50 - Bahagia

5.2K 443 64
                                    

-Alano's Pov

"No, makasih yah sekali lagi." Gue memutar bola mata gue malas.

Kemudian beralih menatap seorang gadis yang tengah berada di depan gue. "Aura Frazia, udah berapa kali gue bilang sih, lu gak usah bilang makasih. Itu udah kewajiban gue sebagai seorang sahabat."

Dapat gue lihat Aura mengerutkan bibirnya, terlihat gemas. "Ya gapapa dong, pokoknya gue berterimakasih banget sama lu, No." Ucapnya dengan nada unik.

Gue terkekeh mendengar nada bicaranya, lalu tangan gue teralih untuk mengacak rambutnya.

"Iya deh iya, lu kok jadi bawel sih!" Balas gue.

Karena kesal, Aura memukul bahu gue pelan. "Ish! Kan jadi acak-acakan!" Pekiknya kesal sambil merapihkan rambutnya.

Clek...

"AURA?!" Seketika gue dan Aura menoleh pada pintu.

Disana, terlihat Aland yang setengah berlari menghampiri gue dan Aura dengan ekspresi bahagia.

Terlihat raut wajah Aura yang seketika berubah menjadi murung, gue menghembuskan nafas kasar.

Menggenggam tangan Aura erat, membuat ia menoleh. Gue mengangguk, seolah berbicara 'semua akan baik-baik saja.'

"Ada apa sih, Land?" Tanya gue heran.

Aland menyungingkan senyumnya, "enggak ada apa-apa sih," gue berdecak sebal, ia memang tak jelas.

"Oh iya, Ra. Gimana keadaan lu? Tadi gue kesini, eh elu nya masih pingsan yaudah deh gue ke ruang Tante Naura lagi aja, liat si Fariz."

"Gue gak kenapa-napa," jawabnya.

Dahi Aland mengernyit, "lha? Tumbenan lu jawabnya kagak pakek toa." Kata Aland heran.

Aura berdecak sebal, "GUE GAK KENAPA-NAPA ALAND!" Pekiknya membuat gue dan Aland sama-sama menutup telinga kita.

Namun setelahnya, Aland malah terkekeh. "Nah gitu dong."

"Mau apa lu kesini?" Tanya gue sinis.

"Aduh, slow dong mas e, ini kan ruangan bokap gue juga, serah dong mau kesini apa enggak, wle!" Ujarnya sambil menjulurkan lidah meledek gue.

Gue melirik ke arah Aura yang terdiam, "eh, Ra. Lu laper kagak? Ke kantin yok!" Ajak gue.

Aura sontak mengangguk cepat, "iya iya, gue mau, pengen beli ice cream."

"Iya yok kita ke kantin." Gue mengernyit, emang siapa yang ngajakin Aland?

"Apaan dah, orang gue cuman ngajak Aura kok." Jawab gue.

Dapat gue lihat Aland berdecak sebal, "ish! Lu kok jadi bully gue sih, No? Kan biasanya gue yang bully elu." Protesnya.

"Bodo amat!"

"Ih ikut!" Pekiknya.

"Kagak boleh!"

"Ikut!"

"Kagak boleh!"

"Ik--" baru saja hendak memekik kembali, tiba-tiba suara Aura sudah melengking tinggi.

"UDAH UDAH! MENDING SEKARANG KITA BERTIGA KE KANTIN DARIPADA RIBUT! GUE KEBURU LAPER NIH!" Sontak kita berdua mengangguk.

***

Aland terlihat bangkit dari duduknya, "udah ah, No. Gue udah abis, udah bayar juga tadi. Gue balik yah ke ruang Tante Naura, bhay!" Ucapnya sambil mengedipkan matanya sebelah setelah itu berlalu pergi.

Gue tau, Aland lakuin semua itu untuk memberikan gue waktu berdua dengan Aura tapi percuma saja, karena toh yang dicinta Aura selamanya cuman Aland.

"Dasar SMP!" Gue menoleh ke samping, melihat Aura yang tengah komat-kamit tak jelas.

"SMP? Apaan dah tuh?" Tanya gue heran.

"Sudah Makan Pulang, tuh kek kembaran lu!" Gue terkekeh.

"Udah biasa aja sama Aland?"

Aura menoleh, menatap gue. "Udah ah, gak mau bahas itu." Gue pun hanya mengangguk.

Pandangan gue teralih pada sebuah stand penjual ice cream. "Ra, lu mau ice cream kan?"

Seketika Aura menoleh dengan mata berbinar, ia dengan cepat mengangguk. "Yaudah, lu tinggi sini, gue beli dulu. Rasa cokelat dengan chocochip diatasnya 'kan?" Aura mengangguk.

Gue pun segera melangkahkan kaki menuju tempat ice cream tersebut berada.

Tak butuh waktu lama, gue pun kembali dengan dua corong ice cream ditangan gue. "Nih, Ra." Aura menoleh sambil tersenyum, ia mengambil ice cream miliknya.

"Kesana yuk, No." Baru saja akan duduk, tiba-tiba Aura mengajak gue ke sebuah bangku yang tak jauh dari kantin.

Gue pun hanya mengangguk, mengikuti langkahnya. Setelah sampai di tempat yang ia inginkan, kita sama-sama mendaratkan tubuh kita pada bangku tersebut.

"Gue ada tebak-tebakan!" Pekik gue.

Aura menoleh, "apa tuh?"

"Kucing kalau turun, apanya duluan?" Aura tampak berpikir sambil terus menjilati ice cream miliknya.

"Kakinya duluan?" Gue menggeleng.

"Salah!"

"Lha? Terus apanya duluan dong?"

"Naik nya duluan, lha kalau belom naik mana mungkin turun." Jawab gue.

Aura yang sadar telah dibodohi pun memukul bahu gue pelan sambil terkekeh. "Si anjir! Gue kira apaan!" Gue terkekeh.

Setelah itu, Aura memperbaiki duduknya dengan berbantalkan paha gue untuk penyangga kepalanya.

"Eh, No, masa kemarin gue di marahin ayah." Ceritanya sambil melihat ke atas, tepat ke arah gue.

Gue menunduk untuk melihat wajahnya, "Kenapa dimarahin?"

"Gara-gara gue gak sengaja mukul anak rekan bisnis nya ayah." Setelah itu ia langsung terbahak.

"Salah elu sendiri, jadi cewek jangan sangar-sangar, Ra. Ntar gak ada yang mau lho sama lu, mau lu jadi perawan tua?"

Aura membelakkan matanya, "ih, kok lu do'a nya gitu sih? Amit-amit deh amit-amit."

"Lagian ya, gue gak sengaja mukul tuh anak rekan bisnis ayah gara-gara dia lancang banget megang tangan gue, emang gue cabe-cabean apa bisa seenaknya dia pegang." Lanjutnya.

"Setidaknya gue jadi paprika lah jangan cabe, cabe mah murahan." Ujarnya setelah itu kembali terbahak.

Gue pun hanya bisa tersenyum.

Andai lu tau, Ra. Gue bahagia liat lu tertawa kayak gini. Tapi apakah lu masih mau bersahabat sama gue setelah tau kenyataan kalau selama ini gue menyimpan rasa sama lu?

Sebenernya gue pengen bilang ini sama lu, tapi gue takut lu gak terima dan menjauh dari gue. Itu aja. Jadi itu alasannya selama ini gue hanya diam, seolah tak merasakan apa-apa terhadap lu.

Selebihnya karena lu mencintai orang lain, Aland, kakak gue sendiri.

Bersambung...

******

Huaaaaa...
Kasihan y guys Ano nya:(
Udah sini Ano sama aku aja, aku mah gak jahat kayak Aura. Ya meskipun Aura nya gak ngerasa jahatin Ano sih, tapinya kasihan Ano nya aku. Whehe.

Maafin karena telat next:'( aku next liat respon kalian dulu, dan respon di part kemarin bener-bener mengecewakan.

Dan aku harap di part ini respon nya baik, seperti vote yg lancar dan comment yang menyemangati, whehe.

See you:v

BROTHERHOOD : Aland & AlanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang