Pt. 31

17.1K 799 86
                                    

Di depan cermin kamar, Athaya tersenyum manis. Dia menepuk rok hitam panjang yang sudah dikenakannya, memastikan sabuk sudah kencang, mengusap-usap kemejanya yang menurutnya terlihat sedikit kusut, lalu menyisir rambutnya dengan jari-jari tangan untuk memastikan rambut yang lima menit lalu baru Atha sisir tidak kusut atau berantakan lagi. Sempurna.

Tidak lupa dia mengalungkan name tag bertuliskan, nama lengkapnya dan jurusan serta fakultasnya. Athaya sudah siap ospek.

Pintu walk in closet terbuka, menampilkan Arzha yang sudah siap dengan seragamnya juga. Menggunakan kemeja putih panjang, dasi hitam formal, celana bahan hitam panjang. Sama sepertinya, Arzha juga sudah mengalungi name tag yang bertuliskan nama dan jurusan serta fakultasnya.

Sadar karena Arzha sudah keluar dari walk in closet, Athaya yang asalnya masih melihat cermin, menoleh ke laki-laki itu. Senyum semangatnya masih hadir tersemat di bibirnya, tak mau luntur.

"Zha, udah siap ospek setelah tiga bulan lamanya kita gak sekolah?"

Alih-alih menjawab, Arzha berdecak. Dia menyampirkan ranselnya yang sudah berisi barang-barang untuk ospek hari pertama ini, di sebelah bahunya. Dia berjalan ke meja belajarnya, mengambil ransel Atha dan memberikannya ke gadis itu, yang diterimanya masih dengan senyuman.

Menggeleng tak habis pikir, Arzha berkomentar, "Kok lo semangat amat?"

Sudah memakai ranselnya dengan baik, Atha mengerutkan dahinya karena komentar Arzha. "Ya, harus semangat dong. Ini hari pertama ospek, kan?"

"Iya, tapi gue biasa aja, tuh. Gak se-semangat lo." Takut Athaya bisa-bisa memberikan ceramahan kalau dia harus semangat dan sebagainya, sebelah tangan Arzha dengan cepat memegang sebelah tangan Atha, membawanya keluar kamar. "Udah ah, kita harus berangkat. Gak boleh bawa kendaraan pribadi, kan?"

Atha mengikuti langkah kaki Arzhanka yang cepat hingga hampir berlari kecil. Mereka keluar dari kamar mereka, menuruni tangga dengan terburu, sambil disambut bungkukan hormat dari beberapa pelayan yang ada di sekitar mereka.

"Tuan Arzha, nona Atha..."

Saat baru saja berada di pintu depan Manssion Rifai, Arzha diintrupsi oleh kepala pelayan sehingga mau tidak mau langkahnya dan Atha jadi berhenti. Kini, mereka menoleh, sama-sama menatap kepala pelayan itu bingung.

"Tuan, nona, berhubung pihak kampus tidak mengizinkan mahasiswa baru membawa kendaraan, tuan besar sudah bernegoisasi dengan rektor kalau tuan dan nona bisa membawa kendaraan pribadi ke kampus saat masa orientasi."

Mata Arzha menyipit begitu mendengar penuturan kepala pelayan. "Cuma kita aja? Alden, Dyra sama Stefie?" tanyanya memastikan. Ya, tiga saudara Arzha dan Atha yang lain juga satu kampus dengan mereka, kan.

Kepala pelayan itu mengangguk. "Itu juga berlaku pada Tuan Alden, Nona Dyra serta Nona Stefie, tuan. Hanya saja mereka saat ini belum berangkat karena, mungkin masih bersiap-siap di kamar masing-masing."

Arzha mangut-mangut mengerti. Tanpa sadar dirinya tersenyum tipis.

"Zha..." panggil Athaya, membuat Arzha menengok ke belakang. Isterinya itu tampak gelisah akan suatu hal. "Ayo cepet berangkat, takut telat."

Ucapan gusar Athaya tentu membuat Arzhanka tertawa. "Lah elah, please nyonya ini bahkan masih jam setengah enam dan ospek mulai jam tujuh. Telatnya dari mana coba, Tha? Lo terlalu semangat banget."

Bahkan mereka juga belum sarapan, Ya Tuhan.

Mendengar nada ejekan Arzha, Atha hanya mengurucutkan bibirnya, lucu.

"Gini," Arzha berdeham sebelum melanjutkan. "Kalau kakek nanya alasan saya gak bawa mobil saya, bilang aja kalau saya sama Atha milih buat nurut sama aturan ospek dari kampus." Seakan teringat sesuatu, sebelah tangannya yang tidak memegang tangan Athaya berjentik. "Siapin salah satu sopir buat anter saya sama Atha ke halte bus. Jarak dari Manssion ke jalan gede jauh, kita gak mungkin jalan kaki. Dari sini ke jalan utama gak mungkin jalan kaki."

Bad Life (After) Marriage [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang