-Alano's Pov
Gue mendengus kesal, udah dua hari ini si Aland ngambek gajelas. Nyatanya dia baperan. Terbukti, sekarang justru dia lagi-lagi diemin gue.
"Land, ih lu mah baperan najis." Aland menoleh kemudian kembali menyantap bakso miliknya.
Ya, emang saat ini gue, Aland dan Aura tengah berada di kantin. Sedari tadi juga kerjaan si Aura cuman merhatiin kita.
"Kalian ini kenapa sih?" Tanya Aura.
Gue mengedikkan bahunya acuh, "tau tuh si Aland, ngambek gajelas."
"Yaudah minta maaf dong!"
"Ih orang gue gak salah, dia nya aja yang baperan."
"Eh apaan, lu salah, goblok!" Pekik Aland, akhirnya nih anak berbicara juga.
Tapi tunggu, gue salah? Salah apaan? "Gue salah apa coba?"
"Lu itu gak belain gue sebagai kakak lu, dan itu salah." Gue terbelalak.
Hanya karena itu? Serius? Cuman gara-gara kemarin gue gak ngebela dia dari omongan nya kak Laras? Hanya itu? IYAIN!
"Cuman itu?"
"Cuman? Kek gitu lu kata cuman?"
"Yaiyalah, lebay itu namanya."
"Le--"
"SEKALI LAGI KALIAN BERANTEM, GUE DO'AIN KALIAN DI SRUDUK KUDANYA AWKARIN!" Gertak Aura membuat kami berdua terdiam.
***
Gue terdiam menyender pada Alando, mobil gue dan Aland. Tau kan? Jelas lah, udah berkali-kali gue bilang.
Kalau kalian bertanya, kenapa kita berdua gak pakek motor aja, alasannya karena mamah gak bolehin kita pakek motor.
"Land!" Panggil gue pada Aland yang juga sama tengah menyender pada Aliand di samping gue.
"Kita nungguin siapa sih? Ayo pulang, ntar keburu sore, mau dimarahin mamah lu."
"Bentar aelah, nungguin si Adnan sama si Amar, tuh anak dua bilang mau bareng." Akhirnya gue pun mengalah.
Ya daripada dia baper lagi ntar, ya meskipun sampai sekarang masih ketusin gue sih.
Tak berapa lama, terdengar suara langkah kaki mendekat, tapi ketika menoleh, bukan Adnan atau Amar yang gue dapati, melainkan seorang gadis yang tengah menundukkan kepalanya.
Gadis itu? Seperti tak asing.
"Land," panggil gue pelan.
Aland menoleh lalu mengernyit bingung menatap gue. "Apaan?"
Namun sedetik kemudian ia tersenyum sumringah menatap gadis yang kini sudah berada di hadapan gue. "Eh elu, mau ngapain nyamperin kita?" Tanya Aland.
"Lu kenal, Land?" Aland menggeleng.
"Enggak, cuman ini cewek kemarin ngasih gue minum waktu lagi main bola." Sahutnya.
Mendengar jawaban Aland, membuat gue teringat sesuatu. "Lu yang suka merhatiin Aland diem-diem bukan?" Gadis itu diam sedangkan Aland justru mengernyit bingung.
"Kenapa emang, No?"
Gue menggeleng, "ah enggak, mungkin gue salah orang." Mungkin aja gue salah orang kan.
"Lu mau apa kesini?" Tanya gue.
Gadis itu mendongakkan kepalanya kemudian melirik Aland. "A--aku mau ba--balikin buku kak Ano," gue mengernyit bingung ketika dari belakang tubuhnya ia menyodorkan sebuah buku yang tak asing bagi gue.
Buku gue yang ilang seminggu yang lalu, kenapa bisa ada di dia? "Kok bisa ada di elu?" Gue memerhatikan buku gue dengan seksama.
"Aku ne--nemu di depan perpustakaan, kak." Jawabnya.
"Oh yaudah makasih yah." Gadis itu mengangguk.
"Ah iya, makasih juga yah soal minum kemarin, btw lu bener-bener demen liatin lantai yah? Kan sayang, hidup cuman buat liatin lantai." Ujar Aland membuat gue terbelalak.
Gue pun memukul bahunya pelan, membuat ia meringis. "Elu apaan sih!"
"Eh yaudah, lu bisa pergi." Lalu tanpa menjawab gadis itu terlihat membalikkan badannya.
Namun baru saja ingin melangkah, Aland berucap. "Tunggu, gue belum tau nama lu." Pekiknya.
Gue mendengus kesal, "Apaan sih, Land! Udah biarin dia pergi, apaan banget sih lu."
"Tapi gue pengen tau namanya,"
"Nama aku, Jasmine, kak." Setelah itu, gadis tersebut langsung berlalu pergi dari hadapan gue dan Aland.
"Oke, Jasmine namanya." Gue menoleh dan mendapati Aland yang tengah senyum-senyum sendiri.
"Lu suka sama tuh cewek?" Aland menggeleng.
"Sembarangan lu, gue cuma penasaran aja, tuh cewek lugu, polos." Jawabnya.
Gue pun hanya mengedikkan bahu acuh. "Mana nih si Adnan sama si Amar? Lama amat dah, telpon gih!"
"Gak ah, lu aja, pulsa gue abis ntar," gue terbelalak.
Anjir nih anak, perhitungan amat sih soal pulsa. Gue pun akhirnya mencari nomor Adnan di kontak gue dan segera mendialnya.
Drt... Drt... Drt...
"Halo," terdengar suara dari sebrang sana.
Gue berdecak, "Assalamu'alaikum."
"Hehe, wa'alaikumsalam." Jawabnya diawali kekehan.
"Lu sama Amar dimana?"
"Ini kita lagi bersihin gudang, lu sama Aland tunggu aja." Gue mendengus.
Nih anak nyuruh gue tunggu, dia pikir daritadi gue sama Aland ngapain kalau bukan nungguin dia, ck.
"Dihukum lagi?"
"Iya nih, si Amar noh, dia sengaja naro permen karet di kursi gue pas pelajaran pak Zaen." Gue pun hanya bisa mendengus kesal.
"Yaudah, buruan selesaiin, gue sama Aland nunggu."
"Oke sip!"
Tut... Tut... Tut...
"Apaan katanya?" Gue menoleh dan melihat Aland yang tengah menaikkan sebelah alisnya.
"Tunggu bentar, lagi dihukum mereka." Ia hanya mengangguk.
Kalau dipikir-pikir gue ini siapa amat nasibnya, punya kembaran hobby nya cari masalah, punya sahabat juga sama, sama-sama hobby cari masalah.
Apa ia takdir gue ini dikelilingi orang-orang nakal?
Bersambung...
******
Nah ini dia double up nya, aku gak php kan? Dududu, gak kayak dia, hehe.
Gimana sama part kali ini? Tunggu, biar ku kasih pilihan ganda biar kalian tak usah repot-repot mencari jawaban di brainly, wkwk.
A. Seru bettttt
B. Seru bangett dah
C. Seru kak seru!
D. SeruuuuuuuuuuuuBaibai:)
KAMU SEDANG MEMBACA
BROTHERHOOD : Aland & Alano
Humor-Sequel from the story of BAD BOY- "Karena nakal harus tau aturan!" Ini kisah si kembar Aland dan Alano. Kembar yang unik dan terkesan seperti orang gila. Tingkah mereka bahkan apa yang melintas dari otak mereka pun tak mencerminkan sepasang sauda...