Pt. 89

11.5K 486 25
                                    

"Tha, mau bandingin Zharel sama Zharo sebentar, nggak?"

Atha yang tengah memakan buah apel, sempat mengerutkan dahi sejenak. Dia tidak begitu paham dengan maksud Arzha yang ini, membandingkan gimana? Apa ini efek Arzha baru bangun di pagi hari ini, oleh karena itu pikirannya jadi...

Tanpa menunggu jawaban Athaya, Arzhanka mendekatkan box bayi yang disana ada Zharel dan Zharo yang masih tertidur lelap, ke dekat ranjang rawatnya Athaya supaya isterinya bisa melihat wajah anak mereka dengan jelas.

"Aku, masih penasaran sama ucapan papa sama mama semalem. Ayo kita bandingin lagi, Zharel mirip siapa dan Zharo mirip siapa," ujar Arzha penasaran.

Dikira membandingkan apa, Atha refleks memutar matanya, jengah. Ayah satu ini rupanya masih penasaran juga dengan ucapan orangtuanya kemarin.

Arzha duduk disisi ranjang Athaya. Mereka kini sama-sama memposisikan wajah mereka tepat bersebelahan. Atensi mereka, kini, sama-sama melihat kepada dua jagoan pangeran tampan mereka dalam satu bedong warna yang sama, biru.

Sepuluh detik... sampai akhirnya Atha berdecak.

"Udah sadar kan, kalau Zharel mirip aku dan Zharo mirip kamu?"

Pertanyaan Atha membuat Arzha mendengus pelan. "Tapi Zharel, hampir sebagian wajahnya, mirip sama aku. Apalagi, hidungnya, itu aku banget."

"Memang," sahut Athaya mengangguk membenarkan. "Wajah Zharel itu, yang mirip kamu paling dominan hidungnya aja."

"Tapi..." tambah Atha. Atha melihat adiknya Zharel. "Kalau Zharo, bener-bener jiplakan kamu seratus persen. Aku bisa bayangin dia gedenya gimana?"

"Gimana?" tanya Arzha penasaran padahal jawabannya sudah jelas.

Atha terkekeh. Dia mengcup cepat pipi Arzha. "Kayak kamu yang jelas..."

Ucapan Athaya terpotong, karena terdengar suara ketukan pintu dari luar. Ketukannya tiga kali, membuat Arzha dan Athaya saling tatap sebentar. Pasalnya, Jika itu perawat atau Dokter Lia, mereka tidak akan mengetuk, sebanyak itu. Papa serta mama yang kemarin malam pulang, berniat ke sini lagi nanti sore. Sementara sekarang, masih pagi, baru saja jam delapan pagi.

Karena penasaran dan merasa tidak sopan juga jika tidak mempersilahkan masuk, Arzha berseru, "Masuk!" Terlebih, mereka juga penasaran akan siapa.

Tidak lama setelahnya, pintu bergeser, menampilkan presensi Dyra dan di belakang gadis itu, ada Alden. Oke, untuk Dyra, bukan hal aneh bagi Arzha. Yah, meski terkadang Arzha merasa sedikit heran juga dengan Dyra, akhir-akhir ini.

Tapi, Alden?

Oh, andai kalian ingin tahu, Alden bahkan tidak pulang lagi ke mansion—semenjak laki-laki itu meminta maaf seraya duduk bersimpuh di hadapan Arzha.

Dan saat ini Alden sudah mau menampakkan diri di hadapannya?

Dyra menghampiri Atha dan melakukan tradisi cipika-cipiki. Lalu, atensi gadis itu melihat dua bayi tampan yang tengah tertidur di sana.

"Lucunya..." gumam Dyra tak tahan akan kegemasannya. Ia melihat Atha serta Arzha bergantian. "Zharel yang mana, Zharo yang mana?" tanyanya dengan rasa antusiasme sama penasaran yang sama. Dyra juga sudah tahu nama dari calon keponakannya ini karena Arzha mempostingnya di Insta.

Atha terkekeh pelan melihat Dyra yang gemas sendiri. "Zharel yang kanan kalau Zharo yang kiri, Ra," ujar Atha seraya tersenyum, melihat anaknya.

Senyuman manis Dyra, terpatri di wajahnya. "Aih, lucunya anak kalian..."

Arzha berdeham jumawa. "Siapa dulu papanya," ujar Arzha pede sampai, Dyra, berlagak pura-pura muntah karenanya. Jika tidak ingat Arzha pasti Dyra...

Tapi meski begitu, Arzha tak akan membiarkan Alden lepas. Ia harus bisa mendapatkan jawaban mengenai, ke mana Alden selama ini.

"Seneng lo dateng, Den," ujar Arzha membuka percakapan. "By the way... lo selama ini kemana aja?" Arzha melirik Dyra sekilas. "Tunangan lo, juga nggak ada ngomong sama sekali ke gue perihal lo kemana dan—"

"Bicarain itu nanti, Zha," sela Alden memotong. "Gue sama Dyra datang, murni, pengin liat ponakan dan ngasih selamat ke kalian karena udah jadi sesosok orangtua sekarang. Itu dulu aja, terlebih ada anak lo."

Dalam hatinya, Arzha membenarkan apa yang Alden ucapan barusan. Dia harusnya bisa tahu situasi juga meskipun anaknya masih bayi, tapi tetap saja.

Suasana mereka, sejenak sempat terasa canggung.

Namun, gadis ceria Dyra, tahu bagaimana cara mencairkan situasi-kondisi kaku yang ada diantara mereka saat ini. Dyra berdeham pelan, "Atha, Arzha, apa.. aku boleh gendong salah satu anak kalian?"

"Siapa?" tanya Arzha singkat. "Zharel, apa Zharo..."

"Yang mana aja, dah," sahut Dyra cepat. Gadis itu mengambil Zharo, yang kini sudah dia timang-timang dan dia ciumi pipi gembulnya. Sungguh, Dyra sejak Arzha memposting foto anaknya di Insta sudah merasa gemas. Dan perasaan yang dia rasa dari kegemasan ini, akhirnya bisa tersalurkan.

Merasa penasaran, Alden mendekat ke Dyra untuk melihat ponakannya. Ia terkekeh pelan saat melihat ponakannya yang berada di gendongan Dyra.

"Sembilanpuluh persen, terdeteksi, Arzha," komentar Alden sekali lihat. Ia kini melihat ponakannya yang satu lagi, yang masih berada di dalam box.

Tanpa izin atau bilang-bilang, Alden kini mengambil Zharel, yang berada di dalam box, untuk dia timang-timang sama seperti Dyra yang menimang Zharo.

"Kalau ini, baru Athaya," ucap Alden. "Tapi sekilas, mirip Arzha, sih."

Melihat kelakuan Alden, Atha merasa biasa saja. Tapi tidak dengan Arzha karena dia merasa sepupunya itu, wah, wah, kenapa Arzha jadi merasa Alden dulu kini sudah kembali? Terlebih saat melihat Alden yang menimang anaknya.

Dilanjut, di sebelahnya, ada Dyra juga yang melakukan hal yang sama...

Tunggu-tunggu.

Kenapa Arzha merasa ada atmosfir yang berbeda diantara mereka saat ini?

Maka dari itu, Arzha tidak bisa untuk tidak berkomentar, "Cocok juga ya, lo pada jadi ayah sama ibu. Buruan nikah aja, gih."

Dan celetukan polos Arzha, membuat pipi mereka otomatis memerah.

Bad Life (After) Marriage [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang