Pt. 24

19.2K 835 42
                                    

Liburan yang menyenangkan di Rumah Athaya sudah berakhir. Sesuai izin dan kesepakatan mereka dengan kakek yang akan menghabiskan waktu tiga hari, pada waktu pagi di hari ke-empat mereka pamit untuk kembali ke Manssion Rifai.

Mama hampir menangis saat Athaya dan Arzha pamit. Papa juga berpesan agar mereka harus sering mampir ke depannya. Sebenarnya jika mereka mau dan bisa, Atha dan Arzha juga masih ingin tinggal di sana.

Selama di perjalanan kembali ke Manssion, hening diantara mereka. Atha tidak bersuara, begitupun dengan Arzha. Tidak ada inisiatif diantara mereka misal seperti menghidupkan radio atau MP3 player, untuk memecah hening.

Memakan waktu kurang lebih dua jam, mobil Arzha kini terparkir depan pintu utama Manssion Rifai. Arzha keluar dari mobil sambil membawa ranselnya juga ransel Atha di masing-masing bahu. Memberikan kunci mobilnya ke vallet parkour, setelahnya mereka berdua kembali ke rumah di sambut dengan beberapa pelayan yang menyambutnya.

"Selamat datang tuan dan nona..." sapa mereka sambil membungkuk.

Arzha hanya balas menunduk sekilas, setelahnya berjalan kembali menuju ke lift. Entah kenapa dia ingin buru-buru ke kamar, dan Atha yang masih tampak mengantuk karena mereka pulang shubuh pun, sepertinya sama dengannya.

Meski alasannya buru-buru ke kamar bukan seperti Atha yang ingin tidur.

"Tuan Arzha..." panggil kepala pelayan membuat Arzha yang tadinya mau menekan tombol dua di lift jadi mengurungkan niatnya.

Atha yang penasaran pun ikut menoleh, seperti Arzha. Kepala pelayan itu kini berjalan cepat mendekati mereka.

"Tuan.." Kepala pelayan itu memberikan selembar kertas, yang Arzha tahu benar ada tulisan kakeknya, padanya. Arzha menerima tulisan di kertas itu dengan seksama pula dia membaca.

Belum sempat Atha melihat apa tulisan kakek, kepala pelayan itu sekarang memberi tahu secara langsung mengenai apa perintah kakek yang ada di kertas.

"Tuan Arzha, Tuan Alvin dan Tuan Alden diminta oleh kakek sudah ada di perusahaan jam tujuh tepat, tuan. Beliau berpesan jangan terlambat, tamu yang dari New York dan Dubai akan datang berkunjung."

Arzha melihat arloji di tangan kanannya. Matanya tak bisa melotot karena jam di arlojinya sudah menunjukkan pukul enam pagi, tepat.

Dan perjalanan ke perusahaan yang dimaksud oleh kakeknya itu memakan waktu kurang lebih satu jam.

"Alvin sama Alden, udah berangkat?"

Sempat menunduk lantaran ragu menjawab, kepala pelayan itu menghela nafasnya terlebih dahulu. "Tuan Alvin sejak dua hari lalu tidak terlihat, sementara Tuan Alden tadi terakhir saya lihat berada di halaman belakang, sedang berenang. Mungkin sekarang sudah berangkat, tuan."

Laki-laki itu mengangguk paham. Setelahnya Arzha menekan tombol dua dan begitu lift terbuka, sebelah tangannya menggenggam tangan Atha, membawa perempuan itu masuk. Arzha sedang buru-buru, dan dia harap Atha bisa dia ajak untuk berkompromi di pagi hari ini.

"Zha..." panggil Atha, tapi Arzha tidak menggubris.

Tidak butuh waktu lama, Arzha kembali menarik Athaya menuju ke kamar mereka. Sesampainya di kamar, Arzhanka melepas tautan tangannya dan masuk ke walk in closet. Atha yang melihatnya bingung karena melihat Arzha yang amat terburu-buru untuk pertama kali, juga baru kali pertama dia menengar perintahnya kakek yang begitu mendadak seperti sekarang.

Hanya sepuluh menit waktu yang cukup bagi Arzha untuk memakai celana slim fit bahan yang cocok dengan kakinya, kemeja hitam dibalik jas hitam formal, juga dasi panjang berwarna hitam yang jadi pemanis. Oh, bahkan Arzhanka juga sudah memakai sepatu pentouvel tak lupa kaos kakinya.

Bad Life (After) Marriage [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang