Pt. 32

17.7K 930 126
                                    

"Atha!"

Atha yang baru saja berjalan beberapa langkah menuju ke barisannya yang ada di lapangan tempat mereka berkumpul, berhenti jalan, menengok ke belakang di mana masih ada Arzha di sana.

Berkat posisinya yang sudah tidak terlalu dekat, Athaya tidak bisa melihat jika sekarang suaminya itu tengah tersenyum manis. Atha masih diam di sana, dia menunggu kenapa Arzha memanggilnya.

"Gue di kelompok tigapuluh, semangat ospek-nya," ujarnya dengan suara yang agak keras. Setelahnya Arzha berbalik, berlari menuju ke barisan kelompok dia berada. Meninggalkan Atha yang sekarang terpekur.

Tanpa dia mau, jantungnya bertalu keras. Memegang tempat dimana detak itu berada, senyum tipis gadis itu terpatri di bibirnya.

"Semangat ospek-nya juga, Zha..."

Arzhanka berbaris di barisan untuk anggota kelompok tigapuluh. Melihat di sebelahnya masih ada barisan lain, menandakan setidaknya ia bukan kelompok terakhir. Agak sedikit lega juga karena dia tidak mau menjadi yang terakhir.

Di depannya, ada sesosok laki-laki yang sedikit lebih tinggi darinya. Laki-laki itu berkulit putih pucat, dan rambutnya agak kecokelatan. Arzha tidak tahu ia anak jurusan dan fakultas apa karena tidak melihat name tag-nya.

Bosan tidak ada teman bicara, Arzhanka menunduk, menatap sepatu hitam convers yang dipakainya. Dilihatnya arloji di pergelangan tangannya, masih ada waktu lima menit lagi sebelum acara pembukaan dimulai.

"Lo, lo Arzhanka bukan?"

Seseorang yang bertanya di depannya, membuat Arzha mendongak. Laki-laki berkulit putih pucat itu, menengok ke belakang dan bertanya padanya.

Belum sempat Arzha mengiyakan, laki-laki itu mengulurkan tangannya.

"Gue, Bintang Arkananta Mahardika. Panggil aja Bibin. Kedokteran."

Uluran tangan si laki-laki berkulit putih pucat, yang namanya Bintang, dia balas dan kini mereka berjabat tangan. "Arzha, Manajemen Bisnis."

Bintang terkekeh. "Gue udah tahu. Siapa sih, di sini yang gak tau kalian."

Arzha hanya tersenyum tipis menanggapinya. Dia melihat name tag-nya Bintang yang bertuliskan nama lengkap laki-laki itu beserta jurusan dan fakultas yang sama, kedokteran. Berarti dia temen seangkatan Alden.

Karena akan canggung juga tidak ada obrolan lagi, Arzha berinisiatif kali ini dia lah yang membuka percakapan setelah sebelumnya Bintang yang mengajak berkenalan.

"Ngomong-ngomong, lo masuk sini lewat jalur apa?"

"SBMPTN," jawab Bintang bangga. "Gue gagal di tes rapor."

"Oh, gitu," sahut Arzha sambil mangut-mangut. "Tapi lo keren masuknya lewat jalur tes. Berarti, lo udah ngerasain medan pertarungan yang sebenarnya."

Bintang setuju dengan omongan Arzha. "Ya, begitulah. Tapi meski gagal di jalur rapor, gue seneng karena gue bisa ikut tes bareng cewek gue."

"Cewek lo SBMPTN juga? Anak mana?"

"Iya. Kita satu jurusan, satu fakultas, satu kampus."

Laki-laki itu menggeleng salut. "Wow, pasangan dokter." Arzha menepuk bahu Bintang dua kali sebagai bentuk rasa kekagumannya.

Tentu saja Bintang juga merasa senang akan kata-kata Arzhanka barusan. Pasangan dokter, kedengarannya manis. "Thanks, bro. Aamiin."

***

Acara pembukaan orientasi hanya diisi oleh sambutan dari rektor, dekanat dari setiap fakultas, dan ketua BEM. Lalu ada upacara simbolis tanda ospek resmi di buka oleh rektor dengan pengalungan name tag yang diwakili oleh Alden serta Dyra sebagai perwakilan dari mahasiswa baru. Alden beradai di kelompok tujuh, dan Dyra dari kelompok empatbelas.

Bad Life (After) Marriage [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang