30 - Aland Alano Kecil

8K 577 11
                                    

Disisi lain, Aland terlihat duduk dengan santainya sembari bersenandung mengikuti lagi yang ia dengar dari earphone yang terpasang di telinganya.

Saat ini ia tengah terduduk di kursi ruangan papahnya, Andra. Pada jam 10.00 pagi tadi, ia memutuskan pergi dari sekolah karena rasa bosen yang melanda.

Dan tiba-tiba saja, terlintas di otak tampan nya untuk pergi ke tempat Andra. Dan bukan hal yang aneh lagi, justru Andra menyambut Aland dengan bangganya.

Brak!

Aland terlonjak kaget ketika mendengar gebrakan pintu, dapat ia lihat seorang lelaki seumurannya yang tengah berdiri tepat di depan pintu dengan tatapan tajam kearahnya.

Aland meringis menatap lelaki tersebut, namun sedetik kemudian ia tersenyum. "Eh Ano, apa kabar, No?" Tanya Aland pada sosok lelaki yang ternyata adalah Alano.

Alano berjalan mendekat lalu ikut menjatuhkan tubuhnya di samping Aland. "Gue udah kesel tingkat dewa yah sama kelakuan lu, Land. Gue harap ini adalah bolos lu yang terakhir, gue gak mau tau." Dumel Alano.

Baru saja Aland hendak berucap, Alano sudah kembali berucap. "Dan gue sangat berharap yah, Land. Elu berubah, kita ini udah kelas XI, Land."

"Lu mau gue berubah jadi apa sih? Si buta dari goa hantu? Hulk? Batman? Atau Alander--" belum sempat Aland melanjutkan ucapannya, Alano kembali berucap.

"Bukan berubah kek gitu yang gue maksud, Aland! Tapi berubah, berubah jadi anak rajin, gak suka cari masalah, kayak gitu."

Aland berdecak sebal, "ih, gue gak suka cari masalah, justru masalah yang demen cari gue. Lagian yah, No, berubah jadi anak rajin mah ntaran aja. Tunggu kelas XII, baru deh tobat." Ujar Aland.

Sedangkan Alano hanya dapat berhembus pelan, lagi dan lagi ia harus menghadapi orang gila seperti Aland. "Iyain aja deh, capek ngomong sama lu."

"Kalau capek ya istirahat," Alano menoleh tajam membuat Aland seketika menyungingkan senyumnya.

"Papah mana?" Bukannya menjawab, justru Aland malah tertawa.

"Ye si goblok! Gue nanya, papah mana?" Tanya Alano sekali lagi.

"Papah ada di ruang operasi," dahi Alano mengernyit heran. "Terus kenapa tadi pas gue tanya papah mana, lu malah ketawa?"

Aland menggeleng, kemudian pandangannya beralih pada sebuah bingkai yang terletak di meja kerja Andra. "Tuh liat, gue ngakak liat muka lu waktu kecil, No."

Alano mengikuti arah pandang Aland dan seketika ia membulatkan matanya. Disana tertampang foto Aland dan Alano ketika berumur sekitar 6 tahun, Alano ingat itu.

"Eh anjir! Itu siapa yang pajang?" Pekik Alano

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Eh anjir! Itu siapa yang pajang?" Pekik Alano.

"Ya siapa lagi kalau bukan, papah." Jawab Aland.

Alano berdecak sebal, "Kok gue baru sadar ada foto itu sih?"

"Itu karena kita gak pernah liat-liat apa yang ada di meja papah, gue aja baru liat tadi kok, terus gue lupa benerin posisinya." Alano pun hanya ber-oh iya.

"Tapi kalau diliat-liat, gue ganteng juga yah, Land." Gumam Alano membuat Aland terkekeh geli.

"Eh bege, inget yah, itu muka fotocopy dari muka gue!" Tegas Aland dengan muka datar.

"Fotocopy juga tetep gantengan gue, wle. Udah ah, gue gak mau muji muka gue, takutnya ria." Alano menjulurkan lidahnya membuat Aland berdecak sebal.

"Ngomong-ngomong itu jam yang dikasih sama Oma Mawar bukan, Land?" Tanya Alano membuat Aland tersenyum simpul kemudian mengangguk.

Oma Mawar, atau yang sering kita sebut Mawar, adalah ibu kandung dari Almarhumah. Claudya.

Hubungan Andra dengan kedua orang tua Claudya memang masih terjalin dengan baik, bahkan Aland dan Alano sudah mereka anggap cucu sendiri.

"Jadi kangen deh sama Oma Mawar dan Opa Lukman." Gumam Aland masih terdengar jelas di telinga Alano.

"Iya, denger-denger dari si Aura, mereka udah pindah yah?" Aland hanya mengangguk.

"Mereka pindah kemana yah, Land?"

"Mana gue tau," jawab Aland asal.

Hal itu membuat Alano kesal dan memukul pelan bahu Aland. "Ih, gue nanya serius juga!"

Aland kemudian terkekeh, "jangan serius-serius deh ah." Alano bergidik ngeri.

"Ih jijik gue dengernya!" Sahut Alano.

Clek...

Terdengar suara pintu terbuka membuat Aland dan Alano menoleh ke sumber suara, dilihatnya seorang pria setengah baya dengan jas putih di badannya.

Siapa lagi kalau bukan Andra.

Andra menyungingkan senyumnya menatap Aland dan Alano bergantian. "Eh si ketos udah datang, kamu diapain sama dia, Land?" Alano berdecak sebal.

"Ih papah, gitu amat sih sama anaknya sendiri." Andra terkekeh.

"Hehe, papah bercanda."

Andra melepaskan jas putih miliknya lalu menyimpannya di kursi. Setelah itu ia berjalan ke arah Aland dan Alano. "Kalian udah makan? Papah laper nih." Sontak Aland dan Alano menggeleng bersamaan.

Andra kembali terkekeh, "yauda ayo, papah yang bayarin." Ujar Andra.

"Ah si papah peka aja deh kalau kita berdua kelaperan," balas Aland.

"Yaiyalah, kan papah ganteng." Ucap Andra dengan pedenya.

"Ih pedenya," sahut Alano.

"Kata pak ustadz, gak boleh muji diri sendiri pah, ntar jatuhnya ria." Tiba-tiba saja Alano merasakan kepalanya di pukul dan saat ia menoleh, terlihat Aland dengan muka nya yang datar.

"Apaan sih? Mukul-mukul!"

"Dasar bege! Elu juga ria tadi! Muji-muji muka sendiri." Seketika Alano terkekeh.

"Astaghfirullah, ya Allah, maafin Alano yang tadi khilaf, Alano gak niat ria kok, kan emang muka Alano ganteng." Mendengar hal itu Aland kembali memukul kepalanya.

Alano meringis mengusap kepalanya pelan, "ih, kok lu jahat sih? Kan yang hobby mukul kepala itu gue, bukan elu!" Pekik Alano tak terima.

Namun saat Aland hendak membalas, Andra sudah terlebih dahulu berucap. "Kalian mau terus berantem atau ikut papah ke kantin." Ujar Andra.

Sontak Aland dan Alano pun mengangguk, "IKUT PAPAH KE KANTIN!" Pekik mereka bersamaan.

Bersambung...

******

Cie update cie:)
Maaf kalau pendek yang penting udah fast update kan? Wkwk

Gimana sama part kali ini?

Kira-kira kalian bisa bedain gak, mana Aland, mana Alano? Wkwk

BROTHERHOOD : Aland & AlanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang