79 - Aland Anak Dugong

4.9K 375 74
                                    

"Kisah cinta kita terlalu singkat jika harus diakhiri dengan perpisahan."

***

Jadi gimana? Kalian tipe Satnight or Sadnight?

***

-Alano's Pov

Gue menatap bingung ke arah Mamah, Papah, Aland dan Aura. Kenapa bisa mereka nekat kesini?

"Gimana keadaan kamu, sayang?" Aku tersenyum mendengar pertanyaan mamah.

"Baik."

"Ano kangen kalian." Lanjut gue.

Mamah berjalan menghampiri gue kemudian mengelus rambut gue perlahan membuat mata gue terpejam. "Mamah sama papah khawatir banget sama kamu, jangan sakit lagi ya, jangan bikin kita semua khawatir sama keadaan kamu sayang." Gue hanya mengangguk.

"Typus, metabolisme menurun, bahkan stress. Kamu bener-bener bikin papah khawatir, No. Rasanya papah pengen nangis, tapi kalau papah nangis itu malah bikin mamah kamu makin khawatir. Lagian masa iya sih cowok nangis, haduh malu dong." Jelas papah dengan nada serak.

Gue terkekeh, bilangnya gak mau nangis tapi gue yakin bahwa papah saat ini lagi nahan nangis, terdengar dari suaranya yang serak.

"Papah sayang sama kalian, dua jagoan kebanggaan papah." Lirih papah sambil merangkul Aland yang berada di sampingnya.

Sedangkan sedari tadi, Aura hanya terdiam sambil menundukan kepalanya. Gue segera mengalihkan pandangan kembali menatap yang lainnya.

"Keterlaluan, kalau gak inget lu lagi sakit, udah habis lu sama gue No. Tega-teganya lu ngelepasin Aura gitu aja." Tegas Aland dengan tatapan tajamnya.

"Udah, Land. Ano ngelakuin itu karena lagi emosi, dia lagi banyak pikiran." Bela mamah.

"Tapi tetep aja mah, dia itu kenapa bisa gegabah, harusnya dia gak bisa lampiasin semua masalahnya sama Aura dong!" Kekeh Aland membuat Aura tersenyum kecut.

"Mah, pah, Ano mau istirahat." Ucap gue pelan, mamah dan papah menoleh kemudian mengangguk.

"Ayo keluar, biarin adik kamu istirahat, yuk Ra." Ajak mamah menarik tangan Aura yang sedari tadi hanya terdiam.

Tapi sebelum Aura melangkah lebih jauh, gue ulurkan tangan gue mencekal tangannya.

Ia menoleh, gue senyum tipis, "tetep disini Ra." Lirih gue.

Mamah yang mengerti langsung melepaskan genggaman tangannya pada tangan Aura. "Yaudah kamu disini aja Ra, tungguin Ano." Setelah itu mamah segera keluar dari ruangan gue menyusul papah dan Aland."

Sedangkan tangan gue masih setia mencekal pergelangan tangan Aura kemudian menariknya mendekat. Aura masih diam.

Gue menghembuskan nafas kasar, "aku mau istirahat, Ra. Kita obrolin masalah kita nanti ya," ucap gue lembut.

"Kamu juga pasti capek kan? Kamu istirahat juga di sofa, atau kamu mau disini? Kalau mau biar aku yang pindah ke sofa." Tanya gue sambil menepuk ranjang rumah sakit lalu perlahan bangkit, namun segera ditahan oleh Aura.

"Enggak, aku di sofa aja," kemudian gue mengangguk dan kembali membaringkan tubuh pada ranjang rumah sakit.

***

Gue mengerjapkan mata perlahan, sesekali meringis ketika dirasa sakit di kepala gue kembali menyerang. Namun yang menyita perhatian gue adalah sosok perempuan yang kini tengah tertidur di samping gue dengan bertumpukan tangan gue.

BROTHERHOOD : Aland & AlanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang