Siapa tau kalian penasaran, aku udah update Youth (alias ceritanya Arzharo Kenneth Rifai alias anaknya Arzha sama Atha) chapter O1 udah bisa dibaca.
Hanya Alexander Rifai yang menjadi alasan kenapa mereka semua berada dibalik meja makan pagi ini hanya untuk sarapan. Jika tidak ada kakek, tentu saja, mereka tidak akan mau berkumpul di dalam suatu ruangan, di dalam satu momen.
Sama seperti di hari ini. Alexander yang baru pulang dari ekpedisi keliling Nusantara karena memantau cabang perusahaan Rifai Group pada berbagai sektor, kini sudah duduk manis di kursi utama meja makan hari ini. Setelah sekian lama.
Tak ada satupun yang berani memulai makan. Sarapan sudah tersaji di atas meja makan. Bahkan Alexander hanya diam, seraya bertopang dagu. Semua tidak akan makan jika Alexander tidak makan lebih dulu.
Suasana sarapan yang hening, dan sepi—ah, lama-lama Atha kini menjadi terbiasa dengan ini semua. Di bawah meja, ada sebelah tangan Arzha yang tengah menggenggam erat. Atha tersenyum tipis karenanya.
Orang di sini juga tahu, apa penyebab utama mereka belum mulai sarapan ketika sudah setengah jam yang lalu, makanan untuk sarapan sudah terjadi di atas meja makan. Diam-diam ada orang yang paling gelisah di sini.
Atensi Alexander sedari tadi mengarah pada kursi kosong di sebelah kanan Dyra. Sudah berapa kali Alexander melihat kursi kosong itu, tapi nyatanya tetap, di sana kosong, si pemilik kursi tidak ada di sana.
Jengkel, Alexander akhirnya melepas gengsinya untuk bertanya. "Kemana Alden? Kenapa dia gak ada di meja makan, Dyra."
Sosok yang paling gelisah itu, siapa lagi kalau bukan Dyra. Di bawah meja Dyra terus meremas tangannya erat, pertanda gugup. Al yang di sebelah kiri Dyra, menyadari kegugupan calon adik iparnya itu. Al menepuk bahu gadis itu pelan.
"Alden..." Jantung Dyra rasanya seperti marathon sekarang. "Dia nggak di mansion hari ini, kek. Jadi, maaf, nggak bisa ikut sarapan bersama."
"Kemana Alden?" Seluruh orang yang ada di meja makan, menyadari jika mulai terdapat gurat emosi dalam pertanyaan kakek mereka. "Apa dia mau terus-terusan menjadi anak yang pembangkang? Kakek sudah lama tidak pulang, Alden gak sudi untuk hadir di sini dan sarapan bersama, begitu?"
Sebenarnya sebagai kakak, Al juga tidak tahu-menahu apa alasan adiknya tidak hadir di sarapan bersama, untuk kali pertama. Mengingat dirinya sendiri tak sering ke mansion akhir-akhir ini, karena sudah memasuki tingkat akhir kuliah. Ia mulai sibuk menyusun skripsi yang sedikit terlambat gara-gara ambil cuti kuliah.
Cutinya apalagi jikalau bukan diambil untuk liburan, backpacker, eksplorasi tempat, hal, serta suasana baru. Al si jiwa petualang.
Meski jarang ke mansion, Al tetap berkomunikasi dengan adik sepupunya melalui sosial media. Ke Alden, Dyra, Arzha, Atha bahkan Alvin dan Stefie. Jadi hal lumrah jika saat berkomunikasi dengan Alvin serta Stefie, respon dari mereka, selalu tak pernah baik. Al terbiasa dengan perangai Alvin yang berubah semenjak adik sepupunya itu tinggal di mansion, serta tunangannya yang, yah, begitu.
Dyra kesulitan menelan salivanya sendiri. Buru-buru mengibaskan tangan, Dyra menjawab pertanyaan kakeknya kikuk. "Alden, nggak bermaksud seperti itu, kek. Dia..." Sejenak Dyra merasa ragu tapi mau tak mau dia harus mengatakan ini semua. "Alden sudah hampir dua bulan yang lalu, pindah ke apartemen..."
Arzha sedikit terkejut dengan penuturan Dyra barusan. Jika tadi kata Dyra, Alden pindah ke apartemen dua bulan lalu, itu berarti saat seminggu sebelum dia juga Atha ke Manhattan. Arzha baru mengerti kenapa Alden sering tidak terlihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Life (After) Marriage [END]
RomanceCERITA SUDAH SELESAI #4 in Romance (30/01/20) #16 in Perjodohan (28/01/20) #26 in sma (11/01/19) #2 in luka, perasaan and tragedi (19/03/19) #9 in youngadult (02/08/19) #3in action (04/02/20) [RIFAI SERIES - I] (17+) Never let you go... Athaya mau t...