Pt. 20

21.7K 933 137
                                    

Dengan menggendong tas ransel masing-masing, Atha dan Arzha kini ada di depan pintu rumah Atha. Dada Atha membuncah bahagia. Sudah lama dia tidak pulang ke rumah orangtuanya selama menjadi isteri Arzha.

Barang yang mereka bawa tidak banyak. Hanya pakaian, ponsel dan juga seperangkatnya, serta buku UN mereka. Mereka hanya menginap tiga hari.

Atha mengetuk pintunya sambil mengucapkan salam. Di ketukan dan juga salam yang ketiga, barulah terdengar suara tergesa dari dalam dan tak lama pintu berwarna putih itu terbuka, menampilkan mama dan papanya.

"Atha!" Pekik mamanya yang langsung memeluk Atha erat.

Atha juga tak kalah erat balas memeluk mamanya. Sungguh dia rindu.

Mamanya melepas pelukannya, menatap sayang putri semata wayangnya. Atha bahkan tahu mamanya yang sekarang tengah mengusap wajahnya pasti ingin menangis karena itu bisa dilihat dari mata mamanya yang berkaca-kaca.

Setelah sang mama melepas pelukannya, papanya juga tak kalah erat kini memeluk Athaya. Diusapnya rambut Athaya oleh papanya.

Arzha yang melihat adegan hangat itu tersenyum manis.

Atensi Arzha yang tengah melihat Atha dipeluk papanya, teralihkan ketika mama mertuanya, atau 'mama' memanggilnya. Arzha memanggil ibunya dengan sebutan, bunda. Karena mama mertuanya yang memanggilnya, Arzha menoleh.

"Iya?" sahutnya polos.

Bak dianggap anak kandung, mama memeluk Arzha hangat, yang Arzha balas juga dengan sepenuh hati. Ah, peluka mama memang hangat.

"Makasih udah mau main ke sini," bisik mama serak menahan tangis. Dia hanya merespon dengan anggukan. Arzha juga senang bisa bertemu mama-papa.

Setelah pelukannya dengan mama terlepas, Arzhanka dan papa yang kini berpelukan sambil saling menepuk bahu satu sama lain, ala laki-laki.

Mama dan papa Atha bergeser, mempersilahkan anak dan menantunya itu masuk ke dalam. "Kalian sih, mampirnya gak bilang-bilang. Mama sama papa kan gak nyiapin apa-apa buat nyambut kalian," keluh mamanya.

"Kata Arzha biar kejutan. Jadi kita gak kasih tau kalian." Atha menjawab.

"Tapi tetep aja..." mama masih belum mau menerima. "Kalau gitu bakalan masak banyak banget kalau tau kalian dateng."

"Gak apa-apa kok, mah. Santai aja." Kali ini Arzha yang angkat bicara.

Papa dan mama membawa mereka ke ruang makan. "Kebetulan papa sama mama mau berangkat ke kampus. Kalian udah sarapan?"

Kali ini Atha dan Arzha saling menoleh, sedikit malu untuk bilang belum.

Karena mama peka, mama tersenyum manis dan mulai membuat roti lapis dengan selai cokelat dan kacang untuk anak dan menantunya.

"Maaf ya, Zha, sarapannya cuma sama roti. Tau kalian dateng, mama sama papa bakal belanja macem-macem terus sebelum berangkat ke kampus pasti bakal masak banyak dulu. Baru dateng, dua anak mama-papa makannya roti dulu."

Arzha mengibaskan tangannya, tak masalah. "Gak apa-apa mah..."

Athaya duduk di kursi makan, diikuti Arzhanka di sebelahnya. Di hadapan mereka ada mama yang masih membuat roti lapis untuk mereka semua, dan papa yang masih melihat dua anaknya dengan senang. Jika biasanya papa setiap pagi di tengah sarapan membaca koran, kali ini tidak.

"Oh ya, Zha, Atha gimana di sana? Nyusahin kamu gak?" tanya papa.

Di sampingnya, Atha melirik suaminya. Memberi kode agar suaminya itu tidak menbuka aibnya apapun itu, atau bahkan menjelekkannya di mata orangtua sendiri. Awas saja kalau begitu.

Bad Life (After) Marriage [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang