51 - Menahan Rasa

5.3K 417 35
                                    

Hari ini, Aland dan Alano bersekolah seperti biasa setelah kemarin izin tidak masuk sekolah karena masih harus menemani Tante mereka yang baru saja melahirkan, yaitu Naura.

Dan kini, mereka tengah berada dj perjalanan dengan Alano yang tengah membawa mobil, Alando.

"Oh iya, No, bagusnya gue nembak Jasmine pakek bunga apa yak?" Seketika Alano tersentak dan refleks menginjak rem.

Hal itu membuat tubuh mereka terhuyung ke depan, keduanya mengaduh kesakitan.

"Gila lu, No! Bisa bawa mobil gak sih?!" Omel Aland sambil mengelus kepalanya yang terbentur dashboard mobil.

Alano pun sama, ia tampak meringis sambil terus mengelus kepalanya. "Sorry-sorry, tadi gue gak liat ada kucing di depan." Balasnya.

"Huft, hati-hati makanya. Untung kepala gue ini gak kenapa-napa, coba kalau lecet, ntar fans-fans gue berkurang dah."

"Habis kena insiden juga masih sempet liat mikirin fans."

"Iyalah, Alanatic kan segalanya."

Dahi Alano mengernyit, "Alanatic?"

"Iya, Alanatic, nama fanbase gue."

Alano memutar bola matanya malas, "serah lu dah, yang waras mah ngalah aja."

"Kurang ajar lu!" Pekik Aland, Alano hanya terkekeh.

"Eh iya, gimana? Menurut lu gue beli bunga apa ya? Mawar gitu? Warna apa dong?" Alano terdiam.

Karena merasa tak di hiraukan, Aland pun hanya bisa berdecak sebal. "No, kacang emang enak tapi di kacangin tuh perih, No." Ucapnya mendramatis.

Alano menoleh sekilas, "apaan sih? Garing tau gak!" Aland terkekeh.

"Habis gue nanya kagak di jawab." Keluh Aland.

"Hmm, kenapa gak sekalian aja lu nembak si Jasmine pakek bunga bangke." Cetus Alano sontak membuat Alano terbelalak.

Ia memukul pelan bahu Alano, "bunga bangke tuh pantes nya buat orang sarap kayak elu!" Pekiknya.

"Udah ah, nanya sama lu mah gak beres. Mending buruan dah jalanin nih mobil, lu gak mau kan kita berdua terlambat." Alano hanya diam kemudian ia mengangguk.

Ia pun segera kembali melajukan mobilnya menuju sekolah mereka.

***

10.30 am.

Tepat saat ini, Aland tengah berdiri di sebuah kelas sambil berkacak pinggang.

"Mana sih si Aura, kagak keluar-keluar!" Omelnya.

Ya, sedari tadi, sejak bel istirahat berbunyi, Aland bergegas menghampiri Aura yang berada di kelas XI IPS 1.

Tiba-tiba saja melintas seorang gadis berparas cantik di depannya, "eh, eh, elu!" Pekik Aland membuat gadis tersebut menoleh.

Gadis itu nampak menyunggingkan senyumnya, ia menunjuk dirinya sendiri sedangkan Aland hanya mengangguk. "Kamu nanya sama aku?" Tanyanya memastikan.

Aland memutar bola matanya malas. "Yaiyalah, siapa lagi coba." Gumamnya pelan.

"Lu temen nya Aura kan? Aduh, siapa yah nama lu, gue lupa!" Ucap Aland mengingat-ingat siapa gadis di yang tengah ia ajak ngobrol ini.

Gadis itu terkekeh, "nama aku Putri, ada apa yah?"

"Nah iya, ini, gue bisa minta tolong panggilin Aura gak?" Tanya Aland.

Gadis bernama Putri itu pun menghembuskan nafasnya. "Aura ada sih, tapi dia lagi di hukum di dalem gak boleh keluar."

"Emang di hukum apa sih dia?"

"Itu, dia di hukum sama Bu Reska suruh ngerjain soal ulangan tahun kemarin." Jawab Putri.

Hampir saja Aland tertawa, tapi ia tau ini bukan saat yang tepat untuk menertawakan sahabatnya itu. "Kenapa bisa di hukum?"

"Em, apa yah? Oh, iya gara-gara dia tidur pas pelajaran Bu Reska udah gitu dia malah marah pas di bangunin." Jelas Putri.

Aland mengangguk-anggukkan kepalanya, "oke sip, kalau gitu bisa panggilin bentar gak?"

Putri mengangguk, ia terlihat melenggang masuk ke dalam kelasnya tapi tak berapa lama ia kembali menoleh lewat pintu.

"Aduh, Land, kata Aura kata ke dalem aja, dia lagi fokus katanya." Aland pun mengangguk.

Ia berjalan memasuki kelas Aura, pandangannya langsung teralihkan pada seorang gadis yang tengah sibuk memegang pulpen sambil terus menulis.

Ia terkekeh, lalu menghampiri nya. "Eh kunyuk! Ciah di hukum sama Bu Reska juga lu, makanya tidur tuh malem bukan pagi, emang lu kelelawar apa." Ledek Aland.

Sedangkan gadis di depannya terlihat menggeram kesal, ia melepaskan sebuah penghapus tepat pada hidung Aland, membuatnya mengaduh kesakitan.

"Aww, anjir gile lu! Biasa aja dong!" Pekik Aland sambil terus mengelus hidungnya.

Aura, gadis itu menatap Aland tajam. "Bodo! Suruh siapa ganggu, mau ngapain sih lu kesini? Mana tuh kembaran lu? Tumben kagak ngikut, biasa kayak idung sama upil juga kalian." Bukannya menjawab, Aland malah terkekeh.

Hal itu justru membuat Aura mendelik tajam. "Ih gak waras nih orang, ditanya malah ketawa."

"Hehe, si Ano lagi di kelas, ngerjain tugas Kimia." Dahi Aura mengernyit.

"Lha elu kagak ngerjain?"

"Gampang, liat aja ke dia." Mendengar jawaban Aland, Aura memutar bola matanya malas.

"Aland Ganasiar, motto hidup sukses dan hidup senang tapi giliran tugas masih nyontek, situ waras?" Aland terkekeh.

"Alhamdulillah waras kok Aura sayangnya Aland Alano." Aura berdecak sebal.

"Alah sayang-sayang, basi! Sayang lu kan kemana-mana." Pekik Aura membuat Aland terkekeh. "Hehe, tau aja." Balasnya.

"Sayang gue kan terbagi buat mamah, papah, oma, opa, tante, om, Alano, elu, calon istri gue, calon anak-anak gue, haha." Jelas Aland.

"Pikiran lu udah calon istri, calon anak aja. Emang situ udah sukses?" Selidik Aura.

Aland terkekeh, "sukses kok." Aura terbelalak, "sukses apaan? Sukses nyontek?" Aland dengan polosnya mengangguk.

"Usaha kali, Land! Jangan do'a mulu, do'a kalau gak dibarengi usaha yang keras ya sama aja goblok!" Omel Aura.

"Udah ah, jangan kek si Ano kerjaannya ceramahin gue. Mending bantuin gue!"

"Bantuin apa?"

"Pilihan bunga," dahi Aura mengernyit bingung. "Bunga?" Aland mengangguk.

"Iya bunga, buat gue nembak Jasmine." Dan seketika Aura terdiam.

Ia menatap ke arah Aland yang tengah tersenyum setelah mengucapkan nama Jasmine. "Apa urusannya sama gue?" Tanya Aura.

"Ya lu kan cewek, siapa tau selera kalian sama. Kalau menurut lu, Jasmine suka bunga mawar warna apa?" Aura menghembuskan nafasnya kasar kemudian tampak berpikir.

"Hmm, menurut gue, Jasmine gak suka bunga mawar deh. Coba deh lu beliin dia bunga Lili putih." Jawab Aura.

"Serius?" Aura hanya mengangguk.

"Yaudah thanks, lu emang paling bisa di andalkan." Setelah mengucapkan itu, Aland melenggang pergi dari hadapan Aura.

Tanpa Aland sadari, sedari tadi Aura tengah bersusah payah menahan rasa sakit di hatinya karena Aland.

Bersambung...

******

Halo readers-readers tersayangnya gue, ahayde.

Hari ini gue baik kan y? Double up lho ini, aduh makasih Ki makasih. Iya iya, sans ae.

Abis kalian tau gak sih? Gue tuh udah greget pen next ini, pengen lanjut aduh.

Alanatic? Siapa nih yg Alanatic? Apa kalian ini Alanocious?

Yg menanti Aland-Jasmine sabar ya, hahaha.

BROTHERHOOD : Aland & AlanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang