18 - Mimpi Basah

10.1K 673 16
                                    

Hari ini wajah Aland terlihat sangat ceria setelah insiden Selena Gomez mengomentari postingan milik nya.

Terbukti karena sedari tadi di perjalanan menuju sekolah pun yang ia lakukan hanyalah senyam-senyum tak jelas. Bahkan hal itu membuat Alano mengernyit bingung.

"Land, gue tau lu masih seneng karena postingan kita di comment sama Selena. Tapi pending dulu senengnya, lu lagi nyetir, Land. Bisa-bisa nabrak lagi, gue gak mau yah masuk berita kek gini 'kedua remaja mengalami kecelakaan karena terlalu senang postingan milik mereka di comment oleh Selena' apa kata dunia ntar?" Aland hanya terkekeh lalu menoleh ke arah Alano.

"Gue tuh lagi seneng, No!" Pekik Aland.

Alano mengangguk-angguk mengerti. "Iya gue tau lu seneng tapi ya lu pending dulu rasa seneng lu."

"Emang lu tau gue seneng kenapa?" Alano sontak mengangguk.

"Karena si comment Selena kan?" Namun sialnya, Aland menggeleng.

"Lha? Terus kenapa dong?"

Aland kemudian menoleh dan terkekeh. "Gue mimpi basah sama Selena, No!" Pekik Aland kegirangan dan hampir saja melepaskan stir mobil.

Alano terbelalak tak percaya. "Hah? Seriusan lu? Berarti elu udh ena-ena sama Selena?" Aland mengangguk.

"Pantes aja pas tadi gue bangunin elu udah kek habis marathon, keringetan parah." Ujar Alano sedangkan Aland terlihat menyungingkan senyumnya.

"Tapi gue nyesel deh mimpi basah sama Selena," gumam Aland.

"Lha? Napa nyesel? Harusnya kan elu nikmatin bukan malah nyesel."

"Habis pas kita ena-ena ternyata Selena udah gak perawan, No." Alano terbelalak.

Dalam hati ia bertanya. Kenapa ia bisa mempunyai kembaran seperti Aland?

"Anjir! Udah ah, lu lama-lama jadi halu. Mending lu istighfar deh, takutnya yang di mimpi lu itu bukan Selena tapi malah jin." Ucap Alano.

Mendengar hal itu, Aland mendengus kesal. "Astaghfirullah! Kok lu jahat sih?" Tanya Aland memekik kesal.

Alano mengedikkan bahunya acuh. "Bodo amat, udah nyetir yang bener." Aland hanya mendengus kesal.

***

Sesampainya mereka di sekolah, Aland segera memarkirkan mobil mereka di parkiran. Setelah itu Alano lah yang keluar pertama dari mobil membuat para siswi menoleh dan berteriak kagum.

"ITU KAK ALANO!"

"GILA! GANTENG BANGET!"

"ANJIR! PAGI-PAGI LIAT BEGINIAN, MIMPI APA GUE SEMALEM."

Alano pun mengacuhkan teriakan-teriakan yang sangat mengangguk indra pendengaran nya. Ia membenarkan tataan rambut miliknya yang sedikit berantakan membuatnya terkesan seperti seorang bad boy.

Lalu Aland pun akhirnya ikut keluar, lagi-lagi hal itu sangat mengundang perhatian para siswi. Mereka menatap Aland dan Alano dengan kagum.

"KAK ALAND! KAK ALANO!"

"GILA PARAH! KENAPA SIH MEREKA BIDA GANGTENG BANGET!"

Aland menoleh pada Alano sambil tersenyum. "Susah yah jadi orang ganteng, No." Alano hanya mengangguk lalu berlalu meninggalkan Aland membuat Aland sontak mengejarnya.

Baru saja beberapa langkah, teriakan seseorang membuat mereka memberhentikan langkah mereka. "KAK ALAND!" Pekik orang itu.

Disana, dibelakang mereka, terdapat seorang perempuan dengan senyuman yang melengkung dibibirnya. "KAK ALAND!" Pekiknya sekali lagi.

Aland dan Alano sontak menoleh ke belakang dan menghembuskan nafas mereka gusar. "No, tanda-tanda kita harus pergi nih." Bisik Aland dengan muka panik.

"Sebenernya gue sih gak masalah yah, dia kan ngejar elu bukan gue. Tapi karena gue setia saudara jadi gue ikut pergi aja lah." Jawab Alano.

Dilihatnya perempuan itu masih setia berdiri di belakang mereka, bahkan kini ia melambaikan tangan ke arah mereka, lebih tepatnya Aland. "Land, kita kabur sekarang aja gitu?" Tanya Alano.

Aland mengangguk. "Yuk kabur!" Pekik Aland lalu menarik tangan Alano untuk kabur.

Perempuan itu pun mendengus kesal ketika melihat Aland yang pergi meninggalkannya. "Yah! Kak Aland kok pergi sih? Renatha kan mau ngobrol sama kak Aland." Ucap perempuan tersebut yang tak lain adalah Renatha, adik kelas yang selalu mengejar-ngejar Aland.

Tanpa Aland sadari, seseorang memperhatikannya dari jauh, dia tersenyum kecil kemudian berlalu dari tempatnya.

***

Alano menghembuskan nafasnya lega lalu melemparkan tas miliknya tepat pada bangku tempatnya duduk diikuti oleh Aland.

"Gila, kenapa sih hidup kita harus ada Renatha? Kan capek ngehindarnya." Dumel Alano melirik ke arah kembarannya yang terlihat sedang mengatur nafas.

Aland menoleh lalu berdecak sebal. "Lu pikir Renatha aja yang kita hindari, inget tuh si Ajeng. Emang sih gak selebay Renatha, tapi sama-sama kek benalu." Alano hanya terkekeh.

Lalu menggelengkan kepalanya. "Harus benalu banget yah? Kasihan kali, mereka kan juga sama kek kita, makan nasi, minum air." Bela Alano.

"Ngomong-ngomong udah lama yah kita gak kumpul sama si Aura? Ketemu juga jarang, masih hidup gak yah tuh anak?" Tanya Aland membuat Alano sontak memukul kepalanya pelan.

Tuk!

"Anjir! Napa sih?" Tanyanya sambil mengusap kepalanya yang tadi di pukul oleh Alano.

"Ya elu, sembarangan bilang si Aura mati. Omongan itu do'a, jangan asal ceplos." Aland mendengus kesal.

Aland lupa, Alano kembarannya itu selain ketua OSIS  juga bisa beralih menjadi seorang ustadz abal-abal.

Bersambung...

******

Heyho gengs! Apa kabs? Baik kah? Buruk kah? Biasa saja kah? Tapi gue harap kalian baik-baik aja, karena tanpa kalian, gue gak akan lanjut nih cerita, wkwk.

Sampai jumpa lagi:)

BROTHERHOOD : Aland & AlanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang