-Alano's Pov
Seperti yang sudah direncakan, hari ini gue, Aland dan papah akan maraton film Spongebob. Emang sih kita semua ini udah besar, tapi gak salah dong kalau masih menyukai film kartun.
"Pah, si mamah mana?" Pertanyaan itu lolos dari bibir Aland.
Papah mengedikkan bahunya acuh. "Tau deh, ngambek sama papah kayaknya."
"Kok bisa?" Tanya gue.
Papah menggeleng, "Papah juga bingung, tapi sih kayaknya ngambek sama papah."
"Mamah kalian lagi pms kali." Tambah papah membuat gue bergidik ngeri.
Entah kenapa, gue suka takut kalau mamah masuk fase menstruasi atau pms, soalnya emosinya labil, kadang marah-marah tanpa alasan, kadang baik subhanallah.
Gue aja pernah ditimpuk pakek spatula waktu mamah pms, sadis emang.
"Yaudah deh gak usah mikirin mamah, mending sekarang kita nonton Spongebob." Gue dan papah sama-sama mengangguk.
Baru beberapa saat, gue udah mulai risih ketika melihat Aland yang duduk di depan TV yang otomatis menghalangi pandangan gue.
Gue berdecak sebal menatap Aland. "Land, minggir dong! Gak keliatan nih." Aland menoleh dan menyengir tanpa dosa.
"Ih udah pw padahal!" Omelnya, tadi nyengir terus sekarang ngomel, dasar gajelas.
Ia pun bergeser membuat gue mengacungkan jempol. "Hahaha, itu ngakak anjer. Tulul!" Pekik papah membuat gue dan Aland sama-sama menoleh.
"Kenapa pah?"
"Hahaha, itu tuh. Lucu!" Gue mengernyit bingung.
"Papah ngetawain apaan?" Tanya Aland.
Papah menunjuk ke arah TV disaat scene dimana Pearl datang ke Krusty Krabs dengan marah-marah kepada Tuan Krabs.
Ada yang aneh emang sama scene itu?
"Perasaan gak lucu deh pah," ujar gue.
"Ih itu tuh lucu, coba kalian pikir. Tuan Krabs kan kepiting, tapi kok dia punya anak si Pearl yang jelas-jelas seekor paus." Jawab papah dan seketika hening.
Krik... Krik... Krik...
"Ah, papah garing deh kek kerupuk." Pekik Aland.
"Iya nih, garing." Timpal gue.
Tapi kalau dipikir-pikir iya juga yah, kok Tuan Krabs bisa punya anak paus yah? Kan dia kepiting? Ini harus diselidiki sama Detective Conan kek nya.
Dan seketika, suasana pun kembali hening. Kami bertiga sama-sama menikmati film tersebut.
***
Malam harinya, mamah sama sekali belum keliatan keluar kamar. Kalau disamperin, pasti gak mau ikut gabung. Lalu ditanya kenapa, jawabnya gapapa.
Pusing sama cewek, untung gue cowok. Btw, gak maksud melecehkan cewek nih. Cuman ngomong sesuatu yang fakta, dan sering muncul di timeline.
Saat ini gue sedang berada di dapur dengan buku yang masih setia ditangan gue. Aland sama papah beberapa jam yang lalu pergi cari makan, gue emang gak ikut, karena gue tau, mereka pasti main-main dulu.
Mending gue baca buku, nambah ilmu, jadi makin pinter deh, amin ya Allah. "Kamu ngapain disini?" Seketika gue menoleh dengan mendapati seorang wanita setengah baya dengan baju putih yang berada tepat di belakang gue.
Hehehe, tenang dia bukan Kunti apalagi pocong. Dia emak gue, she is my mamah. "Eh mamah, kok turun mah? Udah gak ngambek?"
Mamah berdecak sebal. "Au ah, mamah tuh laper, haus, kok dari pagi kalian gak ngertiin mamah sih? Anterin makanan sama minuman gitu ke kamar mamah." Ucap mamah.
"Ya mana Ano tau mamah kelaperan, dipikir Ano juga gak kelaperan apa. Kan mamah gak masak, terpaksa deh kita bertiga tadi siang masak mie." Jelas gue.
"Yaudah sini, berarti sekarang kamu belom makan kan? Yaudah mamah bikinin, sekalian mamah juga mau makan." Pekik mamah mendorong gue pergi dari dapur.
Gue pun pasrah lalu duduk di meja makan sembari menunggu mamah masak sambil baca buku tentunya.
Clek...
Baru beberapa saat gue duduk, terdengar suara decitan pintu lalu tak lama dari itu kembali terdengar suara pekikan khas yang tak asing di telinga gue. Siapa lagi kalau bukan papah dan Aland.
"Assalamu'alaikum!" Gue menoleh.
"Wa'alaikumsalam, kalian udah pulang?" Mereka hanya mengangguk lalu ikut duduk di kursi kosong.
"Siapa di dapur?" Tanya papah.
"Mamah,"
Papah terbelalak. "Lho? Bukannya mamah di kamar?"
"Udah turun tadi, katanya laper."
"Siapa itu, sayang?" Terdengar suara dari arah dapur yang berjarak tak jauh dari meja makan.
"Aland sama papah, mah." Jawab gue sedikit berteriak.
"Mamah! Aland pengen susu, bikinin yah!" Pekik Aland lalu dengan kesal pun gue memukul kepalanya dengan buku yang gue pegang.
Tuk!
Ia mengaduh kesakitan dan menatap gue tajam, sedangkan papah terlihat memerhatikan kita berdua. "Sialan lu, hobby bener mukul pala ganteng gue." Gue terkekeh.
"Percuma ganteng kalau otak nya kosong," suara itu berasal dari bibir papah membuat gue menatap papah tak percaya.
For the first time papah belain gue, gue speechless guys, speechless!
"Ih papah, enak aja bilang tuh, otak Aland ada isinya tau!" Seru Aland.
"Papah tumben belain aku?" Tanya gue membuat papah menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
Lalu menggelengkan kepalanya. "Ntahlah, mungkin papah khilaf."
"Yaudah, kalau gitu khilaf terus yah pah. Biar papah belain aku terus, siapa tau bisa jadi supporter kalau aku sama Aland lagi berantem."
Papah berdecak sebal kemudian tersenyum. "Amin, tolong kabulkan lah permohonan anakku yang malang ini ya Allah, kasihan, baru pertama kalinya aku bela." Ujar papah mendramatisir membuat tawa Aland seketika pecah.
Sedangkan gue hanya bisa menghembuskan nafas sembari melafazkan dzikir agar terlindung dari godaan syaiton terlaknat.
Bapak sama kakak sama aja, sama-sama bikin gue elus dada.
Bersambung...
******
Wkwk:) ini udah update:) semoga suka, makasih buat kalian yang masih setia nunggu cerita ini:)
KAMU SEDANG MEMBACA
BROTHERHOOD : Aland & Alano
Mizah-Sequel from the story of BAD BOY- "Karena nakal harus tau aturan!" Ini kisah si kembar Aland dan Alano. Kembar yang unik dan terkesan seperti orang gila. Tingkah mereka bahkan apa yang melintas dari otak mereka pun tak mencerminkan sepasang sauda...