71 - Tempur

4.2K 327 52
                                    

"Dalam suatu hubungan jika tak ada kepercayaan, apa gunanya? Ibaratnya nasi goreng tidak pakai bumbu, hambar. Dan akan terasa semakin menyakitkan jika di pertahankan."

-ky-

***

Sepulang dari kampus, Aland berjalan masuk ke rumahnya dengan gontai. Ia benar-benar lelah dengan masalah yang terjadi hari ini.

Sebelumnya, ia mengantarkan Aura pulang ke rumahnya. Saat itu pula, Nadya dan Bagir melemparkan berpuluh-puluh pertanyaan padanya saat membawa Aura dalam keadaan kacau.

Tapi saat hendak menjelaskan pada kedua orangtua Aura, Aura justru memberi isyarat padanya untuk tak bercerita.

"Assalamu'alaikum." Ucapnya pelan saat sudah berada di dalam rumah.

Rumah terasa sepi, Jihan entah dimana. Dan Andra sudah pasti sedang bekerja, dengan jas putih miliknya.

Terkadang Aland merasakan kesepian, keluarganya tak sehangat keluarga orang diluar sana. Meskipun banyak yang mengira bahwa Aland memiliki kasih sayang yang penuh.

Itu tak sepenuhnya salah, memang benar, sedari kecil ia dan Alano tak pernah kekurangan kasih sayang.

Namun sedari kecil juga ia jarang merasakan kehadiran papahnya, Andra selalu sibuk, hanya Jihan lah yang selalu ada.

Tak jarang ketika masa-masa liburan sekolah, Aland dan Alano terpaksa tak kemana-mana karena Andra mendapatkan kerjaan pada saat itu.

"Wa'alaikumsalam," terdengar suara wanita yang membuatnya mengalihkan pandangannya.

Ia tersenyum, meraih tangan wanita yang kini semakin menua itu. "Mamah dari mana?" Tanyanya.

Wanita itu tersenyum, ia mengelus pucuk kepala Aland dengan lembut. "Dari halaman belakang, sayang. Kamu baru pulang? Kok keliatan capek? Habis ngapain? Ena-ena?" Aland terbelalak.

Bisa-bisanya mamahnya itu punya pikiran seperti itu padanya.

"Ish! Itu mah mamah kali sama papah, dasar!" Omel Aland membuat wanita yang tak lain adalah Jihan terkekeh.

"Keliatan suntuk banget? Mau mamah buatin apa?" Tanyanya sambil terus berjalan menuntun Aland menuju ruang keluarga untuk duduk.

Aland menggeleng, "gak usah mah, Aland cuman pengen cerita."

Dahi Jihan mengernyit, "cerita? Cerita apa?" Aland menghembuskan nafasnya gusar, "ini tentang Ano." Jihan lagi-lagi mengernyit bingung, Ano? Ada apa dengan anak bungsunya itu?

"Ada apa sama Ano?"

"Kalau mamah jadi Aland, mamah percaya gak kalau Ano selingkuh?" Jihan terlihat terkejut, ia menatap Aland bingung.

"Selingkuh? Kok kamu bisa ngomong gitu sih? Gak baik lho mikir gitu, apalagi Ano adik kamu."

Sudah ia duga, pasti mamahnya itu berpikiran yang sama seperti dia, tidak percaya adiknya itu bisa melakukan hal itu, tapi Aura tidak mungkin berbohong.

"Bener mah, Aura sendiri yang cerita sama Aland. Waktu dia lagi vidcall sama Ano, dia liat cewek ke kamarnya Ano dan Ano meluk cewek itu." Ucapnya seperti apa yang Aura jelaskan.

Jihan menghembuskan nafasnya kasar, "mungkin Aura salah paham sama Ano, mamah tahu betul, Ano bukan type laki-laki yang seperti itu."

"Tapi mah--"

Drt... Drt... Drt...

Tiba-tiba saja terdengar suara telpon masuk yang membuat Aland serta Jihan sama-sama menoleh, dengan segera

BROTHERHOOD : Aland & AlanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang