Suasana di kamar pasangan suami isteri dari cucu Alexander Rifai, Arzha dan Atha, kini hening. Mereka berdua sama-sama duduk di atas ranjang, setengah badan menyandar pada kepala ranjang dengan buku cetak sebagai penunjang dari mata kuliah mereka masing-masing berada di atas paha. Baik Atha dan Arzhanka sama-sama larut dalam materi untuk ujian tengah semester.
Terdengar helaan nafas di sebelahnya, membuat Arzha menoleh. Isterinya sedang membolak-balikan halaman bukunya sambil sesekali mengucek matanya. Halaman yang sama terus saja dibolak-balik, Arzha jadi sangsi kalau Athaya baca.
Tidak mau ambil pusing, Arzhanka kembali memfokuskan atensinya pada buku materinya. Materi untuk UTS yang harus Arzha pelajari, masih ada dua bab lagi. Lumayan banyak dan sekarang waktu menunjukkan pukul sembilan malam.
Jadwalnya untuk tidur. Mungkin pagi hari sekali nanti dia lanjut baca.
Ditutupnya buku yang Arzha baca, lalu dia taruh di atas nakas di samping ranjang. Bagi Arzha, waktu tidurnya sama sekali tidak bisa diganggu gugat meski dengan wacana ujian sekalipun. Tidur itu penting.
Terlebih Arzha merasa jika dia tidak berada dalam mood yang baik. Arzha hanya merasa jenuh dan bosan. Baginya tidak baik jika diteruskan.
Merasa pergerakan di sebelahnya, Atha mengalihkan matanya yang sedari tadi membolak-balik halaman yang sama, jadi melihat Arzha yang di sebelahnya, sudah berbaring dengan setengah badan yang tertutupi selimut.
"Zha, udah mau tidur?"
Arzhanka tidak menanggapi. Laki-laki itu menatap langit-langit kamarnya, matanya kini siap terpejam, bersiap untuk memasuki alam mimpi, tetapi...
"Memang materi UTS buat besok udah kamu review lagi?"
Good. Pertanyaan dari Athaya membuatnya mengurungkan menutup mata.
"Belum semua. Besokin pagi aja," ujarnya santai. Arzha hendak menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut, terlihat dari kedua tangannya yang bersiap dari tadi memegang ujung selimut tapi lagi-lagi...
"Katanya kamu ujian jam tujuh pagi. Emang sempet?"
Arzha memejamkan matanya sekilas. Baru tersadar, ia kini kembali duduk bersandar pada kepala ranjang dan mengambil buku cetaknya yang berada di atas nakas sebelah ranjang. Atha benar. Kalau di esok harikan mungkin dia tidak akan sempat mengulas materi itu kembali. Double shit!
Sedikit licik, bisa saja sih, Arzha meminta Atha yang menyetir karena dia pasti mau. Maklum, semenjak Athaya berhasil mendapatkan SIM A karena sudah bisa mengendarai mobilnya, gadis itu pasti akan memohon pada Arzha supaya dia saja yang mengemudi. Arzha tentunya tidak masalah dengan itu.
Tapi masalahnya, Arzha adalah sejenis tipe orang yang tidak bisa kalau di dalam mobil itu membaca, atau memainkan ponselnya. Jika begitu dia pusing.
Jadi percuma saja.
Mau tidak mau ia harus memaksakan diri bergadang, oh, hal yang seumur hidup baru kali pertama dia lakukan. Kuliah dan masa sekolah duabelas tahun itu beda, ya? Arzha jadi rindu masa-masa di mana dia menjadi yang terunggul dalam sekolahnya meski tanpa belajar menjelang ujian.
Tapi di kuliah ini, tentunya orang-orang yang menjadi teman seangkatan ia adalah sama-sama dari orang yang sepintar dirinya, yang seunggul dirinya serta yang semampu dirinya. Mereka sama. Oleh karena itu Arzhanka tidak mau kalah saing. Jika mereka tidak sama, harusnya mereka semua tidak diterima di Kampus A dalam dua jalur yaitu SNMPTN dan SBMPTN.
Mulai mengantuk, Arzha memaksakan dirinya untuk membaca. Matanya tanpa disetujui rasanya seperti memberontak, meminta untuk dipejamkan. Arzha benci situasi ini di dalam dirinya. Dia mulai emosi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Life (After) Marriage [END]
RomansaCERITA SUDAH SELESAI #4 in Romance (30/01/20) #16 in Perjodohan (28/01/20) #26 in sma (11/01/19) #2 in luka, perasaan and tragedi (19/03/19) #9 in youngadult (02/08/19) #3in action (04/02/20) [RIFAI SERIES - I] (17+) Never let you go... Athaya mau t...