Pt. 16

19.8K 1K 71
                                    

Arzha mendorong Stefie sehingga pelukan gadis itu pada dirinya terlepas. Dia salah. Salah besar ketika dia membiarkan dirinya yang tadi mau-maunya saja dipeluk gadis itu. Setidaknya, kini perasaannya diselimuti rasa bersalah.

Laki-laki itu menengok ke arah tangga. Dalam hati dia merasa lega karena setidaknya, Athaya belum ke atas dan melihat dirinya yang dipeluk tunangannya Alvin. Entah kenapa Arzha khawatir jika Atha akan salah paham.

Salah paham melihatnya yang dipeluk perempuan lain.

Diperlakukan seperti itu, mata Stefie membelalak tidak percaya.

"Zha, lo kenapa jadi sekasar itu ke gue?" tanya Stefi dengan suara sengau karena dia masih menangis. "Kemana Arzha yang jadi tempat gue bernaung saat Alvin nyakitin gue? Ke mana Arzha yang selalu nyemangatin gue dan bilang ke gue kalau semuanya bakal baik-baik aja? Lo, lo kenapa berubah—"

"Gue bukan pelarian," potong Arzhanka dingin. Matanya menatap Stefie tajam. "Gue bukan pelarian lo atau siapapun."

Mata Stefie berkaca-kaca. "Arzha..."

Laki-laki itu memalingkan muka. "Lo tau, lo udah sering banget dateng ke gue. Dateng dengan menceritakan masalah yang sama dimana ujung-ujungnya lo minta pendapat gue, apa lo sama Alvin harus putusin pertunangan kalian."

"Basi!" lanjut Arzha membentak membuat Stefie terkesiap. "Apa alesan lo yang sebenarnya, hah? Gue cukup tau apa yang lo lakuin cuma akal-akalannya lo aja, kan? Lo suka sama gue, Fi?"

Gadis itu terbelalak karena penuturannya Arzha. Takjub karena Arzha bisa tahu semudah itu dan mengucapkannya segamblang itu.

Sebelum Stefie menjawab pertanyaannya laki-laki itu bergeser, lalu dia berjalan masuk ke kamarnya. Meninggalkan Stefie sendiri di ruang tengah dengan debaman keras dari pintu kamar laki-laki itu, karena Arzha menutup pintu kamar dengan membanting pintu.

Arzhanka lelah. Cukup tadi saja masalahnya di sekolah dengan Kino dan Viktor. Dan menghadapi drama yang Stefie buat, malah menambah lelahnya.

***

Jam menunjukkan pukul tujuh malam. Sedari tadi, semenjak Arzha masuk ke kamar untuk menghindari Stefie, dia sama sekali tidak keluar kamar lagi. Dia sesudah mandi, rebahan di ranjangnya sambil memainkan game di ponselnya.

Sambil memainkan games, Arzha memikirkan seribu satu cara mengenai, apa yang harus dilakukannya ketika Atha kembali ke kamar. Tanpa hal itu terjadi pun, Arzha sudah tahu rasanya pasti akan canggung sekali.

Tapi, meskipun dia sudah memikirkan seribu satu cara, nyatanya Athaya belum kembali ke kamar mereka padahal sekarang sudah jam tujuh malam.

Mendadak Arzha gelisah.

Dia keluar dari aplikasi games-nya, menekan ikon kontak dan mencari nomor ponsel isterinya itu. Sambil berjalan cepat keluar kamar, Arzha masih menelepon isterinya meskipun sudah tak terangkat berkali-kali.

Isterinya itu kemana?

Saking paniknya dia, Arzhanka sampai naik ke lantai empat dan lantai tiga tanpa menggunakan lift. Di lantai empat dan lantai tiga sepi, tidak ada siapapun. Mungkin sepupu dan tunangan mereka sudah berada di kamarnya masing-masing.

Kembali turun ke lantai dua, Arzha menghembuskan nafas gusar ketika ia tidak menemukan Atha di tiga lantai manssion keluarga Rifai.

"Lo ke mana sih, Tha?" gumamya frustasi.

Buru-buru Arzha turun ke lantai satu. Berpikir mungkin isterinya itu masih ada di dalam mobil, dan belum keluar sama sekali.

Namun saat sudah dekat dengan pintu utama, Arzha dengan cepat berbalik karena dia melihat puluhan pelayan yang berbaris rapih dan mulai membungkuk hormat pada sosok di depan pintu yang ternyata adalah kakeknya.

Bad Life (After) Marriage [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang