Pt. 27

18K 797 23
                                    

Arzha menarik Atha, membawa isterinya ke kamar mereka. Begitu mereka sudah ada di kamar, Arzha menutup pintunya dengan dibanting lalu menarik bahu Atha, mendorongnya sampai menghempas di dinding sebelah pintu. Athaya kaget setengah mati dengan Arzha yang menatapnya dingin dan mendorongnya.

Sebelah tangan Arzha mengunci pergerakkan Atha. Atha sendiri sekarang meringis karena bahunya merasa sakit, akibat dorongan Arzha yang tiba-tiba.

"Harusnya lo sadar diri, Tha."

Perkataan Arzha barusan menyinggungnya. Athaya yang masih menunduk berharap rasa sakitnya menghilang, kini mendongak, berani untuk menatap balik mata yang menatapnya dengan pancaran emosi yang sulit didefinisikan baginya.

Tapi, Athaya tak bisa emosi. Mata yang menatapnya dingin itu, perlahan-lahan malah membuatnya tenggelam, membuat Atha takut. Ketika dia yang harus marah karena tuduhan tak beralasan laki-laki itu, kini ia malah memilih bungkam.

Sosok Arzha memang bisa membuatnya lemah.

"Lo harusnya sadar diri karena lo itu isteri gue. Lo isteri gue tapi kenapa lo terkesan peduli banget sama Alden? Lo gak liat kalau dia udah ada tunangan? Lo gak liat, Tha? Alden punya Dyra!"

Sebelah tangan Arzha yang tidak digunakan untuk mengunci pergerakkan Atha, kini mengacak rambutnya, terkesan frustasi. "Lo nggak seharusnya sampai mau ngebelain dia apalagi di depan kakek, sama yang lainnya kayak tadi. Lo gak seharusnya sedeket itu ke Alden ketika lo sendiri udah jadi—"

"Tapi aku gak ngapa-ngapain," ucap Atha memotong omongan Arzha. Di detik berikutnya dia baru sadar, kenapa mulutnya bisa dengan seberani itu? Arzha sedang membentaknya dan dia momotongnya.

Karena Arzhanka belum bicara lagi, Athaya pikir ini kesempatannya untuk dia bicara dan menjelaskan semuanya. "Aku sama Alden gak sedekat yang ada di pikiran kamu. Aku sama Alden cuman—"

"Gak usah sedeket itu sama dia, lo pikir gue gak tau, Tha?!"

Hening.

Mereka berdua sama-sama terdiam saling menatap satu sama lain. Tak ada yang bicara, Atha bahkan masih merasa membeku karena bentakan Arzha yang di depan wajahnya, tepat di depan wajahnya. Jujur dia merasa terguncang sekarang.

Karena seumur hidupnya, Atha belum pernah dibentak sampai sebeku ini. Orangtuanya pun bahkan tak pernah membentaknya. Dan sekarang Arzhanka, dia, suaminya sendiri, sosok yang selalu membuatnya berdebar, sosok yang membuat dia merasakan perasaan yang tak pernah ia rasakan sebelumnya, sosok yang selalu membuatnya terpesona dengan senyum kotaknya, kini membentaknya.

Arzhanka sempat menahan nafasnya saat bisa melihat pantulan wajahnya di manik mata cokelat jernih isterinya. Laki-laki itu bahkan bisa melihat wajahnya sendiri di sana dan ketika dia membentak Athaya barusan, pantulan wajahnya di manik mata Athaya tiba-tiba berubah kabur, terhalang air mata.

Atha, menangis?

Buru-buru Arzha mengalihkan pandangan. Entah kenapa, hatinya sakit. Ia tidak mau melihat mata gadis itu, tidak mau melihat gadis itu setidaknya saat ini.

Arzha tidak mau melihat Atha yang menangis karena ulahnya, tak mau.

Kembali menegakkan posisi berdirinya, Arzhanka bergegas meraih gagang pintu, membuka pintu kamar mereka lebar-lebar, lalu menutup pintunya dengan ia banting. Meninggalkan Atha yang kini berjengit kaget karena ulahnya, pergi tidak tahu ke mana. Meninggalkan Atha yang air matanya sudah tumpah saat ini.

Lemas, Atha membiarkan air matanya jatuh membasahi pipi. Athaya yang masih berdiri bersandar di dinding, kini jatuh meluruh ke lantai. Dia merasa sesak. Sesak sampai-sampai dia berharap sesak ini akan menghilang saat dia menangis.

Bad Life (After) Marriage [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang