-Alano's Pov
Sesuai dengan omongan mamah tadi sore, malam ini gue sekeluarga mengadakan acara makan bersama. Sesungguhnya ini bukan masalah bagi gue, karena gue cukup diam, makan, mengunyah dan menelan.
Tapi ini akan menjadi masalah besar jika m dan tante gue bersatu. Pasalnya dari remaja, bokap gue gak pernah bisa akur sama kakak dan adik nya, bahkan sampe sekarang.
"Ano, sini bantuin mamah naro ini ke meja makan." Gue mengalihkan pandangan gue pada seorang wanita setengah baya yang tengah sibuk memegang mangkuk ditangannya.
Siapa lagi kalau bukan nyokap gue.
Gue pun berjalan malas ke arah mamah dan melaksanakan apa yang diperintahkan, membantu menata makanan dimeja makan.
Tapi lagi-lagi ada sesuatu yang berhasil menarik perhatian gue, yaitu semangkuk rendang yang melihat begitu menggoda.
"Mah, ini rendang nya gak ada niatan di simpen aja gitu? Ntar abis kalau ditaro diatas meja."
Mamah terkekeh, "kamu ada-ada aja. Ya bagus dong kalau abis, kan kamu tau, keluarga papah kamu itu pecinta rendang." Gue pun hanya mengangguk-anggukkan kepala.
"Tapi ntar kalau aku gak kebagian gimana? Mamah kan tau aku juga suka banget sama rendang," ujar gue.
"Udah ah, cepet taro, jangan kebanyakan akting." Gue mendengus kesal.
Tok... Tok... Tok...
Gue mengernyit bingung, siapa yang ngetuk pintu? Namun sedetik kemudian gue mendengus kesal, pasti itu om dan tante gue.
"Land, lu buka gih tuh pintu." Perintah gue pada Aland yang kini sudah terduduk manis di kursi.
Aland menoleh kemudian mengangguk. Gue pun hanya diam sembari memerhatikan siapa yang datang ke rumah, benar om dan tante gue atau bukan.
Clek...
Terdengar suara pintu terbuka, "Assalamu'alaikum." Seketika pula gue berhembus lega, ternyata papah.
"Wa'alaikumsalam, ayo masuk pah."
Namun, "Eh Om Dirga, makin ganteng aja ah si Om." Sial! Ternyata ada Om Dirga dibelakang papah.
Dan dibelakang Om Dirga dapat gue lihat ada Kak Laras, Tante Karin, Om Rey, Tante Naura dengan perut buncitnya dan Tante Anna.
"ALAND PONAKAN GANTENGNYA AKOEH!" Gue mendengus kesal, itu adalah suara dari Tante Anna.
"OH IYA, MANA ADEK KEMBAR KAMU YANG GANTENGNYA MELEBIHI KAMU ITU?" Seketika gue terdiam kaku, wah gawat, alamat gue digangguin ini mah.
Dan dengan sialnya lagi, Aland malah jawab. "Ada tuh, tan, di meja makan, lagi nata makanan." Oh shit!
Mati lah gue!
***
Sedari tadi gue meringis pelan sambil terus berusaha mengunyah makanan yang terus gue suapkan ke dalam mulut gue. Gila, setelah Aland ngasih tau tempat gue berada.
Tante Anna seketika menyambar gue dengan cubitan-cubitan ganas nya itu, alhasil pipi gue bengkak-bengkak deh sekarang.
Sedangkan yang lain hanya bisa tertawa menyaksikan penganiayaan terhadap gue. "Tante Anna hebat banget sih, liat tuh, si Ano nyampe gak bisa ngunyah gitu." Celetuk Aland, sialan tuh anak.
"Hehe, habisnya Tante gemesh sih."
"Ya gemes juga jangan anak gue yang lu aniaya, curut." Balas papah.
Bukannya takut justru Tante Anna malah menjulurkan lidahnya ke papah, "Ye, suruh siapa Abang bikin anak lucu-lucu kek mereka."
"Yoi gue setuju, curang lu, Ndra! Sekali gol langsung dapat dua, gue aja yang gol berkali-kali cuman dapet satu, otw dua tapi malah keguguran." Gue hanya memerhatikan mereka sambil terus mengunyah.
Tante Karin emang pernah hamil lagi pas kak Laras umur tujuh tahun, eh tapi belum genap sebulan bayinya udah keguguran.
"Gue sih bersyukur, karena sekarang Naura lagi ngandung bayi kita, gak perlu harapan dapet dua, tiga atau empat deh, yang penting manusia." Seketika pula semuanya terbahak.
"Yaiyalah manusia, kamu pikir istri kamu Naura itu ena-ena sama setan apa!" Cerca Opa.
"Oh iya bang, gimana? Jadi mau ngalahin gen halilintar?"
Papah keliatan menggeleng, "gak ah, dua anak cukup, ini aja gue pusing ngurusin nya, apalagi lebih dari sebelas, udah mati berdiri gue."
"Eh tapi kak, bang Andra pasti tiap malem ngajak kak Jihan terus kan untuk 'itu?" Tanya Tante Anna selidik, gue pun hanya bisa berdecak sebal karena mengetahui arti dari pertanyaan nya.
Gue lihat mamah tersenyum kecil dan dengan malu-malu mengangguk, hal itu membuat yang lainnya terbahak. "Yaelah, Han. Lu gak usah malu-malu gitu deh, kek pengantin baru aje." Ledek om Dirga.
"Mungkin kak Jihan malu karena inget pas 'itu nya kali, bang!" Celetuk om Rey membuat semuanya terbahak.
"Jadi inget modus nya ayah dulu, bilang mau tarawih di rumah taunya Sunnah Rasul." Kali ini papah ikut menimbrung.
Dan dapat gue lihat Opa hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tak gatal salah tingkah. Sedangkan Oma berdecak sebal menatap papah.
"Kebiasaan kamu kalau gak jail yang buka kartu, Ndra!" Gertak Oma.
"Oh iya, Tante Naura kapan lahiran kira-kira?" Kali ini gue yang bertanya.
"Kata dokter perkiraan dua bulan lagi, nanti kamu temenin Tante yah, No. Biar anak Tante mirip kamu, gantengnya." Gue pun mengacungkan jempol gue.
"Ih si ayang, kok malah minta temenin si Ano sih? Kan aku yang suami kamu."
"Biarin aja, aku yang hamil, suka-suka aku mau ditemenin sama siapa juga, wle!"
"Wah-wah, kayaknya si Aland tersingkirkan nih dari gelar bad boy terganteng sedunia ini." Kali ini kak Laras yang berucap.
Aland berdecak sebal, "Gue emang megang gelar bad boy terganteng kok, kan si Ano bukan bad boy, dia good boy, wle!"
Sontak kamu semua menoleh pada Aland, kemudian. "IYAIN!" Kami semua bersorak bersama.
Hal itu membuat Aland lagi-lagi berdecak sebal.
Bersambung...
******
Yeay! Udah di up nih. Gimana sama part kali ini? Keluarga-able banget kan mereka, jadi ingin, ingin makan laper soalnya belum sarapan.
Eh apaan sih?
Udah lewat, kek perasaan aku padamu, udah lewat. Eh?
Gimana kalau aku hari ini double up? Mau gak?
KAMU SEDANG MEMBACA
BROTHERHOOD : Aland & Alano
Humor-Sequel from the story of BAD BOY- "Karena nakal harus tau aturan!" Ini kisah si kembar Aland dan Alano. Kembar yang unik dan terkesan seperti orang gila. Tingkah mereka bahkan apa yang melintas dari otak mereka pun tak mencerminkan sepasang sauda...