Pt. 49

15.9K 830 143
                                    

Ini bukan prank, guys. Maaf kalian yang kecewa kemaren update nyatanya prank doang. Kalian benar-benar memaafkan aku, kan?

Happy reading!

"Zha, sampai kapan kita mau gini terus?"

Demi keripik kentang kesukaan Atha, di tengah malam, jalanan sepi, serta di bawah penerangan lampu jalanan di komplek perumahan Athaya yang remang-remang, Arzha masih saja memeluk Athaya alhasil membuat gadis itu kini mulai merasa sesak. Atha merasa, mereka cukup lama di posisi ini.

Arzha bukannya melepas Atha, malah mendekap gadis itu lebih erat. "Aku kangen banget sama kamu, lima menit lagi boleh?"

Ditepuknya punggung Arzha pelan. "Tapi aku pengap, sesek..."

Mendengar keluhan isterinya, mau tidak mau Arzha terkekeh. Laki-laki itu akhirnya melepaskan pelukan mereka, menaruh kedua tangannya di bahu Athaya.

"Kamu di tengah malam gini, kenapa keluar, hm?" Arzha sedikit menunduk, serta menatap Athaya intens, secara tak langsung membuat pipi gadis itu merona.

"Kamu sendiri kenapa ke sini?" Atha bukannya langsung menjawab malah bertanya balik. "Aku laper, ya udah aku beli nasi goreng."

"Sendirian?" Dahi Arzha mengerut sebal. "Kenapa nggak SMS aku, telpon aku kalau kamu pengin? Kalau kenapa-napa di jalan, gimana?"

Atha menggeleng samar. "Nggak, aku makanya nekat beli pun karena aku udah yakin, aku gak akan kenapa-napa, Zha..."

Laki-laki itu awalnya merasa tidak yakin, tapi melihat Atha kini baik-baik saja, dia merasa lega karena gadis itu benar-benar bisa membuktikan kalau dia tak apa-apa dan dalam keadaan baik-baik saja. "Nasi gorengnya di mana?" tanyanya Arzha polos, dan Atha langsung menepuk dahi karena mengingatnya.

Gadis itu mundur sedikit, menunduk, berharap di gelapnya jalan Atha bisa melihat kantong kresek hitam yang berisi dua bungkus nasi goreng yang baru saja ia beli. "Mana ya..." Sialnya Atha tidak membawa ponselnya.

Peka dengan keadaan, Arzhanka merogoh saku celananya, menghidupkan senter dari ponselnya untuk membantu Athaya mencari. Tidak butuh waktu lama, ia bisa melihat kalau kantong kresek berisi dua bungkus nasi goreng itu berada di sebelah isterinya, nyaris terinjak. Arzha langsung mengambilnya.

Arzha kembali mematikan senternya, membuat keadaan di sekitar mereka kini kembali menggelap. "Nasgornya udah ada di aku, nyaris keinjek."

"Sama siapa?"

Mendengar pertanyaan polos Atha, Arzha terbahak dibuatnya. "Bukan aku sih, yang pasti. Kresek nasgornya ada di sebelah kaki kanan kamu, dasar teledor. Nyarinya malah ke sebelah kiri, mana liat tengah jalan juga."

Omongan Arzha membuat Atha mencebikkan bibir. Meski pencahayaan di antara mereka minim, Arzha dapat melihat itu dengan jelas. Gemas, tangan Arzha yang tidak memegang kresek nasgor, mencubit sebelah pipi isterinya. Atha alhasil meringis dibuatnya. Apa buat di mata Arzha kini Athaya menggemaskan.

"Tha..." panggil Arzha dan suaranya menyatu diantara suara jangkrik. Dia sudah melepaskan cubitannya di pipi Athaya.

Athaya yang masih mengusap pipinya yang barusan dicubit Arzha, hanya menggumam tanda menanggapi. "Hm?"

"Kita tidur di hotel ya, malam ini..." pinta Arzha terdengar serius.

Usapan tangan Athaya di pipinya yang barusan dicubit Arzha terhenti. Dia mendongak, matanya membelalak menatap suaminya. "Ng-ngapain tidur di hotel? Kita bisa tidur di rumah aku sampai pagi tiba, Zha."

"Nggak..." sahut Arzha sambil menggeleng. "Bukannya gak mau, tapi, aku rasa kita perlu menghabiskan momen berdua dulu untuk saat ini."

Oke, Atha sendiri tidak tahu momen apa yang Arzha maksudkan.

Bad Life (After) Marriage [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang