2 - Father Zaman Now

21.4K 1.2K 34
                                    

-Aland's Pov

Gue menendang botol kosong yang tergeletak di lantai dengan keras. "Lu sih gara-garanya, gak bisa jajan enak kan kita sekarang, cuman pisang goreng sama teh kotak aja, huh." Gue menatap Alano geram.

Sedangkan yang ditatap justru terkekeh, "Harusya bersyukur, pisang itu sehat apalagi kalau minumnya teh kotak." Ujarnya membuat gue mendengus kesal.

"Tapi kurang kenyang,"

"Kalau mau kenyang harusnya tadi lu beliin aja semua uang lu buat beli pisang goreng, kenyang dah tuh."

"Kalau gue haus?"

"Tuh air keran di masjid segentong, abisin dah tuh, gratis pula." Jawabnya membuat gue menoyor kepalanya pelan.

"Salah gue apa?" Tanyanya sambil mengusap kepalanya.

Gue berdecak sebal, "Salah lu banyak, lu nya aja yang pura-pura sok suci." Jawab gue membuat ia terkekeh.

"Btw, nasib papah kita gimana yah, Lan?" Gue mengedikkan bahu acuh tak acuh.

"Ah lu mah gak perduli papah, kasihan papah gak diperduliin." Ujarnya lagi-lagi tak gue acuhkan.

"Bodo amat," ucap gue lalu berjalan cepat menelusuri koridor sekolah.

Keberadaan kelas gue yang ada di lantai 3 membuat gue dan Alano harus terpaksa melewati kelas X. Dan benar, seketika pandangan mereka teralih pada gue dan Alano.

"Tuh kan, Lan. Gue bilang juga apa, harusnya kita ngaret bentaran tadi, jadi pusat perhatian kan jadinya." Gue tak menghiraukan celotehan yang keluar dari mulut Alano.

"Aduh, kak Alano ganteng banget."

"Ih, gantengan kak Aland tau."

"Muka mereka kok pacarable sih?"

"Apaan sih kalian, mereka tuh sama-sama ganteng juga."

Gue mendengus kesal ketika mendengar ucapan demi ucapan yang keluar dari kelas X, bukan nya apa-apa, gue cuman risih aja gitu.

"Ayo ah, Lan. Risih gue lama-lama diliatin mulu, dah kek artis aja." Gue mengangguk lalu berjalan cepat diikuti oleh Alano disamping gue.

***

17.00 p.m.

Saat ini gue tengah merebahkan tubuh gue diatas sofa sembari mengatur nafas, sekitar tiga jam yang lalu gue pulang sekolah tapi karena ada latihan basket mendadak, terpaksa gue harus latihan yang akhirnya membuat gue kelelahan.

"Kenape lu?" Tanya Alano tiba-tiba ada di depan gue dengan tangannya yang dimasukan ke saku celananya.

"Biasalah, latihan ngedadak."

"Capek yah?" Gue hanya mengangguk.

Ia kemudian ikut mendaratkan pantatnya ke sofa yang tengah gue singahi. "Lu gak malmingan sama si Renatha?" Tanya membuat gue terbelalak.

Idih, najis gue malmingan sama di Renatha. Emang sih gue akui dia itu cantik, tapi sayang, dia itu kepedean dan kecentilan. Gue kan ogah banget sama spesies cewek kek gitu, kesan nya terlalu murahan.

Sorry buat yang kesinggung:)

"Enak aja lu, ogah anjir gue malmingan sama tuh anak. Lu sendiri kenapa gak malmingan sama si Ajeng?" Tanya gue.

Seketika ia bergidik ngeri sambil menatap gue. "Ogah gue juga, udah giginya tonggos, betis nya besar dah kek talas Bogor, gak ada cantik-cantik nya jadi perempuan tuh anak." Kali ini gue terkekeh.

Kalau dipikir-pikir gue jadi inget cerita papah gue, katanya dulu pernah ada seorang gadis yang ngejar-ngejar dia bahkan sampe buat papah gue bersembunyi di toilet laki-laki sama Om Bagir.

Dengar nama Om Bagir, kalian udah gak asing dong? Masih ingat kan kalian sama om Bagir, bapak-bapak yang kelakuannya 11 12 sama papah gue.

Ya namanya juga satu genk.

Gue lupa ngasih tau, Om Bagir dan Tante Nadya punya anak, namanya Aura Frazia. Dari namanya mungkin kalian dapat menyimpulkan kalau dia adalah seorang gadis yang anggun, lemah gemulai tapi nyatanya, Aura itu terkenal tomboy.

Gaya nya yang urak-urakan, dengan baju yang keluar juga rambut yang selalu diikat asal membuatnya terlihat seperti seorang perempuan nakal, padahal itu itu baik banget.

Gue aja pernah kena dua tonjokan dari dia, baik kan dia?

"Papah pulang!" Seketika gue mengalihkan pandangan gue pada sumber suara.

Tepat di balik pintu, terlihat seorang pria setengah baya dengan jas putih khas dokter yang masih terpasang ditubuhnya.

"Papah udah pulang?" Tanya Alano.

"Menurut lu?" Tanyanya sewot membuat gue dan Alano terkekeh.

"Bagi duit dong pah!" Pinta gue sambil menaik turunkan alis gue.

Papah terlihat berjalan mendekati gue, "Enak aja minta duit. Di skors dulu sana, baru papah kasih duit." Gue merenggut kesal.

"Papah mau kita berdua kena marah mamah, ya?" Papah terlihat terkekeh sambil mengangguk.

"Kali-kali rasain gimana rasanya di skors dan dapet SP 1."

"Ini nih yang dinamakan father zaman now, anaknya minta duit malah disuruh cari masalah dulu." Ujar gue.

"Kita kan nakal tau aturan," seru Alano.

"Iyalah tau aturan, orang mau langgar aturan dah kena peringatan sama si ketos." Timpal papah menyindir Alano.

Alano terkekeh, "Gapapa dong, itu artinya aku itu baik, mengingatkan kembarannya untuk tidak melanggar aturan." Bela nya.

"Yauda iya yauda iya, gimana si ketos ajalah." Balas gue pasrah.

"Ngomong-ngomong mamah kalian mana?" Tanya papah sambil memperhatikan sekeliling mencari keberadaan mamah.

"Biasalah pah, belanja bulanan." Jawab gue dan diangguki papah.

Bersambung...

******

Hai hai! Udah fast update belum? Kalau belum gue lebih ngaret lagi, wkwk. Gajelas yah? Iya da emang, hidup gue kan penuh dengan ketidak jelasan jadi suka gajelas kek gini, maklumin aja.

Vomment jangan lupa!!!

BROTHERHOOD : Aland & AlanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang