6 - Kegobloqan Aland

14.9K 981 26
                                    

-Alano's Pov

Pagi ini kembali ke rutinitas sehari-hari gue, yaitu sekolah. Kalian tau, sebenernya gue sendiri pun bosen. Datang lalu pulang dan terulang setiap harinya, kecuali hari Minggu.

Gue sendiri pun bingung, gue kan ketos, tapi kok males-malesan gini? Mungkin efek terlalu capek jadi orang pinter kali yah. *nyombong be like

Kalau males kek gini jadi inget waktu pemilihan Ketua OSIS deh.

#Flashback On

Saat itu, suasana sekolah begitu ramai, para siswa sibuk membicarakan siapa yang akan mereka pilih di pemilihan Ketua OSIS yang akan dilaksanakan siang nanti.

Termasuk gue, gue juga gusar, memikirkan apakah gue akan terpilih atau justru gue hanya bisa menjadi anggota OSIS.

"Gue masih gak nyangka lu mau jadi ketos, No." Gue gak mengindahkan ucapan yang keluar dari mulut kembaran gue, Aland.

Sedari tadi ia menemani gue sbil sesekali mendumel. "Kalah sekolah kita punya ketos kayak elu, bakalan jadi apa yah sekolah ini jadinya?" Lagi-lagi gue tak mengindahkan ucapannya.

"Btw, gue pilih siapa yah ntar?" Gue menoleh dengan mata berbinar.

"Ya pilih gue lah!" Pekik gue membuat ia menggeleng.

"Gak mau, gue kan gak setuju kalau elu jadi ketos jadi ngapain gue pilih elu jadi ketos." Mendengar ucapannya membuat gue membulatkan mata gue.

"Land, elu harusnya dukung adek lu lah."

"Lah, elu yang harusnya nuut sama kakak, gue gak setuju elu jadi ketos jadi mending elu ngundurin diri deh."

"Ih kok lu maksa?"

"Lah elu juga kok maksa gue biar milih elu?"

"Karena elu kembaran gue jadi elu harus pilih gue!"

"Nah justru elu kembaran gue jadi gue gak mau pilih elu, kan muka lu copy paste dari gue." Gue mendengus kesal.

"Gak mau tau pokoknya elu harus pilih gue!"

"Gak mau!" Bantahnya.

"Harus!"

"Enggak!"

#Flashback Off

Kalau inget itu kan gue jadi pengen ketawa sendiri, kok bisa yah gue maksa si Aland untuk pilih gue sebagai ketos? Ya meskipun gue tau dia golput, dia sendiri yang bilang.

Dia bilang gini : "Eh, No. Waktu kemaren pemilihan, gue nyoblos semua kandidat lho, biar semuanya adil, baik kan gue?"

Kan itu sungguh kegobloqan yang hqq, gobloq pakek qalqalah.

"Dor!" Gue terjingkak kaget ketika merasakan pukulan di punggung gue.

Lalu dengan kesal gue menoleh ke belakang dan mendapati seorang gadis dengan rambut yang diikat asal tengah menatap gue sambil menaik turunkan alis nya.

Gue menaikan sebelah alis gue, "Udah pulang lu?" Ia mengangguk.

"Mana oleh-olehnya?" Tanya gue.

Ia menatap gue tajam. "Eh anjir! Gue baru balik juga udah ditodong oleh-oleh! Tanyain kek kabar gue gimana gitu atau apa kek," dumelnya membuat gue terkekeh.

"Lha mau nanya juga gue udah tau lu gapapa, buktinya lu bisa berdiri di depan gue sekarang." Jawab gue.

Ia mendengus kesal, "Mana si Aland?" Tanyanya sewot.

"Ada, kenapa emang? Kangen yah lu?"

"Enak aja kangen, gue kan cuman nanya, kalian kan biasanya selalu bersama kek idung sama upil."

"Aura Frazia, anak ayah Bagir dan ibu Nadya. Gue sama Aland itu emang kembar, tapi ya gak kayak upil sama idung juga kali, gak ada perumpamaan yang lain gitu?"

Ya, gadis yang sedari tadi berbicara dengan gue adalah Aura Frazia.

Ia mengangguk, "Ada, kalian tuh kek sungai sama si kuning." Jawabnya kemudian terkekeh membuat gue menatapnya datar.

"Serah elu, Ra! Serah!" Pekik gue pasrah.

"Btw kenapa lu gak lebih lama lagi di rumah nenek lu?" Tanya gue sembari berjalan diikiti olehnya.

"Tadinya sih gue pengen lebih lama disana tapigue mikir,kalau gue gak balik siapa yang bakal kalian kangenin ntar, kan kasihan kalian pasti kangen banget sama gue." Ucapnya kepedean membuat gue mendengus kesal.

"Kepedean lu, gak ada elu, hidup gue tenang."

"Btw, kita bolos yuk, No!" Gue melotot menatap ke arah nya.

Lalu menepuk kepalanya pelan membuat ia mengaduh pelan. "Enak aja bolos, gak ada, elu itu harus menaati peraturan, pulang itu jam 3 sore dan ini masih jam 12 jadi kalau lu mau bolos tunggu jam 3 sore yah, baru boleh bolos." Jelas gue lalu terkekeh.

"Sama aja bohong kalau gitu." Ia mendengus.

"Hahaha, lagian bolos itu dosa, Ra. Kata mamah gue, kalau mau nakal itu harus tau aturan, ini udah bukan zaman orang tua kita, dimana saat itu nakal gak perlu tau aturan asal tau batesan." Jelas gue kembali justru membuat ia mencibir.

Karena gemas pun gue meraih kedua pipinya lalu mencubitnya pelan membuat ia berteriak kesakitan. "ALANO! LEPASIN, SAKIT!" Pekiknya membuat gue terkekeh.

"ALANO! LEPASIN, GUE KUTUK ELU JADI BATU NIH!" Teriaknya terus berusaha melepaskan tangan gue dari pipinya.

"Lu bukan ibu gue, Ra. Lagian gue juga bukan Malin Kundang yang durhaka jadi gak mungkin gue dikutuk jadi batu." Kata gue santai.

Bersambung...

******

Aland said : "Hai kalian fans nya Aland ayok dong follow Instagram alandalano_ dan di like semua post nya! Followers? Beuh, gak usah ditanya, masih dikit. Likers? Uh, apalagi itu! Comment? Nah itu yang gue butuhin!"

Bay-bayyyyyyy

BROTHERHOOD : Aland & AlanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang