Pt. 47

14.1K 723 99
                                    



Tangan Arzha membuka pintu kamarnya. Lagi-lagi, Arzha menghela nafas untuk yang kesekian kalinya. Kamarnya dalam keadaan gelap, tirai jendela kamar yang belum tertutupi dan sepi. Tidak ada siapapun di sana. Berjalan gontai, Arzha memutuskan untuk ke walk in closet mengambil baju, lalu ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Hari ini dia merasa penat.

Dari semenjak Athaya pergi juga, lo ngerasa penat, Arzha. Pemikirannya yang baru saja masuk ke dalam kepalanya, membuat Arzha tersenyum sendu. Dia melirik lemari yang berisi pakaian Atha. Dalam hati Arzha bertanya, sudah berapa lama dia tidak menyiapkan baju isterinya seperti biasa?

Arzha mandi seperti yang biasa ia lakukan. Arzhanka selalu mandi dengan cepat. Hanya mengandalkan shower, tidak seperti Athaya yang lama mandi karena isterinya itu selalu berendam dahulu. Katanya saat ditanya kenapa kalau mandinya selalu lama, Arzha tersenyum mengingat jawaban polos isterinya.

"Di rumah aku gak ada bath up sama gak ada jacuzzi soalnya."

Di bawah guyuran shower Arzha memejamkan mata mengingat itu semua. Jujur, Arzha rindu. Terlebih selama mereka berpisah, Arzha hanya tahu kabar Atha hanya dari mama dan papa. Mereka sama sekali tidak terlibat komunikasi karena, Arzha tahu kalau Atha butuh waktu untuk meluruskan kesalahpahaman ini.

Setelah selesai mandi, Arzha disambut gelap. Berjalan keluar kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya yang basah, Arzha memang sama sekali tak ada niatan untuk menghidupkan lampu kamar. Saat ini dia nyaman gelap.

Karena jika kamarnya dalam keadaan terang, presensi Atha yang memang tidak ada di sini, akan semakin terasa olehnya dan itu membuat sesak.

Saat akan berjalan ke ranjang, Arzha berhenti dan menoleh ke tempat meja belajarnya berada. Biasanya di jam delapan malam seperti ini, Athaya akan berada di sana, serius belajar, sesekali mulutnya bergumam melafalkan teori yang ia baca atau tengah ia hafalkan. Tapi sekarang, kursi itu kosong.

Entah kenapa hati Arzha tergerak untuk duduk di balik meja belajar. Arzha kembali mengingat, kapan dia terakhir menggunakan meja belajar saat ia belajar?

Semenjak menikah, Athaya yang selalu belajar di sini. Dan tanpa ia sadari, Arzha lah yang mengalah karena semenjak menikah, dia suka belajar di ranjang.

Laki-laki itu meraba permukaan meja belajar seakan bisa merasakan Atha yang selalu belajar di sini. Meski tidak berdebu, Arzha bisa merasa meja itu tidak sehangat biasanya. Sosok yang selalu belajar di sini sudah lama tak pulang. Arzha terus meraba permukaan meja itu sambil mengingat bagaimana Atha belajar.

Membuka laci meja belajar, Arzha tertegun mendapati ada buku catatan di dalam sana. Buku catatan warna hitam. Penasaran, Arzha mengambilnya. Ia terus melihat buku itu, membolak-balikannya berkali-kali, efek merasa familier.

Membuka halaman pertama, Arzha disuguhkan dengan tulisan Atha yang unik dan lucu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Membuka halaman pertama, Arzha disuguhkan dengan tulisan Atha yang unik dan lucu. Arzha tersenyum melihatnya. Tulisan font Purisa yang bertuliskan, Athaya's Present : A & A Manhattan Trip Journal. Ternyata ini jurnal buatannya Athaya di Manhattan waktu itu. Arzha kini terkekeh.

Bad Life (After) Marriage [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang