirinya saat sedang terpuruk.
Satu-satunya orang yang tahu kelemahan yang selalu dia sembunyikan di balik topeng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Left Untold [COMPLETED]
Teen FictionSion Vererro adalah putri dari Sarah handoko dan Billy Vererro. Setidaknya, itulah yang tertulis di atas kertas. Kedua orangtuanya meninggal saat dia masih SMP. Oleh karena itu, Sion harus menghidupi dirinya sendiri dan adiknya Sonny, satu-satunya k...