Pt. 19

20.1K 904 44
                                    

Arzha melepaskan pegangan tangannya di tangan Atha bergitu mereka ada di kamar mereka. Hening, baik Atha ataupun Arzha tidak ada yang bersuara. Laki-laki itu berjalan ke arah ranjang, namun belum sampai Arzha menaiki ranjang, Atha memberanikan diri untuk bersuara.

"Zha..."

Suaminya menoleh. "Hm?"

Karena gugup, Atha memainkan kesepuluh jarinya. "Hm, anu, makasih ya. Makasih karena tadi udah nyelamatin aku dari..."

"No prboblem," potong Arzha mengerti. Laki-laki itu menaiki ranjangnya, duduk bersandar pada kepala ranjang sambil mengambil buku UN miliknya yang ada di atas nakas sebelah ranjang. "Lagian lo jatuh karena kepeleset, jadi menurut gue hal kayak gitu gak usah digembar-gembor."

Atha mendesah lega. Biar, biar suaminya itu hanya tahu kalau dia terjatuh karena terpeleset, tercebur. Lagi-lagi dia memikirkan betapa bersyukurnya ia yang masih dikasih kesempatan hidup.

Melihat Arzhanka yang mulai membuka buku UN-nya dan mengisi lembar soal yang ada, membuat sisi ambis Atha aktif. Ia berjalan cepat ke meja belajarnya Arzha, mulai membuka buku UN-nya, tak mau kalah dari Arzha.

Arzha mengambil mata UN pilihan Ekonomi, sementara Atha mengambil mata UN pilihan Sosiologi. Athaya sebenarnya suka semua mata pelajaran sosial. Ia memilih Sosiologi karena menurutnya, itu yang paling sulit. Singkat cerita, dia ingin coba menantang dirinya sendiri. Terlebih bangga sekali kalau nilai UN-nya bagus. Arzha memilih Ekonomi karena memang minatnya laki-laki itu.

Atha mulai menghafalkan teori dan definisi hal-hal yang berkaitan dengan mata pelajaran Sosiologi. Cara menghafal Atha supaya apa yang dia hafalkan ada dan cepat masuk ke dalam otaknya adalah dengan cara disuarakan, mirip hafalan anak kecil. Cara itu cocok untuk Atha.

"Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi menyatakan bahwa Sosiologi atau ilmu masyarakat ialah ilmu yang mempelajari struktur soisal, proses..."

Arzha yang tengah mengisi soal tentang kurva permintaan dan penawaran mengernyitkan dahi mendengar suara Atha yang tengah menghafal seperti bocah. Jujur, dia sedikit terganggu karena itu.

Penasaran, laki-laki itu bangkit dari ranjang. Tanpa suara Arzha berjalan mendekat ke meja belajarnya, berdiri tepat di belakang Athaya. Menggeleng tidak habis pikir kenapa dia bisa punya isteri yang bocah juga seperti Atha.

Menurunkan wajahnya ke samping wajah Atha, Arzha berbisik, "Bakalan gampang lupa kalau lo ngafalinnya kayak gitu..."

Atha yang masih hanyut dalam hafalannya, berjengit kaget dan terkesiap sampai-sampai dia jatuh dari kursinya. Arzha mematung melihat Atha yang duduk di lantai, sambil memegang dadanya yang naik-turun, masih shock. Arzha tidak menduga kalau bisikannya bisa membuat Atha setekejut itu. Terlebih kursi belajar Arzha memang tidak memiliki lengan.

Setelah merasa tenang sedikit, Atha mendongak melihat Arzha yang masih melihatnya heran. Di wajahnya bahkan tidak ada perasaan bersalah sedikit pun.

Dan Atha jadi makin kesal dibuatnya.

"Arzha!"

Diteriaki seperti itu, dengan kalemnya Arzha kini duduk di kursi yang tadi Atha duduki. Tangannya tanpa izin mengambil buku catatan Athaya, stabilo serta pulpen warna-warni kepunyaan gadis itu yang ada di mejanya.

Atha berdiri di sebelah suaminya. Dia akan kembali mengintrupsi sebelum Arzha mengatakan apa alasannya yang tanpa izin memakai barangnya.

"Gue kasih tau tips biar hafalan teori lo gak lupa."

Tentu mata Atha berbinar-binar. Arzha yang jenius, ternyata mau berbagi ilmu. Hal yang lagi-lagi tidak Atha sangka. Tidak boleh disia-siakan.

Arzha menulis, 'Definisi Sosiologi', lalu dia beri kotak tulisan itu. "Punya yang beginian, kenapa gak dipake, sih? Lo punya buat apa? Hiasan?" Ujar Arzha sarkas karena melihat buku catatan Atha berwarna hitam-putih, tidak ada menarik-menariknya. Mana tulisannya tidak begitu terbaca bagi Arzha.

Bad Life (After) Marriage [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang