Pt. 22

19.8K 1K 111
                                    

Athaya makin deg-degan setengah mati, jelas.

Tidak butuh waktu lama, karakter yang baru Atha sadar kalau itu dia kalah disertai tulisan 'YOU LOSE!', membuatnya terkesiap. Kini dia menunduk, sekedar untuk melihat tangannya yang tampak gemetar meski sedang memegang stick PS. Melihat itu, logikanya berpikir wajar saja jika dia kalah.

Double sialannya, bukannya mendorong Atha dari pangkuan, Arzha yang menang kini malah mengusek-ngusek wajahnya di bahu Atha, membuat gadis itu spontan terkesiap lalu menahan nafas. Meski tak lama Arzha begitu, tapi tetap saja jantung Atha sudah seperti loncat-loncat di dalam sana.

"Yes, gue menang. Berarti gue bakal dapet hadiah dong."

Ucapan Arzha membuat dahi Atha mengernyit. "Ha-hadiah?"

Arzha mengangguk polos. Meski atensinya ke televisi untuk mengatur dan menentukan ingin memakai karakter yang mana dan apa kekuatannya seperti tadi, Arzha menjawab apa yang dia maksud sebagai hadiah.

"Iya, hadiah. Lo cium pipi gue."

Atha lagi-lagi melotot. Saat hendak turun dari pangkuannya Arzha, dengan cepat laki-laki itu menahannya dengan sebelah tangan. Membuat Athaya menjadi kaku karena Arzha benar-benar memeluknya supaya tidak beranjak pergi.

Ingin sekali Atha melakukan sesuatu tapi pikirannya menjadi buntu.

Dan itu semua gara-gara Arzha!

Tapi, kenapa dia malah menyalahkan orang lain? Tapi, itu kenyataan.

Dengan kepala yang masih bertumpu di bahu bagian kanan Atha, laki-laki itu menjelaskan apa maksudnya.

"Di babak selanjutnya, gue mau ngadai win or win solution."

Sebelah alis Atha terangkat, bereham canggung, sepertinya dia harus bisa memberikan klarifikasi pada suaminya itu. "Win or lose mungkin, kamu salah."

Arzha menggeleng membuat bahunya kegelian. "Gue bener kok, gak bego Bahasa Inggris. Dengerin dulu kenapa..." omelnya.

Jika tadi Arzha yang memasang ekspresi datar, kali ini Atha.

"Gue kasih nama win or win, karena hukumannya mau kalah atau menang bakalan sama. Jadi gak ada yang dirugiin."

Dalam hati benak Atha bertanya, Apa ada ya, taruhan seaneh itu?

"Jadi..." Arzha berdeham. "Kalau gue memang, lo cium pipi gue, gitu juga sebaliknya. Gue kalah, lo menang, gue cium pipi lo."

Stick yang berada di tangan Atha terjatuh. Itu, merupakan, hukuman, yang paling, gila, yang, pernah, ia, dengar, seumur, hidupnya. Gila.

G-I-L-A.

"Apa-apaan sih, Zha! Aku gak mau pokoknya!" Sungut Atha mulai emosi.

Sekarang Atha sadar, Arzha pasti hanya mengerjainya. Arzha pasti hanya menjahilinya. Dan, Arzha pasti hanya ingin menertawakannya.

Seharusnya Atha sadar jika sedari tadi, dia hanya dijebak Arzha. Omongan Arzha yang akan melaporkan ketidaknurutannya, hanya bualan serta akal-akalan laki-laki itu saja. Bukankah di sekolah Arzha memang penindas? Titahnya adalah segala hal yang harus dituruti dan omongannya yang tidak bisa dibantah?

Dan Atha benci jika dia juga memperlakukan Arzha sama seperti itu, tadi.

Tapi kali ini, kewarasannya sudah kembali muncul ke permukaan.

"Kamu yang bakal ngaduin ke mama sama papa itu, itu bohong dan kamu ngada-ngada aja kan, supaya aku nurutin omongan kamu?"

Atha ingin bangkit dari pangkuan Arzhanka tapi laki-laki itu dengan cepat kembali memeluk Atha dengan sebelah tangannya yang tidak memegang stick.

Bad Life (After) Marriage [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang