89 - Farel

3.8K 306 9
                                    

-Aland's Pov

Seperti yang sudah di bicarakan, pagi ini gue dan Alano berniat mengunjungi rumah tante Anna dan om Marcel untuk menemui Farel.

Aih, gue iri sama tuh bocah. Masih kecil ganteng nya udah subhanallah. Gimana pas udah besar coba. Udah kek gula di tengah-tengah semut pasti.

Gak heran sih, Opa Juan selalu mengeluarkan bibit-bibit unggul makanya keturunannya juga unggul. Kek gue. Haha.

Gue udah siap dengan setelan kemeja dan dasi yang melekat di leher. Karena sepulang dari tante Anna, gue akan langsung ke kantor. Ya namanya juga orang kantoran.

Saat ini, gue tengah sarapan bersama mamah, papah dan Ano. "Kalian jadi ke rumah tante Anna?" Gue dan Alano mengangguk.

"Ih mamah jadi pengen ikut deh, kangen sama si ganteng." Ucap mamah, mamah ini suka banget sama anak kecil. Ya namanya juga ibu-ibu, maklum lah.

Papah tampak tersenyum, "bikin lagi aja mah." Celetuk papah yang sukses membuat gue dan Ano mendengus kesal.

"Apaan sih pah, gak ada yah bikin anak lagi. Kata pemerintah juga dua anak lebih baik. Jangan nambah-nambahin angka kelahiran deh, Indonesia tuh udah sumpek." Jawab gue.

Sedangkan Alano hanya terdiam, ia memerhatikan gue yang tengah menolak keras adanya keluarga baru.

"Lagian nih ya, bikin anak lagi tuh ribet. Belum ngurus akte nya, udah gitu bikin kartu keluarga baru lagi, ah ribet deh pokoknya."

Andra pun terkekeh mendengar penuturan gue. "Iya deh iya, ampun dah. Cuman mau nambah anak satu lagi aja ribet." Mamah terkekeh.

"Sekarang mah bukan masa nya lagi mamah sama papah gendong anak lagi, tapi harusnya mamah sama papah gendong cucu." Sahut mamah yang sedari tadi hanya menyimak percakapan antara gue dan papah.

Papah mengangguk setuju, "iya, kapan nih papah sama mamah gendong cucu?" Tanya papah membuat gue memutar bola mata malas.

"Apaan sih, noh minta cucu mah sama si Ano tuh!" Ano yang sedari tadi diam pun mendongak. "Kok gue sih?" Tanyanya dengan mulut yang penuh oleh roti.

"Kan semalem udah di diskusiin, mamah sama papah sabar aja, cuman setahun kok." Lanjutnya.

"Tuh, sabar mah, pah." Pekik gue membuat mamah dan papah mendengus kesal. "Iya deh iya, mamah sama papah mah apa atuh. Cuman mau cucu aja harus nunggu setahun. Dipikir sekali bikin langsung jadi apa."

"Ya makanya bikin nya berkali-kali." Timpal gue berhasil membuat semuanya tertawa.

***

Setelah sarapan, gue dan Ano segera berpamitan untuk segera berangkat ke rumah tante Anna.

Gue dan Ano memutuskan untuk memakai mobil Ano, dan nanti ia yang akan mengantarkan gue ke kantor.

Setelah menempuh waktu cukup lama, akhirnya kita berdua pun sampai di depan rumah Opa dan Oma.

Tante Anna dan suaminya memang tinggal bersama dengan Opa dan Oma, alasannya karena tante Anna gak mau ninggalin Opa dan Oma.

Gue keluar dari mobil lebih dahulu dan menunggu Ano memarkirkan mobilnya. Setelah itu, baik gue dan Ano, kami bersama-sama mengetuk pintu rumah tersebut.

Tok... Tok... Tok...

"Assalamu'alaikum." Salam Ano. Tak ada sahutan. Gue pun mengetuk pintu sekali lagi.

BROTHERHOOD : Aland & AlanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang