Duduk dibalik meja kerja kakeknya, Arzhanka yang sedang berkutat pada laporan juga data yang sedang diperiksanya, sesekali tersenyum lebar. Dia melihat Athaya lekat, membuat Athaya duduk kaku di sofa. Gugup dan juga kikuk.
Jujur saja, Arzhanka tak menggodanya. Hanya saja senyuman laki-laki itu yang kali pertama Atha lihat saat ia membuka mata, lalu laki-laki itu menyapanya dengan lembut, jangan lupa ciuman manis mereka, membuat Atha merasa...
Berdebar, tentu saja.
Atha malu mengakui kalau saat ini, keadaannya sama sekali tidak baik jika harus memaksakan diri ke kampus. Karena Arzha juga masih harus bekerja di sini karena sekarang belum hari libur, usul Arzha yang mengatakan agar dirinya tetap di sini, menemaninya berkerja, sebenarnya merupakan ide bagus.
Tapi Athaya juga sadar jika dirinya pasti akan menjadi secanggung ini.
Oke, Arzha sendiri biasa saja. Atha mendesah pelan. Ini hanya masalahnya dengan dirinya sendiri, Atha juga hanya perlu seperti Arzha yang biasa saja.
Setelah memantapkan niatnya, Atha berdeham pelan, lalu dia memutuskan untuk duduk di kursi di depan meja Arzha. Menyadari kehadiran gadisnya, Arzha lagu-lagi tersenyum lebar. Tak lama, karena atensinya kembali pada kertas.
"Nanti siang ada rapat sama investor?" tanya Atha basa-basi. Ia tidak mau ada canggung diantara mereka, juga Athaya ingin membuka dirinya kembali pada suaminya, ya, setelah apa yang mereka lakukan, ekhem, tadi malam.
Arzha tersenyum, masih sambil membaca data dan laporan progress Rifai Group di bidang layanan dan jasa. "Investor, pemegang saham..." gumamnya.
"Oh..." gumam Atha. Selanjutnya hening. Lagi-lagi mereka terdiam.
Setelah sekian lama mereka ditemani hening, Arzha yang sadar kalau Atha tidak membuka perbincangan, kini mengalihkan atensinya ke Atha yang juga kini tengah menatapnya. Sadar kalau dirinya ke-gap, alih-alih harusnya ia mengalihkan pandangan, Atha masih terus saja menatap Arzha.
Entah untuk yang kesekian kalinya, Arzha tersenyum. Membuat Atha jadi merasa gerah sendiri karena, senyuman manis suaminya membuatnya berdesir.
"Kamu bete?" tanya Arzha lembut. "Apa mau pulang aja?"
Atha menggeleng pelan. "Aku sama sekali gak bete..."
Arzha tiba-tiba berdiri menghampiri isterinya. Atha yang melihatnya tentu merasa heran. "Zha, mau ngapain?" Melihat Arzha yang terus mendekatinya serta menunduk tepat ketika sudah di hadapannya, jangan lupa smirk yang tersungging pada bibir suaminya, membuat jantungnya kebat-kebit di dalam sana.
Laki-laki itu memegang kedua bahunya, Athaya kini seakan merasa waktu berhenti. Terlebih Arzha yang juga menatapnya intens.
"Berdiri, Tha..."
Gadis itu mengerutkan dahi samar. "Hah?" Athaya takut salah dengar dari apa yang Arzha ucap barusan. Untuk apa juga Arzha menyuruhnya berdiri?
"Berdiri, Tha..." Jelas Arzha dengan lembut.
Meski masih merasa heran, Atha tetap menerima titah suaminya. Gadis itu bangkit dari duduknya dan berdiri tepat dihadapan Arzha. Membuat jarak mereka jadi semakin dekat, semakin menipis.
Saat akan bertanya kenapa, Atha harus dibuat terkesiap karena Arzha tiba-tiba menggendongnya, percis seperti karung beras. Mendengar terkesiapan Atha, Arzha tertawa pelan karenanya. Isterinya pasti kaget.
"Zha turunin aku..." pinta Atha serius.
"Nggak mau, kayaknya kamu bohong sama aku," sahut Arzha percis anak kecil yang merajuk, dia hanya pura-pura saja. "Kamu bete kan, sebenernya?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Life (After) Marriage [END]
RomansCERITA SUDAH SELESAI #4 in Romance (30/01/20) #16 in Perjodohan (28/01/20) #26 in sma (11/01/19) #2 in luka, perasaan and tragedi (19/03/19) #9 in youngadult (02/08/19) #3in action (04/02/20) [RIFAI SERIES - I] (17+) Never let you go... Athaya mau t...