49 - "Masih ada gue, Ra."

6K 416 21
                                    

-Aura's Pov

Gue terisak pelan dengan kepala yang bertumpu pada kedua tangan gue. Kejadian yang gue lihat beberapa menit lalu terus terngiang di kepala gue.

Awalnya, gue berniat memberikan surprise pada Aland dan Alano dengan datang ke rumah sakit dimana Tante Naura lahiran.

Bahkan gue udah bilang ke mereka kalau bakal datang sepulang sekolah tapi karena udah gak sabar liat anaknya Tante Naura, akhirnya gue izin ke sekolah.

Tapi yang gue dapatkan saat baru saja sampai adalah pernyataan yang sama sekali gak pernah terlintas di pikiran gue.

Kata-kata Aland yang berbicara kalau ia 'berencana menyatakan perasaannya pada Jasmine' terus terngiang di kepala gue.

#Flashback On

Gue melangkahkan kaki di sebuah gedung bercat putih bertuliskan R.S. Permata Bakti, tempat dimana Tante Naura melahirkan.

Namun ketika melewati taman, pandangan terhenti pada dua remaja yang tengah terduduk. Gue menyungingkan senyum lalu berjalan mendekati mereka.

Baru saja hendak mengeluarkan suara, tiba-tiba saja salah satu dari mereka berucap.

"Dan sebenarnya, alasan Minggu kemarin gue gak bisa ikut jenguk Aura juga karena gue pengen jalan sama Jasmine, bukan untuk beli buku." Gue terdiam.

Jasmine? Jadi?

"Gue cinta sama Jasmine, No."

"Gue malah udah berencana buat nembak dia besok." Ucap Aland.

Deg...

Seketika, gue merasakan pasokan oksigen pada tubuh gue berhenti mengalir. Mata gue terasa panas, perlahan cairan hangat mengalir di kedua pipi gue.

Sontak gue segera berlalu dari taman sebelum mereka menyadari keberadaan gue.

#Flashback Off

Dan kini, disinilah gue sekarang. Disebuah rooftop yang begitu sepi. Gue gak tau harus kayak gimana.

Gue akui, gue emang suka sama Aland, sejak kecil.

Gue juga tau kalau Jasmine udah lama suka sama Aland, tapi awalnya gue kira perhatian Aland selama ini sama dia masih jauh di bandingkan perhatian Aland buat gue.

Tapi gue salah, nyatanya Aland sudah lebih dulu jatuh cinta pada Jasmine.

"Aura!" Gue menoleh dan mendapati seorang pria yang seumuran dengan gue, Alano.

Alano berjalan mendekati gue, sontak gue segera menghapus sisa air mata yang berada di kedua pipi gue.

"Gue cariin juga, Lu! Katanya lu mau datang pas balik, lu bolos?" Gue menggeleng.

"Tadi gue izin," jawab gue tanpa menoleh.

Menyadari ada yang berbeda dengan gue, Alano membalikkan tubuh gue paksa menghadapnya. "Lu kenapa? Mata lu sembab, lu habis nangis?" Sederet pertanyaan Alano sama sekali tak gue hiraukan.

"Ada apa sama lu, Ra?" Gue menggeleng.

Menatap Alano lalu tersenyum. "Makasih yah, No. Lu selalu ada di samping gue bahkan tanpa gue minta, lu emang sahabat terbaik gue, No."

Ia mengangguk, "lu kenapa nangis?" Gue terdiam.

"Ada apa, Ra? Kenapa lu nangis? Siapa yang nyakitin lu?"

"Gak ada," lirih gue berbohong.

"Bohong, lu bohong, Ra. Ayo kenapa lu nangis?" Paksa Alano.

"Gue denger semua yang kalian ucapin di taman." Jawab gue.

BROTHERHOOD : Aland & AlanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang