Atha masih penasaran. Tapi dia tak mau bertanya bahkan sampai memaksa laki-laki itu agar menjelaskan semuanya. Dia tidak mau karena rasa penasarannya, Alden jadi menjauh dan menjadi lebih dingin lagi. Setidaknya pemikiran Atha jika Alden akan menjadi dingin setelahnya, salah besar. Hal yang Atha syukuri.
Setelah Atha mengangguk paham, barulah Alden melepas cengkramannya di tangan Atha. Mereka terjebak hening cukup lama sampai Alden mengajaknya untuk kembali ke Manssion, membawanya turun bukit sambil memegangi tangan gadis itu yang terasa mungil dalam genggamannya.
Ketika mereka baru saja memasuki Manssion Rifai, terdengar teriakan dari arah depan, mirip bentakan sampai-sampai Atha berjengit begitu mendengarnya.
"Alden Gavriel Rifai!"
Alden yang masih menggenggam tangan Atha untuk masuk ke Manssion kini terdiam, langkahnya terhenti. Alden tahu siapa yang memanggil namanya. Ia sudah siap dengan sesuatu yang akan dia terima. Alden tersenyum tipis.
Melihat ada pelayan yang datang, Alden dengan cepat melepas genggaman tangannya di tangan Atha. Atha tak merasa aneh, dia sendiri peka terhadap situasi di mana mereka berada saat ini. Tapi ada situasi yang masih tidak dia mengerti.
Gadis itu tahu kalau teriakan itu, itu suara kakek.
Tapi kenapa? Anak kecil juga tahu kalau kakek terdengar, murka.
Sadar akan apa maksud si pelayan, sebelum pelayan itu mengucapkan satu patah kata, Alden lebih dulu berdeham lalu berjalan ke Hall, di mana kakeknya di sana. Alden tahu, dia selalu tahu.
Sepupu iparnya yang lebih dulu jalan, mau tak mau membuat Athaya jadi mengikuti laki-laki itu. Athaya terlampau penasaran, semarah itukah kakek karena Alden tidak menghadiri pertemuan?
Benar saja. Ketika di Hall, dia melihat Kakek Rifai yang berdiri tegak dan gagah dengan tongkat hitam kekuasaannya yang menjadi penopang dia berdiri. Ia juga melihat di belakang kakek ada dua sepupunya yang memakai tuksedo formal, tanda mereka datang ke acara pertemuan itu.
Ia, Alden, selalu tahu. Saat dia berpikir di Hall, benar saja kakeknya ada di sana.
Atha yang asalnya tepat di belakang punggung Alden, terkesiap ketika dia melihat ada suaminya, Arzha. Ternyata dia pulang bersama kakek dan Alvin juga.
Arzhanka sebenarnya ingin sekali langsung naik ke kamarnya. Belajar atau main game, yang penting tidak terjebak di situasi ini. Tapi, ia akan dipertanyakan sopan santunnya di mana ketika kakek masih berdiam di tempat, Arzhanka malah dengan kurang ajarnya langsung ke kamar.
Rasa jenuh dan lelah yang menderanya tiba-tiba berubah jadi sirna saat dia melihat Alden yang datang menghadap kakek dengan isterinya, Atha, tepat ada di belakang laki-laki itu. Dahinya mengerut, ada banyak spekulasi di kepalanya.
Tanpa ia komando kakinya sudah lebih dulu melangkah, berdiri di sisinya Atha. Arzha sendiri tak tahu kenapa. Telingannya juga tidak bermasalah karena ia masih bisa mendengar suara terkesiap Atha ketika dia kini berdiri di sebelahnya.
Tak sampai lima menit dia bergeser posisi menjadi di sebelah Atha, Stefie, tunangannya Alvin baru saja masuk ke manssion disambut wajah tegang pelayan efek melihat wajah murka tuannya saat tadi masuk ke Manssion Rifai. Baik yang lain tidak begitu memperdulikan Stefie habis dari mana.
Meski pelayan penasaran Stefie dari mana karena sudah dua hari tidak ada pulang ke Manssion, tapi rasa penasaran mereka ke Stefie masih kalah dengan ini. Mengenai apa yang terjadi pada Tuan Alden karena ketahuan tak datang di acara pertemuan penting Rifai dengan perusahaan dari New York dan Dubai.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Life (After) Marriage [END]
RomanceCERITA SUDAH SELESAI #4 in Romance (30/01/20) #16 in Perjodohan (28/01/20) #26 in sma (11/01/19) #2 in luka, perasaan and tragedi (19/03/19) #9 in youngadult (02/08/19) #3in action (04/02/20) [RIFAI SERIES - I] (17+) Never let you go... Athaya mau t...