4 - Derita Anak Jujur

16.4K 1.1K 29
                                    

Terlihat Aland dan Alano yang tengah menenteng sebuah kantung plastik ditangan mereka masing-masing sembari tertawa terbahak-bahak.

Kini mereka tengah menemani mamah mereka ke mall, untuk membeli sesuatu yang belum sempat Jihan beli.

"Total belanjaan lu berapa, No?" Tanya Aland sembari menatap kembarannya.

Satu jam yang lalu Jihan memberikan Aland dan Alano kartu kredit untuk membeli beberapa camilan untuk mereka sedangkan ia asik berbelanja barang keperluan.

"Gue cuman belanja sampe tiga ratus ribu kok, lu berapa, Land?" Tanya Alano balik.

Aland terkekeh sambil memperlihatkan struk belanjaannya didepan wajah Alano. "Tuh, gue nyampe lima ratus ribu dong!" Sombongnya.

Hal itu membuat keduanya kembali terkekeh, "Gue berani jamin, kita gak usah jajan untuk satu bulan ini, bodo amat sama uang jajan yang dikurangin."

"Oh bagus yah, sekalian aja kalian beli nih mall!" Aland dan Alano sontak mengangguk.

"Ide bagus tuh!" Pekik Aland.

Namun sedetik kemudian mereka mengernyit heran, siapa yang berbicara tadi? Lalu mereka berdua menengok dan mendapati Jihan yang tengah menatap mereka tajam.

Aland menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "Eh mamah, sejak kapan mamah disitu mah?" Tanya Aland mengalihkan pembicaraan.

Jihan berdecak sebal. "Bagus yah kerjaan kalian, pantes aja uang yang papah kasih gampang abis, nyatanya tiap bulan kalian kek gini."

"Eh, enggak kok mah, bulan kemaren kita lebih banyak dari ini, eh?!" Ucap Alano keceplosan membuat Aland mendesis.

Jihan menatap kedua anaknya tajam lalu menghembuskan nafasnya. Percuma ia marah-marah, tidak ada gunanya. Kedua anaknya ini memang sulit dipercayai jika soal uang.

"Lain kali mamah gak bakalan kasih kalian kartu kredit yang papah kasih lagi, bisa-bisa abis sama kalian uangnya." Ujar Jihan.

"Yaudah sih gapapa, kan kita masih ada kartu kredit yang papah kasih seminggu yang lalu yah, No? Eh?!" Kali ini Aland yang keceplosan membuat Alano mendengus pasrah.

Keduanya memang tidak jago menyembunyikan rahasia, pasti selalu lolos begitu saja dari kedua mulut mereka.

Kalau kata Alano : susah yah jadi anak jujur, bohong dikit keceplosan.

"Bagus! Jadi diem-diem kalian punya uang tambahan dari papah kalian, gitu?" Aland dan Alano hanya mengangguk.

Keduanya sudah pasrah jika Jihan akan memarahi mereka.

Sejak kecil Aland dan Alano memang di didik untuk menjadi anak yang tidak boros, itu sebabnya Jihan selalu marah ketika Andra diam-diam memberi keduanya uang tambahan.

"Aelah mah, kita udah besar kali, jadi udah boleh lah dapet uang tambahan dari papah." Bela Aland diangguki Alano.

"Coba mamah bayangin, tanpa uang tambahan dari papah kita berdua pasti kelaperan, kehausan, gimana kalau kita berdua mati? Kan mamah cuman ngasih kita dua puluh lima ribu sehari, mamah pikir itu cukup?"

"Ke toilet aja bayar, belum bayar parkir, belum beli bensin, uang yang mamah kasih aja udah abis buat itu semua." Lanjut Alano membuat Jihan berpikir.

"Iya juga yah?" Tanya Jihan pada dirinya sendiri.

"Jadi kita boleh kan mah pegang kartu kredit dari papah?" Bujuk Alano dengan muka polosnya membuat Jihan mengangguk.

"Tapi kalian jangan boros-boros yah!" Keduanya mengangguk.

"Iya mah gak akan boros," cuman ngabisin uang aja kok, lanjut Aland dalam hati.

"Yaudah ayo pulang." Aland dan Alano mengangguk kemudian mereka mengikuti langkah Jihan.

Mereka berdua saling berhadapan, "Untung gue punya kembaran kek elu, No. Elu kan pintar menghasut lawan, termasuk mamah." Ujar Aland membuat Alano berdecak sebal.

"Menghasut? Lu pikir gue Dedi Composer apa!" Balas Alano.

Aland memutar bola matanya malas, "Serah deh, tadinya gue bangga punya kembaran kek elu tapi kok jadi nyesel yah?" Alano terkekeh.

"Kalau kayak gini kok jadi kangen si Aura yah?" Aland mengangguk.

"Iya nih, dia liburan atau menetap sih, lama amat."

"Yoi, awas aja ntar kalau pulang kagak bawa oleh-oleh buat kita, gue gorok ntar lehernya!" Seru Aland.

Seminggu yang lalu keluarga Bagir yaitu Nadya dan Aura memang sedang berlibur ke Bogor untuk mengunjungi nenek dari Aura yang notabennya adalah ibu dari Nadya.

Tapi sampai saat ini mereka belum menunjukan tanda-tanda akan kembali ke Jakarta.

"ALAND! ALANO!" Tiba-tiba saja terdengar suara teriakan Jihan yang membuat Aland dan Alano terjingkak kaget.

Seketika mereka menepuk jidat mereka masing-masing lalu saling bertatapan. "MAMAH!" Pekik mereka bersamaan.

Mereka lupa, Jihan tidak suka anak yang lamban, apalagi jika ia tidak mendapati kedua anaknya ketika sudah sampai di mobil, seperti saat ini.

Bersambung...

******
Gue kombek nih, gimana? Part ini seru tidax? Kalau seru comment serunya dimana? Dihatinya atau dihatiku?

BROTHERHOOD : Aland & AlanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang