Paket berbentuk kotak dari orangtuanya di Athena untuk kakek sudah dia pegang sedari tadi. Arzha menghela nafas gusar. Paket di tangannya ini, mau tak mau harus dia berikan pada kakeknya.
Sebelumnya bunda meneleponnya, meminta Arzhanka untuk memberikan paket itu ke kakeknya hari ini. Kata bunda, paket itu isinya buku sastra lama yang sudah kakeknya tunggu sejak lama namun baru dapat sekarang.
Lagi-lagi Arzha menghela nafas. Bertemu kakek di ruangannya, bukanlah hal bagus. Terlebih hanya berdua. Dalam hati Arzha merutuki bunda, kenapa tak langsung paketkan saja ke kakek, kenapa harus melalui perantaranya?
Arzha baru akan mengetuk pintu ruangan pribadi kakeknya. Namun niat itu dia urungkan karena mendengar perbincangan kakek, entah di telepon atau mungkin dengan sekretarisnya, Arzha tak tahu.
"Aku bingung, Anjas. Kamu tahu benar aku sudah tua dan ketiga anakku di luar sana sudah berhasil membangun kekuasaannya sendiri. Mau tak mau aku harus mewariskannya ke salah satu cucuku."
Tangan Arzhanka yang tadinya mau mengetuk pintu, kini kembali ke sisi tubuhnya. Arzha sedikit tertarik dengan perbincangan kakeknya, yang ternyata dengan kuasa hukum Keluarga Rifai, Pak Anjasbroto.
"Ketiga anakku yang punya kekuasaan mereka sendiri, tentu tidak akan mau menjadi penerusku. Mereka tidak ada ambisi. Ini alasan kenapa Alden, Alvin dan Arzha aku minta tinggal di sini. Al, dia punya jiwa petualang. Dia tidak akan mau tinggal di sini. Menurut kamu, aku harus bagaimana? Karena ketiga cucuku semuanya berpotensi, mereka juga berbakat. Aku bingung Anjas..."
"Tuan Alex, saran saya..." Arzha mendengar Pak Anjas berdeham. "Saya ada usul, bagaimana yang menjadi penerus Rifai adalah salah satu dari mereka, salah satu dari mereka yang menikah lebih dahulu?"
"Maksudmu?" suara kakeknya terdengar lagi.
"Seperti yang sudah diketahui, Alden dan Alvin sudah memiliki tunangan. Mereka bisa jadi kandidat terkuat sebagai Penerus Rifai...."
Tanpa sadar, Arzha mencengkram kenop pintu dengan erat. Arzha merasa jiwanya terguncang. Ia sama sekali tak tahu kalau alasan kakeknya, memintanya tinggal di mansion ini, ternyata untuk menjadi, penerusnya? Dia baru tahu alasan kenapa mereka bertiga tinggal di mansion karena, untuk menjadi penerus.
"... Arzha dan Al, mereka sama sekali belum memliki pasangan. Tentunya sebagai pemimpin Rifai, syarat untuk menjadi seorang pemimpin adalah memiliki pasangan yang nantinya bisa mendampingi mereka dalam menjalani Rifai." Pak Broto sempat hening sejenak, lalu kembali berbicara, "Maka dari itu menurut di pandangan saya, Alvin dan Alden bisa menjadi kandidat terkuat."
Lemas. Arzha kira, dia kira, alasan kenapa semenjak masuk SMA mereka bertiga tinggal di sini adalah hanya untuk menemani kakeknya. Hanya itu, Arzha pikir. Dia sama sekali tidak tahu kalau alasannya ternyata untuk menjadi seorang penerus adidaya kakeknya. Dia sama sekali tidak tahu karena bunda dan ayahnya tidak pernah mengatakan apapun mengenai ini.
Arzha, kecewa.
Dia memutuskan berbalik, berlari menaiki tangga menuju kamarnya. Dia entah kenapa merasa, dibohongi dengan ini semua. Niatnya untuk memberikan ke kakek paketnya yang dia pesan ke bunda dan ayahnya di Athena menguap entah ke mana. Persetan dengan amanat orangtuanya.
Otaknya kembali mereka ulang apa yang terjadi. Tanpa sadar dia tertawa karena mengingat kejadian di mana kakeknya kerap kali membawanya dan Alvin ke perusahaan, Alvin yang mulai berbeda dengannya semenjak mereka bertiga di Mansion Rifai, Alden yang kerap kali menerima hukuman karena tidak mau nurut akan perintah kakeknya karena anak itu suka kabur saat kakek meminta mereka untuk datang ke perusahaan—semuanya kini menjadi jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Life (After) Marriage [END]
RomansaCERITA SUDAH SELESAI #4 in Romance (30/01/20) #16 in Perjodohan (28/01/20) #26 in sma (11/01/19) #2 in luka, perasaan and tragedi (19/03/19) #9 in youngadult (02/08/19) #3in action (04/02/20) [RIFAI SERIES - I] (17+) Never let you go... Athaya mau t...