Perlahan Atha mengerjapkan matanya. Hal yang pertama dilihatnya adalah gelap. Sebelah tangannya meraba-raba nakas, menghidupkan lampu tidur. Athaya mendesah pelan saat setidaknya di kamar mereka ada pencahayaan sekarang. Atha sebenarnya tidak begitu bisa tidur dalam suasana terlalu gelap. Tapi kemarin Atha ketiduran. Pastilah Arzha yang memindahkannya dari meja belajar ke ranjang juga yang mematikan lampu di seluruh kamar sampai gelap gulita.
Arzha memeluknya erat, entah kenapa Atha tak bisa untuk tidak menahan senyum. Selalu hal sesederhana ini adalah alasannya tersenyum di pagi hari.
Melirik ke arah jam di dinding depan ranjang mereka, senyuman Atha kian melebar. Jam empat pagi, waktu yang tepat untuk mempersiapkan perayaan ultah suaminya. Pelan-pelan Atha melepas pelukan suaminya, sebisa mungkin Atha tak membuat suaminya itu terbangun.
Setelah berhasil Athaya perlahan bangkit, mengendap-ngendap keluar dari kamar. Tujuannya kali ini adalah mencari salah satu pelayan yang sudah dia minta untuk menyiapkan berbagai perlengkapan.
Kebetulan yang merupakan kebetulan, Atha tidak perlu turun ke lantai satu karena pelayan yang dia cari sedang mengelap guci juga figura di deket kamarnya Arzha. Atha menghampiri pelayan itu.
Sadar dihampiri seseorang, pelayan itu menengok. Sedikit terkejut ketika yang menghampirinya adalah nyonya muda di rumah ini.
"Nona Atha..." sapanya seraya menunduk.
Athaya menunduk sekilas untuk membalas sapa. "Gimana? Makanan yang aku pesan waktu itu, udah dimasukin ke bagasi mobil aku kan, sama Pak Eddy?"
Pak Eddy adalah salah satu supir di mansion. Pelayan yang peka menjurus kemana obrolan mereka, tersenyum lebar. "Iya, Nona Atha. Makanan yang dibeli sama nona kemarin lusa, udah dimasukin sama Pak Eddy ke mobil nona."
Kemarin lusa, Atha memang membeli makanan. Atha minta tolong kepada pelayan ini, untuk memberitahu Pak Eddy memasukkannya ke dalam mobilnya. Si pelayan ini tahu makanan itu untuk apa, karena Atha bercerita.
"Oke deh, kalau gitu. Makasih, ya..." sahut Atha seraya tersenyum ramah. Atha menepuk bahu si pelayan yang sebaya dengannya ini dua kali. "Jangan lupa buat sarapan. Habis ini sarapan, ya? Kamu hari ini ada kuliah?"
Pelayan itu menggeleng. "Kebetulan aku libur hari ini, nona."
Dipanggil nona-nona dua kali, membuat Atha berdecak. "Kita ini seumur, jangan panggil nona begitu. Panggil aja Atha, oke?"
Senyum si pelayan itu mengembang. "Oke..."
"Nah gitu." Athaya kembali melihat ke arah kamar Arzha. "Aku ke kamar lagi, ya. Makasih buat bantuannya."
Pelayan itu tersenyum sampai akhirnya Atha kembali ke kamar. Jujur saja, ia merasa beruntung. Athaya memang ramah sekali sama seperti Dyra. Dalam hati semua pelayan di sini, mereka mengatakan beruntung kepada Arzha serta Alden, karena mendapatkan pasangan yang sangat amat baik.
Begitu masuk lagi ke kamar, Atha tersenyum karena mendapati suaminya belum bangun. Gadis itu berjalan menghampiri ranjang, duduk di sebelah Arzha yang masih tidur. Atha terkekeh tanpa suara melihat tidurnya Arzha.
Gadis itu mengecup pipi, dahi, mata dan bibir Arzha. Sedikit lega karena Arzha tidak terbangun karena keusilannya. Setelah itu, dia memutuskan ke walk in closet, menyiapkan baju dirinya dan Arzha, lalu pergi mandi.
***
Setelah memastikan semuanya siap, barang-barang, kue ulangtahun serta perlengkapan untuk merayakan ultah Arzha terlebih Atha sendiri sudah mandi, dia tersenyum ketika mendapati Arzha bangun lebih siang daripada biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Life (After) Marriage [END]
RomanceCERITA SUDAH SELESAI #4 in Romance (30/01/20) #16 in Perjodohan (28/01/20) #26 in sma (11/01/19) #2 in luka, perasaan and tragedi (19/03/19) #9 in youngadult (02/08/19) #3in action (04/02/20) [RIFAI SERIES - I] (17+) Never let you go... Athaya mau t...