Mata Athaya spontan terbuka tatkala cahaya mentari menyapanya. Merasa silau, Atha menutup matanya dengan sebelah tangan. Atha tidak menyangka akan bangun sesiang ini. Untungnya dia ada jadwal kuliah siang alhasil tidak perlu buat khawatir akan terlambat atau apapun.
Saat tangannya bergerak, untuk meraba sisi ranjang di sebelahnya, Athaya hanya bisa merasa kekosongan. Gadis itu terpekur. Perlahan Atha mencoba duduk lalu melihat ke sebelahnya yang memang sudah kosong.
Pasti Arzha sudah berangkat, begitu pikirnya.
Dan pikirannya menjadi benar ketika Athaya melihat di atas nakas ada jam weker yang sudah ditempeli sticky note berwarna kuning. Di sana, tertera tulisan Arzha yang berkarakter dan rapi. Atha mengambil sticky note dan membacanya.
Dear, my boo.
Mungkin saat baca ini, aku udah berangkat kerja. Inget pesen aku yang kemarin, ya? Jaga diri dan jaga anak-anak. Seperti biasa, baju kamu udah aku siapin. Aku juga udah minta Kiya buat sarapan dan temenin kamu sarapan.
Will be miss you bad, Arzha.
Oh, ya. Kamarnya kembar udah selesai aku dekor. Semoga kamu suka.
Atha tersenyum tipis. Ia melipat note itu lalu memasukkanya ke saku baju tidurnya. Daripada tertarik mandi lebih dulu, Atha memilih untuk bangkit lalu dia berjalan ke luar kamar, menuju ke kamar sebelah, ke kamar si kembar. Dia sangat amat penasaran dengan dekoran solo suaminya sampai tidak tidur, mungkin.
Ketika membuka pintu Atha tidak berhenti berdecak kagum ketika melihat bagaimana kamar si kembar sekarang. Arzha benar-benar mendekorasinya dengan sangat sempurna. Atha menyukainya, ia yakin kedua anaknya juga akan suka.
Siapapun yang berada di sini, benar-benar merasa akan seperti di galaksi.
Ah, Atha sangat tidak sabar menunggu mereka lahir ke dunia.
***
Menatap hamparan awan dengan latar belakang langit biru, Arzhanka, kini sedang termenung. Sekarang ia sudah berada di pesawat kelas bisnis, yang sedang membawanya menuju San Fransisco. Sangat sedih karena dia harus pergi di waktu Atha belum terbangun dan Arzha, tidak tega juga membangunkannya.
Arzha pamit hanya dengan mencium wajah isterinya juga anaknya yang—tentunya masih berada di dalam perut Atha. Tapi baginya, tentu itu saja belum dan tak akan pernah cukup untuknya. Sebenarnya, Arzha tak pernah rela harus pergi.
Seminggu tanpa Atha, bahkan tak terbayang oleh Arzha.
"Sir, wanna some drink?" tawar si pramugari yang berhasil memecahkan pikirannya tentang Atha dan dua anaknya. Tersenyum tipis, Arzha menggeleng. Si pramugari yang mengerti hanya tersenyum tipis, lalu pamit undur diri.
Dia belum sarapan dan tidak tidur semalaman. Tapi anehnya Arzhanka tak merasa lapar atau mengantuk sama sekali.
Bagaimana bisa begitu jika atensi dan pikirannya selalu mengarah ke Atha dan seakan tidak mau pergi? Jarak yang sangat jauh untuk mereka, juga durasinya cukup lama bagi mereka untuk berpisah.
Ah, andai doraemon itu ada, Arzha ingin sekali, meminta mesin pencepat waktu. Supaya waktu seminggu bagai sedetik, lalu ia tidak bisa jauh dari isterinya.
***
Alden menghembuskan nafas kasar. Sudah berkali-kali dia menarik nafas lalu membuangnya secara perlahan, terus saja begitu namun anehnya dia tak sama sekali merasakan adanya ketenangan. Alden merasa dia tidak baik-baik saja.
Lagi-lagi semuanya terasa masuk ke dalam kepalanya. Semuanya yang dia jadi merasa tersika karenanya. Semua kekacauan di sekitarnya. Semua dan semua, yang entah kenapa membuat kepalanya terasa ingin pecah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Life (After) Marriage [END]
RomansaCERITA SUDAH SELESAI #4 in Romance (30/01/20) #16 in Perjodohan (28/01/20) #26 in sma (11/01/19) #2 in luka, perasaan and tragedi (19/03/19) #9 in youngadult (02/08/19) #3in action (04/02/20) [RIFAI SERIES - I] (17+) Never let you go... Athaya mau t...