Pt. 79

8.4K 403 155
                                    

 Apalagi tujuannya selain membuat Atha mati, lalu Arzha akan gila karena kejadian ini, lalu dia akan mudah merebut apa yang masih bisa dia miliki.

Sebaik itu, kan?

***

Sekarang Kiya sedang membantu Athaya melipat matras yang tadi mereka gunakan untuk melakukan senam hamil. Sehabis mereka sarapan, satu jam setelah itu Athaya melakukan senam hamil yang ditemani Kiya. Tentu mereka melakukan senam dipandu juga dengan istrukstur senam yang memang dijadwalkan hari ini.

Baru saja pelatih senam mereka pulang karena tugasnya sudah selesai. Ya, siapa lagi yang mengidekan memanggil instruktur senam hamil jika bukan Arzha. Senam hamil juga sudah dilakukan Atha sejak usia kehamilannya tiga bulan. Atha paham kalau suaminya itu menginginkan yang terbaik untuk mereka.

Biasanya Dyra juga Kiya, selalu menemani. Tapi kali ini, Dyra harus buru-buru sekali pergi, katanya ada urusan penting di kampus. Jadilah hanya Kiya saja yang menemaninya melakukan senam. Akan terasa sepi jika hanya sendirian.

"Atha, kamu udah minum susu hamilnya, kan?" tanya Kiya. Dia menerima matras terlipat, yang Atha ulurkan. "Kalau belum, aku buatin ya?"

Calon ibu satu itu menggeleng, tanda dia menolak. "Nggak, usah. Sehabis sarapan, aku memang udah buat susu hamil dan udah diminum juga."

Kiya mengangguk mengerti. "Bagus. Minum susu hamil, jangan lupa..."

Mereka melakukan senam di lantai pertama, dekat ruang makan lebih tepat karena tempat itu sangat strategis juga nyaman.

"Habis ini, mau ke mana? Mau siap-siap ngampus?" tanya Kiya.

Atha mengangguk. "Iya, udah jam sebelas juga kan..." Seakan dia teringat, Atha bertanya pada temannya itu. "Kamu sendiri, nggak ada jadwal kuliah?"

"Nggak, Tha. Kebetulan semester ini, setiap hari Selasa, aku suka libur."

"Oh, gitu..." Athaya tersenyum tipis, gadis itu menepuk bahu Kiya sekilas. "Kalau gitu, aku ke atas dulu ya, mau siap-siap."

Kiya tersenyum seraya mengacungkan jempol. "Oke..."

Saat Atha baru saja berjalan menuju lift untuk naik ke lantai dua, gadis itu tiba-tiba berjengit kaget karena dia mendengar suara tembakan yang entah kenapa, terasa sangat dekat. Spontan, gadis itu berhenti berjalan. Gadis itu terpekur. Atha tidak tahu apa yang terjadi dan dia, merasa sangat penasaran.

Belum lagi petugas keamanan Rifai serta beberapa bodyguard, keluar dari mansion dengan lari, entah ada apa di depan mansion sana.

Atha merasa keadaan di luar mansion sangat gaduh. Saat Atha akan keluar untuk melihat keadaan, ada sebuah tangan yang tiba-tiba merangkulnya dan Atha dibawa masuk secara paksa ke dalam lift yang untungnya langsung menutup. Atha yang dibawa paksa, tentu memekik kaget. Tak lupa mulut gadis itu juga di bekap.

Ketika menengok ke belakang mata Atha membelalak karena mendapati di sana ada Kiya yang menatapnya khawatir juga panik. Ternyata, gadis itu lah yang membawanya masuk ke dalam lift secara paksa. Kiya juga sudah melepasi bekap tangannya di mulut Atha karena mereka sudah berada di dalam lift sekarang.

"Jangan keluar, Tha..." gumam Kiya yang batinnya berkecamuk. "Tolong, aku mohon, kamu jangan hampir keluar dari mansion kayak tadi."

"Kenapa?" tanya Atha bingung. "Aku tadi denger suara tembakan dan—"

Lift menuju lantai dua terbuka sehingga ucapan Atha, tidak selesai karena Kiya—lagi-lagi merangkulnya, membawa Atha menuju kamarnya.

Meski terkesan tidak sopan, Kiya tidak punya pilihan lain. Gadis itu harus cepat dan tanggap menyelamatkan Atha dari situasi yang mendadak ini.

Setelah memasukkan Atha ke dalam kamarnya dan hendak menutup pintu kamar Arzha dan Atha, pergerakan Kiya terhenti karena Atha kini menahan pintu kamarnya agar tidak tertutup. Kiya membulatkan mata melihat Atha.

"Tha—" gumam Kiya tak habis pikir.

"Jawab dulu, kenapa semuanya kayak begini?!" tanya Atha frustasi. "Aku harus tau ada apa sama mansion dan kenapa..." kini Atha mendengar suara tembak pistol yang jauh lebih dekat dan di lantai satu sana mulai terasa gaduh.

"Kita gak punya banyak waktu, Atha! Aku sendiri gak tau kenapa mansion tiba-tiba begini tapi satu hal yang pasti..." Kiya menatap Atha meyakinkan.

"Kita berdua sekarang gak aman, dan aku harus menyelamatkan kamu..."

Mendengar penuturan Kiya, nafas Atha tercekat. Jantungnya kini berdegup tak beraturan, badannya dingin, serta seluruh badannya gemetar karena ini.

Ketika mendengar suara banyak orang yang berjalan menaiki tangga, Kiya baru sadar, kalau mereka, benar-benar tak aman sekarang.

"Kunci pintunya dan sembunyi, Tha!" Setelah berteriak itu, Kiya langsung menutup pintunya, lalu berlari entah kemana yang Atha sendiri tak tahu.

Atha merasa gemetar. Meski masih merasa jika ini bukan kenyataan, Atha buru-buru mengunci pintu kamarnya dan Arzha. Gadis itu, benar-benar merasa ini mungkin bukan realitas yang tengah dialaminya.

Terdengar suara orang yang menggedor-gedor kamar sebelah, kamarnya si kembar. Mata Atha membelalak karenanya. Perlahan, gadis itu beringsut, berjalan mundur—sampai dia menabrak kasur dan terjatuh di sana. Kamar si kembar, Atha sudah kunci sebelum dia sarapan dan juga sarapan. Atha berharap mereka di sana, tidak menghancurkan kamar yang sudah susah payah Arzha dekor.

Sungguh, Atha tidak tahu apa yang sedang terjadi di sini.

"Athaya..!" Teriak seorang pria, seperti preman, dari luar sana. "Sekarang! Cepet buka pintunya atau nyawa lo, bener-bener gak aman!"

Di atas kasur, Atha tanpa sadar menangis. Jantung gadis itu rasanya sangat menggila sekarang. Terlebih Atha mendengar kini pintu kamarnya digedor dengan kencang, bahkan beberapa kali sudah didobrak. Atha mengigil saat ia memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang mungkin akan terjadi.

"Athaya!" Teriak seseorang di luar sana.

Karena intusinya mengatakan tak aman, Atha buru-buru turun dari ranjang dan berjalan menuju ke walk in closet. Bersamaan dengan Atha yang sudah ada di dalam walk in closet, pintu kamarnya sudah berhasil terbuka oleh mereka yang—Atha tak tahu bagaimana bisa pintu kamarnya yang dikunci itu terbuka.

"Athaya!" Teriak mereka lagi. Di dalam walk in closet berisi pakaian laki-laki yang dicintainya, Atha merasa gemetar. Dengan langkah kaki yang kini terasa lemas, Atha terus berjalan semakin dalam. Sebisa mungkin agar mereka tidak bisa menemukannya berada di sini. Atha takut sekarang, sungguh.

Athaya sekarang benar-benar takut akan keadaan yang tak ia tahu.

Wanita itu membuka pintu walk in closet di dalam lemari pakaian yang di dalamnya berisi pakaiannya. Sedikit beruntung walk in closet Arzha luas dan walk in closet-nya juga mempunyai dua pintu yang memungkinnya, untuk bersembunyi lagi. Pakaian Atha terletak lebih dalam setelah berisi pakaian milik Arzha di walk in closet ini. Atha berharap keberadaannya tak diketahui.

Ketika Atha hendak masuk lebih dalam ke walk in closet itu, pintu walk in closet bagian depan terbuka dan menampilkan sosok pria jangkung sepeti gangster yang kini tengah mengacungkan pistol yang tepat mengarah padanya.

"Kena lo!" Teriak gangster yang tengah mengacungkan pistol padanya.

Spontan Atha merasa lemas saat sadar, jika keberadaanya sudah diketahui.

Belum sempat Atha bergerak untuk kembali menghindar...

Terdengar suara tembakan yang menggema...

Dan Athaya langsung jatuh karenanya...

Lalu semuanya gelap. Hanya Arzha yang bisa ia ingat. 

Terakhir kali.

Bad Life (After) Marriage [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang