Athaya mengerjapkan matanya, perlahan matanya terbuka. Senyuman tipis terpatri di wajahnya saat merasakan dirinya didekap dengan erat dari belakang. Ia mengusap lembut tangan yang merengkuh pinggangnya, mengusap cincin mereka yang tersemat di jari manis suaminya.
Hembusan nafas teratur serasa menggelitik lehernya. Arzha masih tidur. Ia tersenyum senang karena jujur, jarang sekali Atha bangun lebih dahulu dibanding Arzha. Bukannya pemalas, tapi Arzha-nya saja yang suka bangun di pagi buta.
Pelan-pelan Atha melepas tangan Arzha yang memeluknya untuk bangkit. Ia ingin sekali menyiapkan baju santai untuk Arzhanka, jika biasanya selalu laki-laki itulah yang selalu menyiapkan bajunya. Mengingat ini hari Sabtu, baik Atha atau Arzha tidak ada jadwal perkuliahan.
Mungkin karena hari Sabtulah, Arzha tidak bangun sepagi biasanya.
Sebelum pergi ke walk in closet untuk menyiapkan bajunya dan suaminya, Atha duduk di pinggir ranjang, mengamati wajah polos Arzha yang terlelap. Atha terkekeh pelan saat melihat ekspresi Arzha yang sepolos bayi.
Tanpa memikirkan dua kali, Athaya mendekat, mengecup dahi Arzha yang tertutupi oleh poninya. Gadis itu tersenyum tipis, dan baru akan bangkit tetapi dia tertahan, kembali duduk, saat sebuah tangan memegang sebelah tangannya.
"Kok di dahi, sih?" gumam Arzha dengan suara serak.
Mata Atha mengerjap. "Kamu udah bangun, Zha?" Pipinya memanas. Dia tidak tahu kalau Arzha, ternyata sudah bangun. Atha ke-gap!
Masih dengan mata terpejam, Arzha mengangguk samar. "Waktu barusan kamu ngelepasin pelukan aku, aku udah bangun sebenarnya."
Karena malu, refleks Atha memukul pelan bahu suaminya. "Dasar..."
Arzha terkekeh, suaranya serak karena efek baru bangun. Arzha membuka matanya. Dia tersenyum tipis, seraya jari telunjuknya menunjuk ke arah bibir. "Di sini harusnya kamu cium aku, Mrs. Rifai."
Atha memandang Arzha tanpa berkedip. Sementara Arzha masih terus saja menunjuk bibirnya dengan jari telunjuknya. "Morning kiss, bae..." rengeknya.
Sebelah tangannya masih dicekal Arzha. Meski jantungnya berdegup tidak biasa, tanpa keraguan Atha mendekatkan wajahnya ke Arzha, seraya memejamkan matanya. Mereka bisa merasakan deru nafas satu sama lain yang menerpai wajah masing-masing. Mereka sama-sama berdebar, sama-sama memejamkan matanya.
Arzhanka tersenyum saat merasakan sesuatu yang lembab, kini menyentuh bibirnya. Athaya benar-benar menuruti keinginannya. Masih mencekal tangannya Atha, sebelah tangan Arzha yang bebas menarik Atha ke dalam dekapannya. Dia balas mencium isterinya dengan lembut. What the perfect morning.
Merasa kehabisan nafas, Atha mendorong Arzha pelan. Arzha sendiri tahu kalau Atha, oh maksudnya, mereka, pasti butuh bernafas.
Laki-laki itu mengubah posisi tidurnya menjadi duduk. Kepalanya sedikit ia miringkan karena menatap Atha yang kini balas menatapnya sambil mengerjap matanya berulang kali. Matanya membulat. Arzha bisa melihat ada rona kemerah-merahan di pipi isterinya. Membuatnya tambah cantik.
Tidak tahan, Arzha mengusap kedua pipi isterinya, lalu mengecup pipi kiri Atha yang tentu saja berhasil membuat mata Atha membelalak.
"Cantik," gumam Arzha perlan, yang masih bisa Atha dengar.
Tentu saja jantungnya Atha di dalam sana sudah berdetak di atas ambang batas, padahal ini masih pagi, berkat satu kata keramat dari Arzha barusan.
Gugup, Atha tidak mau melihat tatapan mata Arzha. Gadis itu menunduk melihat seprai ranjang mereka, jarinya bergerak gelisah. Mencoba mencari alasan agar tidak terjebak dalam situasi ini. Atha masih terlalu lemah untuk ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Life (After) Marriage [END]
RomanceCERITA SUDAH SELESAI #4 in Romance (30/01/20) #16 in Perjodohan (28/01/20) #26 in sma (11/01/19) #2 in luka, perasaan and tragedi (19/03/19) #9 in youngadult (02/08/19) #3in action (04/02/20) [RIFAI SERIES - I] (17+) Never let you go... Athaya mau t...