Pt. 57

10.6K 593 104
                                    






Begitu pintu kamarnya diketuk lalu Atha membuka pintu kamarnya, ingin sekali dia tak mempercayai apa yang Alden katakan, tak mempercayai alasan apa yang membuat Dyra menangis juga Stefie yang diam mematung. Athaya terkejut dengan kabar mendadak ini. Lidahnya kelu.

Kakek meninggal dan yang ada di kamar kakek hanyalah suaminya. Tidak, Atha percaya pada Arzha sepenuhnya. Siapapun tentu akan berpikir jika Arzha lah yang membunuh kakek. Tidak, Atha hanya perlu percaya pada suaminya, kan?

Bisa saja Alden keliru. Bisa saja Alden salah. Bisa saja ini manipulasi.

"Gue gak tau apa yang terjadi, Tha. Tapi yang pasti, saat gue, Alvin sama Bang Al ke kamar kakek, kakek udah dalam kondisi gak bernyawa, dan Arzha aja yang ada di sana. Lo, kalau gak percaya, lo bisa ke kamar kakek sekarang..."

Meninggalkan Dyra, Stefie dan Alden di belakangnya, Atha bergegas lari, pergi ke kamarnya Alexander. Begitu sudah berada di depan pintu kamar, Athaya lemas melihat Arzha yang berbaring di lantai, meringkuk ketakutan.

Atha memejamkan matanya, lebih memilih menghampiri suaminya dahulu saat Dyra melihat keadaan Alexander. Saat ini, Atha merasa terguncang, sedih dan takut di waktu bersamaan. "Zha..." gumamnya terasa kosong.

Hatinya merasa sakit melihat Arzha yang menangis seraya menggelengkan kepala. Atha bisa melihat wajah Arzha yang babak belur karena tinjuan. Atha, dia terus saja meneguhkan hatinya, merapalkan kalimat jika dia percaya pada Arzha.

Percaya jika suaminya tidak mungkin setega itu.

Al yang sedari tadi jatuh terduduk seraya menangis, tiba-tiba saja bangkit. Dia melihat ke arah Dyra dan Alden, lalu tatapannya yang terakhir mengarah pada Atha dan Arzha. Al menatap lama ke arah Arzha. Dia, merasa agak kecewa.

"Gue, gue gak tau harus percaya sama lo atau nggak, Zha. Gue nggak tau harus gimana lagi ke lo setelah kelakuan ini tapi," Al menarik nafas sejenak. "Gue minta maaf, gue sama sekali gak bisa menutupi kejadian ini."

"Semua orang, pastinya bakalan tahu. Kita nggak bisa nutupi kematiannya kakek kayak kita menutupi kakek yang lagi sakit kemarin," tambah Al.

"Kita harus urusi prosesi kematian kakek..." ujar Al berat. Setelahnya laki-laki itu pergi meninggalkan empat saudaranya. Namun saat berada di depan pintu, langkah Al berhenti karena melihat Stefie yang tengah gemetar ketakutan.

Sebenarnya Al sempat curiga. Tapi ia tak mau ambil pusing. Kematiannya Alexander harus bisa diurus. Al meninggalkan kamar kakek seraya memijat pelan pelipisnya yang terasa penat. Dia masih merasa terguncang.

***

Saat beberapa orang memasuki kamar Alexander untuk mengurusi jenazah kakek, Athaya membawa Arzha keluar dari sana. Suaminya sama sekali tidak bisa dibilang baik-baik saja. Mereka butuh ruang berdua. Bagaimanapun Atha percaya pada Arzha, tapi dia juga harus mendengarkan penjelasan laki-laki itu.

Mereka sudah berada di kamar mereka. Melihat Arzha yang jatuh di lantai, Atha di sebelahnya berhenti berjalan. Dia mendekat ke Arzha, hatinya sakit ketika melihat suaminya menangis tergugu. Berharap bisa membuat Arzha tenang, Atha memeluk suaminya erat, membiarkan Arzha menangis di pelukannya.

"Athaya, bukan aku..." Arzha menggeleng di bahunya. "Aku nggak bunuh kakek, aku sama sekali gak bunuh kakek, Tha..."

Tanpa sadar Atha menangis. Dia mengangguk, sebisa mungkin agar dekap yang ia berikan bisa membuat Arzha tenang. "Aku percaya, kamu sama sekali gak sejahat itu, aku percaya. Tapi, bisa kamu cerita, Zha?"

Laki-laki itu mulai menceritakan kronologis semuanya. Dari mereka yang terpisah karena Arzha langsung ke kamar kakek, pelayan yang mencurigakan, lalu Arzha yang mengobrol dengan kakek, sampai laki-laki itu yang memberikan teh...

Bad Life (After) Marriage [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang