59 - Pasar Malam

4.5K 395 6
                                    

Bagir menatap tajam seorang pria yang kini tengah menundukkan kepalanya. Ia memergoki pria itu yang hendak mencium anaknya gadisnya, Aura.

"Kenapa diem?" Tanyanya sarkas.

Pria itu hanya terdiam, ia bahkan sama sekali tak mendongakkan kepalanya.

"Ma--maaf, om, tadi itu saya ga--" belum sempat ia menyelesaikan ucapannya, tawa Bagir sudah meledak.

"Hahaha, Ano, Ano, kamu tuh kayak gak kenal om aja sih." Pria yang tak lain adalah Alano sontak mendongak.

"Maksud, om, gimana?"

"Santai aja kali, No. Om itu kenal baik papah dan mamah kamu, jadi om tau gimana didikan mereka. Om percaya sama kamu, jaga anak om, yah." Alano hanya mengangguk dengan pandangan terkejut.

Jadi, om Bagir gak marah? Tanyanya dalam hati.

"Tadi kamu mau ngapain?" Alano terdiam. "Em, an--anu om, Ano cuman mau cium keningnya Aura kok, serius deh, gak bohong." Ucapnya sambil menunjukan jarinya yang membentuk huruf V.

Lagi-lagi Bagir terkekeh, "aduh, gapapa kali, No. Kamu hamilin Aura juga boleh,--" belum selesai Bagir berucap, Alano sudah terlebih dahulu mementingkan ucapannya.

"Serius, Om?" Tanyanya dengan mata berbinar. Bagir seketika menatapnya datar, "tapi siap-siap aja, nyawa kamu hilang saat itu juga." Ancam Bagir membuat Alano meringis.

Namun sedetik kemudian ia tersenyum miring, "kalau saya mati ntar siapa yang nikahin Aura, om?" Bagir terbelalak, iya juga yah?

"Awas aja kalau berani! Kasih kepastian sama Aura aja gak bisa, sok-sokan mau nikahin." Cerca Bagir.

"Mana ada, seorang Alano itu gak pernah gantungin cewek yah, om. Yang ada anak om tuh yang gantungin saya." Balas Alano tak terima.

"Masa sih? Ah pokoknya hubungan kalian tuh gak jelas deh!"

"Ih, om Bagir ketinggalan info nih, orang saya sama Aura udah resmi pacaran kok, ih kudet nih!"

Dahi Bagir mengernyit, "serius? Kapan?" Alano mengangguk, "hari ini, tepatnya saat sore tadi, om."

Bagir pun hanya mengangguk-anggukkan kepalanya, "terus ngapain masih disini? Sana pulang! Kan udah malem nih!"

Alano mengangguk dengan muka masamnya, "jadi gini yah rasanya di usir sama calon mertua sendiri." Gumamnya pelan namun masih terdengar oleh Bagir.

***

Berbeda dengan Alano, kini Aland tampak masih sibuk menikmati waktunya bersama Jasmine.

Pria itu sibuk menemani Jasmine yang ingin bermain ke pasar malam, juga menikmati setiap wahana yang ada disana.

"Kak, kita masuk rumah hantu yuk!" Ajak Jasmine seketika membuat wajah Aland terkejut, wajahnya tampak pias.

Ia menatap Jasmine yang justru tengah tersenyum ke arahnya, "rumah hantu?" Jasmine mengangguk.

Mendengar kata 'rumah hantu', ingatan Aland beralih pada saat ia berumur delapan tahun, saat ia, Alano dan kedua orangtuanya bermain ke pasar malam.

#Flashback Off

Saat itu, Alano sangat antusias sekali ingin masuk ke rumah hantu. Awalnya Aland tidak takut, namun saat sudah di dalam.

Ia mengeratkan genggaman pada celana sang papah, yaitu Andra. Andra pun yang melihatnya hanya tersenyum, "kamu takut?" Aland hanya mengangguk.

Andra pun mengangkat tubuh Aland untuk di gendongnya, "jangan takut, ada papah, ada mamah, ada Ano dan ada Allah." Aland kecil hanya mengangguk.

Sedangkan Alano tampak senang sekali memasuki rumah hantu tersebut di temani oleh Jihan di sampingnya.

Sampai melewati sebuah penjara berisikan para manusia berkostum hantu, Aland semakin mengeratkan pelukannya pada leher Andra.

"Papah, aku takut." Gumamnya pelan, Andra hanya bisa mengelus rambut Aland lembut.

Entah karena gemas melihat Aland, salah satu hantu-hantuan disana pun mendekat dan mencubit pipi Aland kencang membuat sang empunya menangis.

Dan sejak saat itu, Aland tidak pernah mau masuk lagi ke rumah hantu. Bukan karena takut hantu, ah, pokoknya dia benci rumah hantu.

#Flashback On

Aland menggelengkan kepalanya kencang, ia menatap Jasmine. "Yang lain aja yah, aku gak terlalu suka masuk sana."

"Kakak takut hantu?" Aland menggeleng, "enggak, cuman trauma dikit sama rumah hantu, hehe." Akhirnya pun Jasmine hanya bisa mengangguk.

Ia tak mungkin memaksakan keinginannya untuk masuk ke rumah hantu sedangkan kekasihnya memiliki trauma tersendiri dengan wahana tersebut.

Namun matanya berbinar ketika melihat gerobak pedagang arum manis, Aland mengikuti arah pandang Jasmine kemudian tersenyum.

"Kamu mau?" Jasmine menoleh dan sontak mengangguk cepat. "Boleh?" Tanyanya polos.

Hal itu membuat Aland gemas, ia mencubit kedua pipi gadis di depannya ini lalu mengangguk. "Boleh dong, apa sih yang gak buat pacarnya Aland."

"Tunggu disini yah!" Jasmine mengangguk.

Dengan segera pun Aland menghampiri pedagang tersebut, dan tak butuh waktu lama, ia kembali ke tempat Jasmine dengan dua buah arum manis di tangannya.

"Kok dua?" Tanya Jasmine bingung.

"Iya, satu kamu makan disini, satu kamu makan di rumah. Anggap aja oleh-oleh." Jawab Aland membuat Jasmine terkekeh.

"Kakak tuh ada-ada aja deh, masa iya oleh-oleh arum manis." Aland ikut terkekeh.

"Biarin aja, yang penting kamu bahagia." Ujar Aland berhasil menimbulkan semburat merah di kedua pipi Jasmine.

Aland tersenyum melihatnya, ia suka, ia sangat suka semburat merah yang hanya dapat ia lihat ketika ia menggoda gadisnya itu.

Bersambung...

******

Yuhuuuu
Anti ngaret-ngaret club:/
Oh iya, fyi. Maafin ya kalau menurut kalian alur cerita ini tuh terlalu dibelit-belit, udah kayak benang aja, kusut dan tak tau arah jalan pulang:v

Oke sip, btw minta saran dong, biar cerita ini makin asik kayak judul lagu, krik krik.

OMG, GUE JUGA INGET!
JANGAN LUPA BACA CERITA TEMAN GUE YA, JUDULNYA SILENT KARYA flashstyles siapa tau tertarik, jangan lupa juga untuk VOTE dan COMMENT ceritanya kalau bisa di follow.

Tapi sebelum itu VOTE dan COMMENT cerita ini dulu pastinya:v

BROTHERHOOD : Aland & AlanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang