8 - Astaghfirullah

12.2K 837 39
                                    

20.35 p.m.

Seorang pria setengah baya terlihat memasuki sebuah rumah dengan wajah lelahnya, dahi yang ia kenakan juga sudah terlihat longgar.

Pria tersebut adalah Andra Ganasiar, ia baru saja pulang dari rumah sakit tempatnya bekerja. Lebih tepatnya rumah sakit milik kakek gue.

Ya, Andra memang bercita-cita menjadi seorang dokter dan dia berhasil meraih cita-citanya.

Tok... Tok... Tok...

Andra terlihat mengetuk pintu rumahnya dengan pelan. Raut wajahnya terlihat sangat lelah. Tak berapa lama pintu terbuka menampilkan seorang wanita setengah baya dengan senyuman diwajahnya.

"Assalamu'alaikum," ujar Andra ketika melihat istrinya didepan pintu.

Ya, wanita tersebut adalah Jihan.

Jihan mengulurkan tangannya untuk mencium tangan Andra. "Wa'alaikumsalam, gimana di rumah sakit, pah?"

"Ya gitu deh mah, lagi banyak operasi yang bikin papah sibuk banget, maaf yah gak ikut kalian makan malem." Jihan mengangguk memaklumi.

Lalu mereka berdua terlihat masuk bersama, "Iya gapapa kok pah." Jawab Jihan membuat Andra meraih kepalanya dan menciumnya perlahan.

"Maafin papah kalau belum bisa lupain almarhumah Claudya yah, mah." Jihan mendongakkan kepalanya menatap Andra dalam lalu tersenyum.

Jihan meraih pipi Andra dan mengelusnya perlahan. "Mamah gapapa kok pah, papah gak usah terlalu pikirin. Lagian gapapa kali sekali-kali inget mantan, mantan kan ada untuk dikenang asal jangan baper aja waktu ngenang nya." Jelas Jihan membuat Andra terkekeh.

Ia menciumi pucuk kepala Jihan dengan gemas sambil terkekeh. "Aku cinta kamu, Han."

"Aku juga, cinta banget." Balas Jihan.

"Kamu udah gak haid kan?" Tanya Andra seketika membuat Jihan menunduk malu.

"Ehmm, i--iya udah enggak."

"Main yuk!" Ajak Andra semakin membuat pipi Jihan dihiasi semburat merah.

Andra terkekeh, "Happy anniversary yang ke 19 sayang, berarti 19 ronde yah!" Lalu tanpa aba-aba Andra langsung menggendong Jihan membuatnya memekik kaget.

***

Pagi harinya, Aland dan Alano terlihat berdiri didepan pintu kedua orangtua mereka sembari saling bertatap dengan mengernyit bingung.

"Lan, ini serius kan, papah sama mamah belom bangun? Ini kita bekal duit gimana nih? Mana enggak sempet sarapan lagi." Dumel Alano.

Aland terlihat memikirkan sesuatu. "Kalau urusan duit kita bisa pakek kartu kredit yang di kasih papah, tapi masalahnya kenapa bonyok kita belom bangun, ini udah siang lho, setengah jam lagi juga kita masuk." Kata Aland sambil menatap bingung kearah pintu kedua orangtuanya.

"Papah gak ada jadwal kali hari ini, jadi nyantai dulu di dalem."

"Atau jangan-jangan mereka main kuda-kudaan tadi malem." Lanjut Alano membuat Aland sontak menoyor kepalanya.

"Lu tau kayak gitu darimana, hah?"

"Aelah, itu pengetahuan umum kali. Coba deh lu ke YouTube, lu ketik apa pasti keluar apa, gue aja pernah ketik kondom handphone yang keluar malah kondom beneran." Jelas Alano membuat Aland menghela nafas.

"Ya jelas yang keluar kondom beneran, orang lu ketiknya kondom! Harusnya tuh case, Alano Ganasiar." Alano terkekeh menatap Aland.

"Ketok aja yuk!" Ajak Aland.

"Yakin nih?"

"Iya, ayok ketok daripada kita penasaran apa yang terjadi di dalem."

Aland pun mengangguk, "Yaudah ayok!"

Tok... Tok... Tok...

Mereka mengetuk pintu kamar kedua orangtua mereka namun justru tak ada sahutan dari dalam membuat mereka mencoba membuka knop pintu.

Clek...

"Lha, Lan, kagak dikunci." Ujar Alano menoleh pada Aland.

"Coba intip!" Perintah Aland membuat Alano menuruti.

Namun ketika Alano menyipitkan matanya mengintip melalui celah pintu yang telah terbuka, ia terbelalak kaget melihat apa yang terjadi.

"Astaghfirullah!" Pekiknya tanpa sadar.

Cepat-cepat ia menutup pintu dengan perlahan membuat Aland mengernyit bingung, lalu tanpa basa-basi Alano menarik paksa tangan Aland.

Aland yang kaget karena tangannya di tarik pun sontak mencoba melepaskan tangannya dari genggaman Alano namun nihil, tenaga Alano lebih kuat darinya.

"No, ada apaan sih? Lepasin dong, gue pengen liat." Ujar Aland.

Alano menggeleng tegas dengan wajah ketakutan. "Jangan, dosa, Lan." Dahi Aland semakin mengernyit bingung.

"Dosa? Emang kenapa coba sampe bawa-bawa dosa?" Tanya Aland bingung.

Alano menghembuskan nafasnya lega lalu melepaskan genggaman nya dari tangan Aland. " Bener yah lu jangan bilang!" Ancam Alano membuat Aland mengangguk.

"Tadi yang gue liat papah nimpa mamah dalam keadaan telanjang, Lan. Dan parahnya mamah juga telanjang, Lan." Jelas Alano membuat Alano sukses membulatkan matanya terkejut.

Sedangkan Alano terlihat mengatur nafasnya yang terlihat masih syok. "Sianjir! Ini gak bisa dibiarin nih!" Alano mengangguk.

"Iya, masa mereka ena-ena gak tutup pintu dulu sih, gimana kalau ada orang masuk coba." Timpal Alano.

Aland menggeleng, "Bukan, bukan itu. Masalahnya kalau bonyok kita ena-ena, ntar gimana kalau mamah hamil? Terus kita punya Adek yang terpaut umur 18 tahun, No! Bisa-bisa bukan dikira Adek malah dikira anak lagi." Kata Aland menatap ke arah Alano gusar.

"Lha? Gapapa dong, anak itu berkah, Lan."

"Iya berkah pas bikinnya enak, tapi pas udah lahirnya, lu bayangin deh, waktu kita bakalan terkuras buat jagain bayi ntar, terus kapan kita berantemnya kalau ngurusin bayi mulu?" Tanya Aland justru membuat Alano menatapnya datar.

"Serah lu lah! Ayok berangkat sekolah, ntar terlambat!" Tutur Alano berjalan dahulu meninggalkan Aland yang masih dilanda ketakutan akan hadirnya adik baru.

Bersambung...

******

Ayo, udah dinext lho! Gimana sama part kali ini? Bagian mana yang kalian sukai? Komen disini yah:)

BROTHERHOOD : Aland & AlanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang