Pt. 35

16K 784 47
                                    

Suara pintu kamar yang terbuka membuat atensi Athaya yang sepenuhnya pada laptopnya, yang menampilkan tugas makalah dari suatu mata kuliahnya, kini membuat gadis itu menoleh ke arah pintu kamar Arzha. Senyuman tipis terpatri di bibirnya kala melihat Arzhanka masuk ke kamar seraya meregangkan dasinya.

Arzha yang sudah duduk di atas ranjang mereka, membuat atensi Athaya kembali mengarah ke laptopnya. Kebetulan tugas kuliahnya sebentar lagi selesai.

Atha akan memfokuskan dulu menyelesaikan makalahnya, baru mengurus Arzha. Laki-laki itu sepertinya penat sekali. Terlihat dari Arzhanka yang sesekali memijat dahi dan pelipisnya. Athaya tahu jika suaminya tadi ke kantor perusahaan Rifai Group karena kakek mengadakan rapat dadakan.

"Tha..." panggil Arzha dari ranjang mereka.

Masih mengetik kata-perkata untuk penutup makalah, Athaya berdeham, "Hm?" Dia harap Arzha bisa sabar karena bentar lagi, tinggal dua paragraf lagi.

Karena tahu jika isterinya masih fokus mengerjakan tugasnya, Arzha jalan ke walk in closet, ingin mengganti dengan baju yang lebih santai. Kemeja longgar dan celana jeans pendek sepertinya bukan pilihan yang buruk.

Saat Arzha selesai berganti baju dan keluar dari walk in closet, Arzhanka melihat isterinya itu sudah menutup layar laptopnya.

Sebelah alis Arzha terangkat. "Udah kelar, Tha?"

Athaya yang masih membereskan buku referensinya hanya mengangguk.

Jika tadi Arzha duduk di ranjang, kali ini dia duduk di sofa yang berada di kamarnya. Duduk menyandarkan punggungnya di sofa nyaman itu, tanpa ia sadari matanya kini memejam. Baru sekarang penat dan pusingnya dia rasakan.

Padahal rapat dadakan yang membahas makna logo Rifai itu tak memakan waktu sampai tiga jam. Tapi kenapa rasanya ia mumet sampai sepusing ini.

Arzha merasakan ada tekanan karena seseorang kini duduk di sebelahnya. Terdengar juga helaan nafas dari Atha, membuatnya membuka mata.

"Tadi gimana, Zha? Di rapat itu kakek bahas apa?"

Laki-laki itu diam sejenak. Dia seperti Atha yang kini menghela nafas.

Rapat dadakan yang serius tadi kembali terekam dalam benaknya. Serius, sengit, dan membuatnya gugup. Arzha menggelengkan kepalanya pelan agar bisa membuang jauh-jauh rekaman rapat tadi dalam benaknya.

Mau tak mau Arzha berdecak karena rekaman kejadian tadi tak mau pergi dari dalam benaknya. "Makna dari logo untuk Rifai Group yang kita buat. Kakek minta kita bertiga jelasin makna dari logo yang kita buat, di depan koleganya."

Kedua alis Atha terangkat. "Oh, ya?" katanya tidak menyangka. "Gimana, gimana, tadi kamu berhasil jelasin makna dari logo buatan kamu?"

Laki-laki itu menutup wajahnya dengan kedua tangan. Atha yang melihat, malah berpikir Arzha pasti pusing sekali. Namun Atha tak tahu saja jika laki-laki itu tengah tersenyum dibalik kedua tangan yang menutupi wajahnya.

Arzha tidak mau bertanya kenapa Atha hanya menanyakan bagaimana tadi dia mempersentasikan makna logonya. Biar, lagipula buat apa juga isterinya tanya tentang Alvin dan Alden. Bodo amat, hal seremeh ini saja Arzha bahagia.

"Gue..." Arzha berdeham untuk menahan senyumannya. "Awalnya sempet gugup gue tadi. Ya, lo bayangin aja kakek dadakan ngajakin pertemuan, gue sama sekali belum rangkai kata-kata, awalnya blank banget."

Atha kini merubah posisinya jadi menyamping, menatap Arzha. "Terusnya gimana? Tadi pertemuannya kacau, apa gimana?" tanya Atha sedikit khawatir.

Suaminya Atha memiringkan kepalanya sejenak. Berpikir dari kata kacau menurutnya. "Dibilang kacau nggak, sih. Tapi tadi itu..." Arzha berpikir sebentar, kata-kata apa yang sekiranya pas untuk menggambarkan keadaan tadi. "Dibilang kacau nggak, masalahnya gue gugup banget tadi. Pertama kali gue gugup bicara di depan kolega kakek kayak tadi. But after all, mereka semua suka logo kita."

Bad Life (After) Marriage [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang