Part 81 - Dream

4.4K 307 23
                                    

Teruntuk Reon Alistair Zodic, meski kau takkan pernah mengetahuinya karena ini hanya kutuliskan di pikiranku.

Malam setelah kita berdua menghabiskan waktu di kapal dimana aku berjanji padamu untuk bertahan, aku bermimpi. Sebuah mimpi yang sangat indah, sampai-sampai aku sempat berpikir: bolehkah aku terus tertidur dan hidup dalam mimpi ini?

Aku bermimpi berada di sebuah taman yang pernah kukunjungi bersama kakek di perbatasan Colorado. Saat itu, sedang musim panas. Musim panas membuat taman itu terasa hangat, namun nyaman.

Apa kau tahu bahwa musim panas adalah musim kesukaanku? Ah, mungkin aku belum sempat memberitahukannya padamu dan kau belum pernah bertanya.

Di mimpiku, kau juga hadir. Bukan hanya kau, tetapi semua orang. Mama, Papa, kakek Ezra, oom Dion, tante Caitlyn, Rachel, Selena, Ash, Zoey, oom Arthur, tante Beatrice, Erika, Jude, juga teman-teman kita di Mutiara Persada--maksudku, temanku, karena temanmu hanya Rachel dan Erika (aku becanda, hahaha. Tapi memang benar kan?). Kita semua sedang piknik di taman itu.

Tangan dan kakiku bisa bergerak bebas seperti yang aku inginkan. Aku sangat senang dan tidak bisa diam. Kau menemaniku berkeliling taman.

Kau sangat manja, tak mau melepaskan tanganku meski oom Dion, maksudku papa, memintamu untuk membantunya menyiapkan peralatan barbeque.

Meski agak risih karena teman-teman langsung meledek kita setelahnya, aku senang dengan genggaman tanganmu.

Kita bercanda bersama, bermain capsa, lalu kejar-kejaran tanpa sebab yang jelas. Seingatku, itu diawali saat kau dengan sengaja mencoret wajah Erika memakai whipped cream. Walau Erika terlihat kesal saat itu, I know she enjoyed the day.

Re, menurutmu, apakah hari itu akan terwujud? Apa aku bisa sembuh?

Aku meragukannya.

Re,

ini adalah permintaan yang takkan pernah terucap olehku:

Jika aku tak lagi bisa bertahan,

Jika aku melanggar janjiku padamu,

Aku harap kau bisa mewujudkan hari itu, walau perempuan yang kau genggam tangannya bukanlah aku.

Berbahagialah, Re. Karena aku bahagia.

Aku bahagia.

***

Rachel Magdelene Walker sedang bersiap-siap pulang ke rumah setelah bermalam di rumah sakit. Kali ini, dia sedang sendiri karena Zoey pergi sarapan. Rachel hendak menaruh handphone-nya saat dia teringat kalau dia sama sekali belum menyentuh handphone itu sejak dia bangun.

Jude

Jangan overwork ya
Jaga kesehatan. Oke ?

Senyuman tersungging di wajahnya. Bagaimana caranya dia bisa memberitahu soal ini pada Jude?

Rachel mengacak-acak rambutnya frustasi.

Walau dia mengalihkan topik saat membahas bahwa dirinya perlu diopname, Rachel juga tahu batasannya sendiri. Dia memang perlu diopname cepat atau lambat, karena bernapas sendiri rasanya semakin sulit jika suatu saat serangan itu terjadi.

Left Untold  [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang