Pikiran Athaya semakin penat dari hari ke hari. Bukan karena tugas yang kian menumpuk, bukan karena ujian praktek yang minggu depan pengujiannya, dan bukan pula karena UN atau SBMPTN di depan mata. Athaya rasa dia masih bisa menata pikirannya agar tidak stres menghadapi serentetan tugas dan ujian.
Tetapi, pikirannya penat lantaran pernikahannya dan Arzha akan diadakan tiga hari lagi. Bayangkan, tiga hari lagi. Segala macam urusan sudah selesai. Atha bahkan tidak melakukan apapun termasuk fitting gaun pengantin dan pemilihan cincin karena dia hanya tinggal tahu selesai.
Siapa lagi jika bukan andilan keluarganya Rifai.
Bukan ini model pernikahan impiannya, bukan.
Dalam mimpi terliarnya pun, dia tidak berharap menikah dengan laki-laki semodel Arzha yang layaknya putra mahkota.
Dia tidak pula berharap menjadi seorang putri.
Namun nyatanya di tiga hari kedepan dia akan menjadi sesosok putri.
Semua anak di sekolah ini sudah tahu kalau laki-laki yang mereka anggap sebagai sosok panggeran, akan menikah dengan Athaya yang notabene-nya bukan apa-apa. Hanya si cupu yang mereka pikir beruntung.
Jika biasanya Bu Risna, Guru Ekonomi, akan menegur siswanya jika tidak ada yang memperhatikan, tapi sepertinya hari ini lain kasus. Bu Risna bahkan tak memarahi atau menegur Athaya yang kini tatapannya kosong sambil sesekali Atha mengusap matanya lantaran air matanya tumpah.
Tak ada yang peduli jika sebenarnya Atha tidak seberuntung yang mereka pikirkan. Mereka hanya mencibir Atha yang beruntung sampai menuduh Athaya memakai pelet untuk mendapatkan Arzha.
Bel pulang sekolah berbunyi. Atha memasukkan barang-barangnya ke tas. Ia merasa jiwanya kosong. Ia juga menyadari kalau berat badannya pasti menurun drastis. Dan semenjak berita pernikahan itu, semua semakin menjauh darinya.
Yang tidak suka padanya semakin tak suka, yang membencinya makin jadi membenci, guru-guru bahkan menjadi sungkan padanya.
Dehaman seseorang membuat Athaya menoleh. Ada Arzha di sisi mejanya berdiri sambil menyampirkan ranselnya di sebelah bahu.
"Pulang sekolah lo baliknya sama gue."
Atha menunduk sambil melanjutkan kegaiatannya memasukkan buku ke tas. "Aku bawa motor," sahutnya menggumam.
Berhubung teman sebangku Atha sudah pergi, Arzhanka duduk di bangku sebelah gadis itu. Mengamati gadis itu yang lambat sekali memasukkan bukunya ke dalam tas. Arzha berdecak kesal dibuatnya.
"Ck, lo lama amat sih masukin dua buku sama tempat pensil aja."
Dengan paksa, Arzha merebut tas di paha Atha, memasukkan barang gadis itu dengan cepat ke tasnya. Dengan sebelah tangan yang masih memegang ransel Atha, sebelah tangan Arzha memegang tangan gadis itu dan menyeretnya menuju ke parkiran sekolah.
Athaya yang ditarik paksa hanya bisa menunduk. Dia benci jadi perhatian dan cibiran pedas semua orang terhadap dirinya.
Arzha membuka pintu mobil mewahnya dan mendorong Atha masuk. Arzhanka juga memaikan Athaya sabuk pengaman. Tidak lama Arzha memutari mobil dan masuk ke kursi kemudi. Dia melempar tas Atha dan tasnya ke kursi belakang sebelum melajukan mobilnya.
"Zha, motor aku, di sekolah..."
"Supir gue bakal anter ke rumah."
Athaya diam. Lagi-lagi Arzha dan kuasanya yang entah kenapa membuat Athaya kesal sampai tangannya tanpa sadar mengepal.
Hening, diantara mereka tak ada percakapan apapun. Bahkan Arzha tidak menghidupkan musik player ataupun radio.
"Kita bakal ke rumah kakek."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Life (After) Marriage [END]
RomanceCERITA SUDAH SELESAI #4 in Romance (30/01/20) #16 in Perjodohan (28/01/20) #26 in sma (11/01/19) #2 in luka, perasaan and tragedi (19/03/19) #9 in youngadult (02/08/19) #3in action (04/02/20) [RIFAI SERIES - I] (17+) Never let you go... Athaya mau t...