Setelah hampir sejam berhasil melewati jalanan Kota Bandung yang macet karena waktu pulang sekolahnya barengan dengan jam pulang kantor, motor matic Athaya sampai juga di depan rumahnya. Tapi yang membuat Atha heran adalah, kenapa orangtuanya kedapatan banyak tamu?
Tiga mobil Alphard berjajar di depan pagar rumahnya. Belum lagi terdapat semacam bodyguard di setiap sisi mobil. Bagaimana mungkin motor Athaya bisa masuk kalau begini. Pagarnya saja terhalang mobil.
Mengunci motornya, Athaya tergesa masuk ke rumahnya. Sedikit gemetar juga melihat bodyguard berbadan besar yang malah menunduk hormat begitu dia melewati mereka. Hey, Atha bukan Ratu.
Ruang tamu rumahnya terbuka, tak luput di sana juga ada sepatu yang dia tahu harganya sama sekali tidak murah. Dalam hati Atha bertanya-tanya, apa ayah dan ibunya kedatangan anak sultan atau presiden?
Mengikuti nalurinya yang penasaran, Atha masuk ke rumahnya tak lupa ia juga mengucapkan salam.
"Atha, syukurlah kalau kamu udah pulang," Sapa ibunya.
Atha masih tidak mau melihat siapa tamu orangtuanya. Dia menghampiri ayah serta ibunya untuk mencium tangan.
"Oh, jadi ini Athaya. Cantik ya, seperti di foto..."
Berkat perkataan itu, mau tidak mau Atha melihat ke sosok yang baru saja mengatakan itu. Matanya tidak bisa untuk tidak melotot begitu tahu siapa tamu di rumahnya saat ini. Demi permen kaki kesukaan Atha, Atha jadi bertanya-tanya ini sungguhan atau matanya yang tiba-tiba jadi minus parah.
Pasalnya...
Yang mengatakan itu adalah nyonya rifai, ibunya Arzhanka, dan--Oh! Ia hampir tidak mempercayai matanya sendiri karena tamu orangtuanya adalah sosok jenius si penindas di sekolah, Arzhanka, beserta orangtuanya. Keluarga Rifai!
"Ka-kamu..." gagap Atha. "Ta-tadi, kan, pulang lebih awal..."
"Hai, Atha." Potong Arzha menyapanya.
Tubuhnya tiba-tiba merasa lemas. Buru-buru dia duduk di sofa single yang ada di samping ayahnya. Tidak lucu kalau dia pingsan di depan keluarga Rifai.
Yang masih membuatnya bingung adalah, kenapa orangtuanya kenal Rifai, karena Atha tahu benar kalau keluarganya tak kenal keluarga Arzha sebelumnya.
Dan terlebih, kasta mereka bisa dibilang jauh. Meski dari keluarga cukup di atas rata-rata, kasta keluarganya sangat jauh dengan kasta keluarga Rifai yang bahkan di atas konglomerat dan dikenal semua orang di Nusantara ini mungkin.
Maka dari itu sangat aneh bagi Athaya mendapati Arzhanka serta kedua orangtuanya ada di sini.
Tuan Rifai, Ayah Arzha, berdeham. "Berhubung Athaya sudah ada di sini, kita langsung saja membicarakan intinya." Perkataan Tuan Rifai malah membuat Athaya merinding. Belum lagi mata pria berkelapa empat itu menatapnya lembut disertai senyum yang menurut Atha mengandung aura mistis.
"Athaya..." Panggil Tuan Rifai terkesan horror bagi Athaya. "Kami datang ke rumah Keluarga Trenggono pada hari ini karena ingin menjodohkan anak kami Arzhanka dengan kamu--"
"APA?!"
Ibunya Athaya mendelik pada putri tunggalnya. "Atha, mama tidak ngajari kamu untuk memotong omongan orang tua," Tegasnya.
Nyonya Rifai tersenyum maklum. "Gak apa-apa, bu. Saya paham untuk ini karena Athaya pasti terkejut."
Tuan Rifai yang juga maklum, kini tersenyum untuk kembali melanjutkan ucapannya. "Sebelum kamu datang, kami sudah berunding dan orangtuamu setuju juga mengenai ini. Kami harap kamu dan Arzha tidak keberatan."
Ayahnya Athaya yang sedari tadi diam ikut bicara. "Pernikahannya akan dilaksanakan dua minggu lagi dari sekarang."
Seakan satu panah belum cukup menghancurkannya, panah yang lain juga ikut datang menyerang membuatnya merasa, hancur berkeping-keping.
Mimpi apa dia semalam sampai-sampai esoknya dia menemukan fakta jika dia akan menjadi isteri dari Arzhanka Malven Rifai, orang yang mati-matian Atha hindari, Atha jauhi, dan membuatnya sendiri merinding jika berada di dekat laki-laki jenius tapi penindas, punya kuasa dan luar biasa mesum itu.
Ya Tuhan...
Di umurnya yang delapan belas tahun, tidak terbesit keinginannya untuk menikah. Apalagi dengan laki-laki semodel Arzha.
Sekali lagi bukan dengan Arzhanka Malven Rifai meskipun ia adalah cucu orang terkaya nomor satu di Nusantara dan keluarganya masuk dalam peringkat tiga besar orang terkaya di dunia.
Diam-diam diliriknya Arzha yang sedang balik melihatnya disertai dengan senyuman miring. Ugh, dibalik senyuman itu, Athaya tahu sudah ada banyak atau mungkin hingga ribuan rencana laki-laki itu di dalam kepalanya.
"Arzha setuju sama usul papa dan ayah. Menikah sama Atha dalam kurun waktu dua minggu lagi."
Kepala Athaya yang sudah mulai berat ketika mendapati bahwa Arzha dan orangtuanya bertamu ke rumahnya, kini menjadi semakin berat.
Lagipula sejak kapan Arzha menyapa papanya Atha dengan sebutan papa?!
Tiba-tiba saja pandangan Athaya menggelap, dan gelap.
Terakhir yang ia tahu adalah teriakan panik semua orang yang ada di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Life (After) Marriage [END]
RomanceCERITA SUDAH SELESAI #4 in Romance (30/01/20) #16 in Perjodohan (28/01/20) #26 in sma (11/01/19) #2 in luka, perasaan and tragedi (19/03/19) #9 in youngadult (02/08/19) #3in action (04/02/20) [RIFAI SERIES - I] (17+) Never let you go... Athaya mau t...