Pt. 61

11.8K 620 104
                                    

Memakai kaos lengan pendek yang dibalut kemeja kebesaran, celana kulot berwarna putih, sneakers berwarna putih serta rambut sebahunya yang sudah dia sisir rapi, Atha sudah siap. Segi fisik dan penampilan, iya.

Tapi dari hatinya, Atha merasa belum.

Banyak sekali pemikiran yang masuk ke dalam kepalanya. Athaya hari ini, akan mengunjungi Arzha untuk yang pertama kalinya. Gadis itu awalnya merasa, ia sudah siap. Tapi setelah dia melihat pantulan dirinya di cermin tadi, sejenak dia kini merasa ragu. Atha tidak yakin jika dia bisa baik-baik saja melihat Arzha.

Gadis itu juga tidak lupa memoles wajahnya dengan make up, agar wajah pucatnya tidak Arzha sadari. Atha tidak mau membuat laki-laki khawatir dan juga bertanya-tanya mengenai keadaannya. Atha ingin baik-baik saja di depan laki-laki itu, meyakinkan Arzha jika Atha kuat menghadapi ini.

Arzha pasti di sana menunggunya. Atha sendiri, tidak boleh menunda. Dia juga lagi pula rindu dengan suaminya, amat, sangat. Meski merasa belum siap, dia harus menemui Arzha hari ini. Atha harus memaksakan dirinya baik-baik saja.

Pintu kamarnya terbuka, menampilkan kepala Dyra yang menyembul dari sana. Mengerutkan dahi samar melihat Atha yang rapi, Dyra memutukan masuk.

"Atha, kamu mau ke mana?" tanya Dyra seraya mendekati Atha. Atha kini menoleh sekilas, dia tersenyum tipis melihat kehadiran Dyra.

Menyelipkan rambutnya di sebelah telinga, Atha menjawab, "Pergi nemui Arzha, Ra. Aku pikir, siap gak siap, aku harus bisa liat dia."

Senyuman cerah Dyra yang senada dengan pakaian cerah yang dipakainya, perlahan luntur mendengar jawaban Atha dan dengan cepat terganti dengan suatu perasaan bernamakan khawatir. "Ketemu, Arzha? Sendirian?"

"Iya, memangnya kenapa?" sahut Atha santai.

Dyra menggumam pelan. "Hm, mau aku temenin, Tha?"

"Nggak, usah," jawab Atha seraya menggeleng. "Aku bisa sendiri, Dyra."

Sejenak, Dyra menatap Athaya lekat. Memastikan apa Atha bisa menepati apa yang dia ucapkan. Tapi jika dilihat, Dyra tahu kalau Atha sungguhan.

Tidak punya pilihan lain, Dyra menghela nafas seraya mengangguk. Dyra berharap jika Athaya merasa baikan setelah melihat Arzha. Sejujurnya Dyra, Kiya dan Dyran, hanya perlu lagi sedikit bukti dan momen agar ini semua terungkap.

Semoga saja Atha bisa menjadi lebih baik lagi.

"Oke, hati-hati di jalan ya, Atha..." Dyra menepuk bahu Atha sekilas, lalu ia hendak berjalan keluar dari kamar. Atha mengangguk mengiyakan petuahnya.

Sebelum menutup pintu dari luar, Dyra terkesiap karena ingat satu hal. Dia menjentikkan jarinya. "Athaya, kalau ada apa-apa hubungin aku sama Alden. Aku sama dia mau ke kampus hari ini, ada event Saintek di kampus."

Lagi-lagi Atha mengangguk mengiyakan. "Aku kabarin kalian, pasti."

Dyra memberikan jempol, sebelum benar-benar menutup pintu. Saat suara pintu tertutup terdengar, Atha mendesah pelan seraya kembali menatap cermin.

Ya, Atha harus bisa baik-baik saja di depan Arzha.

Dia tidak mau membuat laki-laki itu khawatir.

***

Di hadapan Athaya sekarang sudah ada Arzha yang duduk di hadapannya. Gadis itu, merasa lega sekaligus bersyukur melihat keadaan Arzha yang baik-baik saja, meskipun memakai baju tahanan. Setidaknya, laki-laki itu tidak sakit. Athaya tetap saja merasa beryukur. Arzha di sini baik-baik saja.

Arzhanka sedari tadi melihat Athaya lekat. Sama seperti Atha, laki-laki itu memperhatikan Atha, memastikan keadaan gadis itu yang baik-baik saja. Ia rindu, amat rindu. Tapi dia mengerti mengapa Atha baru bisa menemuinya sekarang.

Bad Life (After) Marriage [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang