Jika ujian praktek selesai, maka terbitlah Ujian Sekolah yang disusul Ujian Nasional setelahnya. Tidak terasa waktu memang cepat berjalan. Tahu-tahu sudah pengumuman SNMPTN lagi, dan jika gagal harus mengikuti SBMPTN demi bisa masuk ke kampus idaman. Begitulah fase anak kelas duabelas.
Hari ini adalah hari terakhir Ujian Sekolah. Sudah ada sekitar tiga minggu pula, Athaya menyandang status sebagai isteri Arzhanka Malven Rifai.
Menjadi isteri Arzha, sejauh ini Atha masih berpikir tidak seburuk yang ia duga sebelumnya. Suaminya itu tak menindas, membully, atau melakukan hal-hal yang aneh, kecuali jahilnya yang baru Atha tahu sangat berada di ambang batas.
Tapi, meski Arzha biasa saja, Atha tetap merasa Arzha jadi berbeda.
Setidaknya akhir-akhir ini.
Ada di setiap kesempatan Arzha terkesan menghindarinya. Berusaha jaga jarak jika ada momen, membatasi obrolan, ya, hal-hal semacam itu.
Tapi di satu sisi Atha berpikir, apa dia terlalu ge'er sampai berpikiran jauh seperti itu? Dia ini siapa? Hanya isteri Arzha dari hasil perjodohan keluarga. Laki-laki itu 'menjaga jarak' juga karena memang tidak mencintainya.
Memang Atha mencintainya?
Namun, disebut cintakah jika jantung kita berdegup tidak biasa jika berada di dekatnya? Disebut cintakah jika kita merasa raga kita bergetar ketika dia hanya sekedar memanggil nama kita? Disebut cintakah jika kita mulai memperhatikan ia bahkan dalam hal sekecil apapun?
Athaya menghela nafas. Dia baru mengumpulkan soal dan lembar jawaban Ujian Sekolahnya. Seperti biasa, Athaya satu-satunya peserta yang terakhir selesai dan mengumpulkan lembar jawaban. Sementara suaminya, Arzhanka, laki-laki itu bahkan sudah sudah selesai dalam waktu satu jam padahal intruksi pengerjaannya adalah dua jam. Guru tentu tidak bisa mencegah keinginan laki-laki itu yang ingin keluar lebih dahulu dari ruang ujian.
Tak bisa mencegah karena Arzha Keluarga Rifai, dan tak menahan untuk tetap tinggal di kelas lalu periksa lagi jawabanya karena sudah benar semua.
Betapa sempurnanya hidup Arzha.
Setelah pengawas keluar dari ruang ujian, barulah Atha keluar. Karena ini hari Ujian Sekolah terakhir, banyak murid yang bersorak senang karena bebannya mereka sebagai anak kelas duabelas, sedikit demi sedikit sudah berkurang.
Atha sendiri juga merasa sedikit lega. Terlebih lagi jika ia diterima di jalur SNMPTN, ujiannya hanya tinggal Ujian Nasional.
Baru saja hendak mengeluarkan ponsel untuk menghubungi apakah Arzha sudah pulang atau belum, atensinya teralihkan ketika banyak orang berlari sambil mengajak temannya untuk pergi ke lapangan basket.
Sebenarnya, Athaya tidak ingin peduli.
"Arzha ngebully Kino sama Viktor masa?!" teriak salah satu dari mereka.
Disusul sahutan..
"Hah, seriusan?!"
"Masa, sih?"
"Bukannya mereka itu anak satu geng? Kok, ribut? Ada badai apa?"
Mendengar itu, mau tak mau Atha tidak bisa untuk tidak peduli.
Gadis itu ikut berlari dan menyelinap sebisa mungkin sampai posisinya di depan, di mana dia melihat dengan mata kepalanya sendiri kalau suaminya sedang menonjok dua orang, yang semua anak di sekolah ini tahu kalau mereka itu adalah kawan satu geng yang suka sama-sama menindas dan berbuat semaunya.
Tapi tidak ada badai atau topan, Arzha membully mereka.
"Brengsek!" Maki Arzha sambil menonjok Kino. Tak jauh di dekat Kino, Viktor sudah terbaring lemah seraya merintih memegang perutnya. Wajah Viktor juga tak kalah babak belur dari Kino.
Kino tidak melawan. Dia merelakan diri raga dan harga dirinya dikalahkan oleh Arzha. Tenaganya, mulai berkurang. Dia mengakui seberapa kuat Arzha.
"Jaga mulut lo, bajingan!" Dan Arzha masih menonjok Kino. Orang-orang di sekitar, tak ada yang berani melerai. Mereka hanya melihat apa yang Arzhanka perbuat sambil sesekali meringis tanpa mau menghentikan.
Melihatnya, Atha jadi panik sendiri. Kino bisa saja mati di tangan Arzha.
Dengan segenap tanpa ganjil keberanian yang dia punya, ia bergerak maju ke tengah lapang dan memegang bahu suaminya.
"Zha, tolong berhenti."
Arzha masih tidak menggubris. Dia gelap mata.
Atha memejamkan matanya. Nekat, dia memegang tangan Arzhanka yang masih menonjok Kino, membuat Arzha spontan menepis kasar tangan isterinya.
"Lo kalau nggak tau diem aja, deh!" bentaknya.
Bentakan Arzha membuat Atha langsung diam membatu. Mata Atha kini membulat karena terkejut. Arzha, makin terasa berbeda. Terlebih lagi laki-laki itu yang kini menatapnya nyalang dengan tangan yang masih mengepal di kedua sisi tubuhnya. Amarah nyata di dalam diri Arzha yang kali pertama Atha lihat apalagi amarah itu karenanya. Karena dia.
Suasana di sekitar yang tadinya hanya melihat kelakuan Arzha bak sedang menonton olahraga tinju, kini menjadi bisikan tentang pasangan suami-isteri itu.
"Apa jangan-jangan Arzha sama Atha ribut, jadi Arzha ngelampiasin apa yang jadi emosi dia ke Kino sama ke Viktor?"
"Dasar, si Atha buat ulah. Gegara dia, Arzha jadi senewen terus Arzha jadi ribut kan, sama dua sahabatnya?"
"Tuh, kan! Gue bilang juga apa? Mereka tuh, gak cocok. Cerai aja!"
Mati-matian Atha menahan air matanya. Amarah Arzha yang terasa seperti menamparnya, belum lagi bisikan penuh hujatan seakan-akan dia yang salah.
Dia kira Arzha akan bekerja sama menunjukkan bahwa pernikahan mereka yang cukup menuai sensasi itu, bisa baik-baik saja. Setidaknya di depan khalayak orang banyak termasuk di depan keluarganya juga sekolah.
Tapi Arzha yang membentaknya tadi...
Athaya menunduk, menyembunyikan muka.
Saat masih menunduk, dia merasa tangannya digenggam. Lalu tanpa Atha sempat mendongak, Arzha sudah menariknya untuk keluar dari kerumunan orang yang kini masih berbisik, bahkan makin berbisik melihat kelakuan Arzha.
Gadis itu tidak memberontak, masih tidak kuasa untuk melihat Arzha. Dia merasa matanya memanas melihat tangan mereka yang tertaut.
Entah kenapa rasanya sakit, sakit sekali.
Padahal tidak seharusnya dia begitu, kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Life (After) Marriage [END]
RomanceCERITA SUDAH SELESAI #4 in Romance (30/01/20) #16 in Perjodohan (28/01/20) #26 in sma (11/01/19) #2 in luka, perasaan and tragedi (19/03/19) #9 in youngadult (02/08/19) #3in action (04/02/20) [RIFAI SERIES - I] (17+) Never let you go... Athaya mau t...