Part 32 - Moving

4.4K 311 10
                                    

[Song of the chapter:
Ariana Grande, John Legend - Beauty and The Beast]

Ash bertemu lagi dengan perempuan yang pernah bertabrakan dengannya di bandara! Tapi kali ini, dia bertemu dengannya di toko buku, sedang melihat-lihat novel import. Sepertinya perempuan itu sedang kesulitan mencari buku, dari gerak-geriknya.

"Cari buku apa?" tanya Ash dari belakang perempuan itu. Perempuan itu sontak menoleh, tapi dari tatapannya terlihat kalau dia tidak mengenali Ash. Sepertinya dia sudah lupa dengan kejadian di bandara.

"Looking For Alaska, John Green," jawab perempuan itu pendek.

"Ada di belakang rak ini, deket Let It Snow kalau ga salah," balas Ash sambil tangannya menunjuk ke rak yang ada di belakangnya.

Perempuan itu menatapnya sebentar. "Thanks," ujarnya, lalu beranjak ke tempat yang dimaksud oleh Ash. Tetapi sebelum berbelok, dia berhenti sebentar. "Ah, ya. Kalau Harry Potter and The Cursed Child? Udah keluar belom? Ada dimana?" tanyanya.

Ash tertawa. "Itu kan baru released bulan lalu, di sini pasti belom keluar," jawabnya. Perempuan itu memasang tampang kecewa.

"Yah. Sayang banget. Oke deh."

"Ceritanya bagus banget loh, lo harus baca," ujar Ash membuat perempuan itu menoleh lagi ke arahnya.

"Bukannya belom keluar kata lo?"

"Belom keluar di sini. Gue baru balik dari New York, jadi udah baca," jawab Ash. "Mau minjem?" tawarnya.

Perempuan itu menimbang-nimbang. Di satu sisi dia belum mengenal cowok yang ada di depannya, tetapi di sisi yang lain dia sudah sangat penasaran dengan seri ke delapan itu, apalagi dia memang Potterhead sejak lama. Baiklah. Rasa penasarannya lebih penting.

"Mau," balas perempuan itu. "Tapi gimana minjemnya? Emang lo bawa?"

"Kebetulan gue abis baca, jadi tinggalin di tempat kerja bokap. Di gedung sebelah, rumah sakit Tetrias, mau ikut?"

Perempuan itu berpikir sejenak sebelum akhirnya mengangguk.

***

"Ada pintu belakang ga yang sepi?" tanya perempuan itu begitu mereka sudah berada di dalam halaman rumah sakit Tetrias. Dia memakai kacamata sejak memutuskan untuk ikut Ash mengambil bukunya.

Ash mengingat-ingat, karena memang sudah lama dia tidak ke sini. Takutnya ada beberapa tempat yang berubah.

"Kalau ga salah ada, deh. Pintu pasien VVIP khusus," jawab Ash lalu menuntun perempuan itu mengikutinya.

Dia ingat, dulu dia pernah lewat pintu pasien VVIP khusus. Itu pintu yang khusus dibuat bagi pasien yang memiliki latar belakang khusus, misalnya presiden atau orang-orang penting lainnya agar tidak terganggu dengan pasien-pasien biasa. Pintu itu hanya bisa dilewati beberapa orang tertentu dan penjagaannya sangat ketat. Tapi tentu saja, akses seperti apakah yang tidak bisa didapatkan oleh Ash Williams di sarangnya?

"Selamat siang, tuan muda Ash," sapa ramah petugas keamanan yang menjaga.

"Ya, hai," balas Ash yang langsung masuk bersama perempuan tadi.

"Akses lo hebat juga, lo siapa sih?" tanya perempuan itu penasaran saat mereka sudah ada di lift khusus direksi.

"Ash Williams. Bokap gue yang punya rumah sakit ini. Dan lo? Kenapa daritadi kayaknya nyebunyiin muka lo? Lo artis? Atau koruptor?"

Perempuan itu tertawa mendengar dirinya dibilang koruptor. Dia sudah tahu kalau Ash memang tidak mengenalinya, apalagi ditambah dengan fakta kalau Ash baru kembali dari New York. Wajar saja Ash tidak tahu siapa dia.

"Zoey Loux. Gue model, dan lumayan terkenal asal lo tau," balas Zoey.

Ash hanya menggut-manggut. Di saat yang bersamaan pintu lift terbuka, sepertinya seseorang dengan akses sekelas direksi juga mau menggunakan lift. Jarang-jarang Ash bertemu dengan orang lain di jam segini hari Minggu saat menggunakan lift ini. Saat pintu terbuka sepenuhnya, nampak seseorang yang dikenal akrab oleh keduanya.

"Hem? Ash? Zoey?" Sion mengernyitkan dahinya begitu melihat siapa yang ada di dalam lift, lalu dia masuk ke dalam.

"Sion?" tanya Zoey heran karena bisa bertemu dengan Sion di sini.

Sion melirik panel lantai, dan mendapati kalau keduanya sedang menuju ke lantai yang sama dengannya.

"Kok lo bisa berduaan?" tanya Sion sambil menatap Ash dan Zoey penuh selidik.

"Dia mau minjem novel Harry Potter gue," jawab Ash yang bersandar pada dinding lift. "Lo abis ngapain di pediatrik?" tanyanya.

"Iseng," balas Sion sambil tersenyum. "Anak-anaknya lucu sih, jadi gue main."

"Lo berdua kenal?" tanya Zoey melihat keakraban keduanya.

"Dia adek angkat gue. Kan gue diangkat sama keluarga Williams."

Zoey baru ingat. Pantas saja waktu itu Sion mewakilkan Williams Corporation di JFAF lalu.

"Lo mau ke tempat papa?" tanya Ash, tentunya pada Sion yang langsung mengangguk. "Ngapain?"

Sion terdiam sebentar. "Yah, ada urusan," jawabnya asal. Ash langsung peka kalau Sion tidak mau dia tahu apa yang ingin dia bicarakan dengan ayahnya-ayah mereka.

***

Sion akhirnya bisa bicara leluasa dengan Arthur saat Zoey dan Ash sudah menyelesaikan urusan mereka alias mengambil novel dan pergi. Walaupun Sion tahu kalau pada akhirnya nanti juga Ash tahu, tetap saja dia belum ingin Ash mengetahuinya sekarang.

"Ada apa, Sion?" tanya Arthur yang berpindah duduk di sofa depan Sion.

Sion tidak langsung menjawab, dia meneguk teh hangat yang disediakan pegawai Arthur tadi saat dia datang. Setelah menaruh kembali cangkirnya, Sion menatap Arthur, lalu tertunduk sedikit. "Aku... kayaknya mau tinggal sama Ezra Vererro, Dad," ujarnya lirih. Dia sebenarnya tidak tahu harus bagaimana berhadapan dengan Arthur untuk membicarakan ini. Arthur yang tahu akan itu tersenyum padanya.

"Oke. Nanti akan Dad urus surat-suratnya," balasnya langsung, sambil bangun dan mengacak-acak rambut Sion. "Tenang aja, Billy pasti juga pengen kamu temenin Ezra," ujar Arthur. "Oom yang bakal ngomongin ini ke Beatrice sama Ash biar mereka ngerti. Jadi kamu bisa santai dan jangan khawatir."

"Oom udah tahu?"

Arthur mengangguk mantap. "Oom udah menduga kalau pada akhirnya kamu bakal balik ke Ezra, dia orang yang baik, dan ga seharusnya dulu oom sempet khawatirin soal dia bakal ambil kamu," jawab Arthur.

Sion menatap Arthur. "Kalau gitu, Oom juga tahu kalau aku anak oom Dion, bukan papa?"

Pertanyaan yang tidak diduga Arthur keluar dari mulut Sion, tentu saja Arthur langsung tersentak dan membelalakkan matanya. "Ezra kasih tau kamu?"

Sion menggeleng. "Aku udah tau dari lama," jawabnya.

"Dan kamu ga pernah kepikiran untuk balik ke Dion?"

Sion menggeleng lagi, lalu tersenyum. "Dia udah bahagia sama keluarganya, masa aku tega ganggu kebahagiaannya?"

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

Cek part tambahan setelah ini: character introduction 🙆🙆

- Vi
March 25th, 2017

Left Untold  [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang