Terlihat Aland dan Alano yang tengah berada di ruang keluarga, Aland yang asik dengan ponselnya sedangkan Alano yang sibuk dengan buku-bukunya.
Karena bosan, Alano meletakkan bukunya itu lalu beralih menatap kembarannya yang sedari tadi tak berbicara apapun karena fokus dengan ponselnya.
"Land, lu percaya gak gue bisa terbang?" Pertanyaan itu lolos begitu saja dari mulut Alano membuat Aland yang tengah menatap layar ponselnya mendongak.
Aland terlihat mengangguk, "Percaya, kun fayakun." Jawab Aland kemudian kembali menatap ponsel miliknya.
Mendengar jawaban dari Aland, Alano membulatkan matanya. "Lha? Kok lu jawabnya gitu sih? Harusnya lu jawabnya gak percaya." Aland terkekeh menatap kembarannya itu.
"Kenapa gue harus jawab gak percaya?"
"Biar gue bales, lu aja gak percaya apalagi gue, gitu!"
"Yaudah, ulangin lagi." Ujar Aland membuat Alano berdecak sebal.
"Lha? Mana bisa diulang?"
"Bisa lah, tv aja ada siaran ulang apalagi ecek-ecek lu tadi."
"Gak mau ah, udah bete."
"Ih apaan sih lu kek cewek aja ngambekan."
"Bodo!"
Aland terkekeh. "No, percaya gak gue bisa terbang?"
"Kun fayakun!" Pekik Alano kesal.
Aland terkekeh, "Pasti lu dapet ecek-ecek itu dari timeline yah?" Alano mendongak lalu mengangguk.
"Kok tau?" Tanya Alano bingung.
"Nih gue juga lagi baca," jawab Aland sembari memperlihatkan layar ponselnya.
"Biadab!" Pekik Alano kesal membuat Aland tertawa terbahak-bahak melihat aksi Alano yang gagal untuk memecahkan keheningan yang terjadi diantara mereka.
"Haha, makanya No, lu tuh kalau mau ngeluarin ecek-ecek itu jangan dari timeline, harusnya lu les private sama gue biar jago ecek-ecek." Alano mendengus kesal menatap Aland yang masih asik terbahak.
Lalu karena kesal, Alano melemparkan sebuah bantal sofa ke arah Aland dengan kencang namun sayang, lemparannya melesat jauh dari sasaran.
Aland yang mengetahuinya pun semakin mengembangkan tawanya, "Tuh kan! Udah gak bisa ngeluarin ecek-ecek, gak bisa lempar bantal pula, jangan-jangan lu gak bisa lagi ena-enain istri lu ntar."
Mendengar ucapan Aland, Alano kembali terbelalak. "Anjir yah lu! Enak aja! Lu kata gue cowok apaan gak bisa ena-enain istri gue ntar!" Pekik Alano dengan kesal membuat Aland terkekeh.
Dan karena lelah menghadapi Aland, Alano pun lebih memilih kembali berkutat dengan buku-bukunya yang menurut Aland itu adalah sebuah kutukan.
Aland yang melihat Alano kembali berkutat dengan buku-bukunya pun semakin terbahak. "Yah, kasihan, mainannya sama kutukan mulu ih, gue yakin, pasti lu gak ada yang nge-chat yah?" Alano diam tak merespon.
"Eh iya lupa gue, yang nge-chat sih ada cuman kayaknya tuh isi chatnya dari OA semua yah!" Lagi-lagi Alano diam tak merespon.
Hal itu semakin membuat Aland dengan gencar berniat menganggu Alano yang tengah asik membaca. "Atau jangan-jangan isi chat lu dari si Ajeng semua yah?" Tanya Aland.
Karena geram, akhirnya pun Alano lebih memilih mengemasi buku-bukunya lalu berlalu pergi dari hadapan Aland tanpa sepatah katapun.
Lagi-lagi hal itu membuat Aland terbahak, ia heran dengan saudara kembarnya itu, kenapa Alano selalu bertingkah seperti layaknya perempuan jika sedang marah.
Kadang ia bertanya pada otaknya, Alano itu terlahir sebagai seorang laki-laki atau perempuan.
Ting!
Bunyi notifikasi membuat Aland mengalihkan perhatiannya. Ia meraih ponselnya dan terbelalak.
Alano Sableng : Mulai sekarang gue gak bakalan kasih lu contekan kalau ada ulangan, ngebul-ngebul dah tuh otak, makanya jangan kegantengan aja yang lu perduliin, otak tuh pikirin, cuman jago matematika lu bangga.
Kemudian pandangannya beralih pada sebuah pintu di lantai 2 rumahnya yang bercorak quotes-quotes bijak yang diyakini adalah kamar Alano.
"ALANO GANASIAR! AWAS AJA KALAU LU GAK KASIH GUE CONTEKAN! ALANDO JADI HAK MILIK GUE!" Teriaknya menggema keseluruhan penjuru rumah.
Tanpa diduga, Alano justru menyahutinya. "BODO AMAT! PERCUMA KALAU LU AMBIL HAK MILIK ALANDO KALAU KUNCI ALANDO ADA DI GUE, NYETIR AJA SANA PAKEK OTAK!" Aland menepuk dahinya frustasi.
Ia lupa satu hal, kunci mobil mereka kali ini tengah dipegang oleh Alano. Lalu bagaimana ia mengambil alih kepemilikan Alando jika tidak mempunyai kunci? Perlu kah ia mengikuti saran Alano, menyetir dengan otak?
Memangnya bisa?
Bersambung...
******
Hello:) kali ini gue fast update kan?
Jangan tanya kenapa, karena sedang mau membahagiakan para jomblo yang kini tengah menetap di rumah, sapa sepertiku, hiks, hiks.See you:)
![](https://img.wattpad.com/cover/126835866-288-k182335.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BROTHERHOOD : Aland & Alano
Mizah-Sequel from the story of BAD BOY- "Karena nakal harus tau aturan!" Ini kisah si kembar Aland dan Alano. Kembar yang unik dan terkesan seperti orang gila. Tingkah mereka bahkan apa yang melintas dari otak mereka pun tak mencerminkan sepasang sauda...